"Dimana aku?," seketika otakku bertanya pada diri sendiri. Aku terbangun lalu berdiri, "Tempat ini luas sekali", gumamku pada diriku sendiri. Aku tidak bisa mengingat satupun memori yang lalu, yang kuingat hanya namaku, dan teman-temanku. Dari kejauhan aku melihat ada sebuah kota di dalam kubah, ada 3 orang laki laki berlari ke pinggir, mereka berteriak-teriak dan menjerit sambil menggedor-gedor kaca penghalang berbentuk kubah itu, sepertinya mereka ingin keluar dari situ. Dengan pikiran yang kacau aku pun berlari ke sana. Langkahku terhenti karena ada jurang yang dalam sekali, bahkan lebih dalam dari laut yang terdalam. Aku berteriak "TUNGGUU!!", tetapi terlambat sudah, dibelakang mereka ada makhluk seperti capung yang berukuran 4 kali orang dewasa, berwarna hijau, dan bersayap 8 berwarna biru, terdapat nomor "46" di dadanya, memang sangat indah jika kecil ,tetapi menjadi musibah saat raksasa.
Capung itupun melumat mereka, sangat sadis, tak dapat diungkapkan betapa sadisnya makhluk-makhluk itu memakan manusia yang tak bersalah itu. Kubah itu terlihat kacau, seluruh penghalangnya hampir pecah. "Mungkin tak ada orang di dalam situ," pikirku. Namun ada 5 orang yang berhasil keluar dari situ, mereka lalu naik ke sebuah pesawat kecil yang berada di situ, lalu mereka terbang. "AWAAASSS!!", aku berteriak kencang pada mereka ketika tahu ada sebuah lubang di depan mereka, merekapun terhisap seketika lubang itu hilang. Akupun terpana melihatnya. Lalu makhluk dari kubah itu keluar dengan melompat tinggi dan menusukku dari belakang, "AAAAAAA," spontan aku berteriak kencang.
"Scar, scar, bangun scar," suara itu membangunkanku dari tidurku, "Hei, kau mimpi apa?, tiba-tiba berteriak dengan keras," aku membuka mataku, ternyata Steve yang membangunkanku. "Mmm, tidak apa-apa," aku masih agak lingliung, aku berdiri sambil dibantu Steve, "Ayo kawan, tidak apa-apa," katanya sambil menyemprotkan sesuatu ke aku. Aku melihat ke sekeliling, "Tempat ini..., dimana kita?", tanyaku pada Steve, "Inii..., kota kita," katanya sambil merunduk. Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi dikota ini, akupun dibawa ke dalam rumah, didalam sudah ada Frank, Smith, Dan Hana. Mereka duduk melingkar di sofa. Mereka sedang membicarakan sesuatu, aku dan Steve pun bergabung.
"Hai semua, kawan kita sudah terbangun," akupun duduk disebelah Frank, di meja ada sebuah peta. "Apa ini kawan-kawan?," aku pun bertanya. "Ini ?, ini adalah peta negara kita, sebelum dan sesudahnya," jelas Smith. Akupun mencermati peta tersebut, "Apa ini ?," tanyaku sambil menunjuk ke daerah berbentuk lingkaran yang dikelilingi jurang di peta. "Disitulah kita sekarang," Kata Hana. "Kami sedang mencari cara untuk keluar dari sini, tapi kami tidak tahu caranya, mungkin kau punya cara untuk keluar dari sini," Kata Steve. "Untuk itu kami menunggumu bangun," Hana melanjutkan.
"Kenapa kalian tidak membawaku kemari ?, sudah berapa lama aku pingsan?," tanyaku, "Mungkin sekitar 8 jam setelah aku bangun," kata Smith, "Kami tidak diperbolehkan keluar dari rumah oleh ketua, setelah aku mendengar teriakan keras darimu, aku bergegas keluar," kata Steve , "Kukira kau diserang, tetapi hanya bermimpi," Steve melanjutkan. "Memang ada apa diluar sana?," tanyaku, dan itu aku belum mengetahuinya, karena setelah aku bangun tidak ada apa-apa," kata Frank. "Untuk itu mari kita bertanya pada ketua," kata Hana, "Ingat kita dulu pernah membangun jalan bawah tanah untuk menghubungkan rumah-rumah dalam kondisi darurat," Steve berujar, "Saat inilah jalan ini digunakan," Smith melanjutkan. "Jalan apa?," tanyaku sedikit lupa. Steve menjawabnya dengan tersenyum.
Lalu kami berlima pun berjalan menuju bagian belakang rumah tersebut, lalu menuju ke dapur yang berukuran 4x5 meter. Bahkan dapur itu tidak terlihat seperti dapur, isinya pun bermacam-macam. Ada peralatan olahraga, televisi, meja makan, bunga, dan sebagainya. Hana lalu berjalan ke dinding, mendekati saklar lampu. Dia menekan saklar itu dan membuka, wauw! ada sebuah tombol disana, dan angka-angka, rupanya jalan ini menggunakan sandi. Hana menekan tombol tombol lalu menekan tombol utama. Sesuatu terjadi, meja makan di dapur itu bergoyang-goyang lalu tenggelam menuju dasar, kemudian sebuah tangga terbentuk dengan sendirinya. "Ayo," kata Hana.
Kami pun berjalan menuju bawah menuruni tangga, kira-kira ada 12 anak tangga menuju bawah, lalu jalan lurus ke depan, lebar jalan itu hanya sekitar 1 meter. Kami berjalan lurus, lalu kami berhenti di sebuah jalan yang terbagi 3, ke kanan, kiri dan lurus. "Kemana kita sekarang?," tanyaku , "Hmm, seingatku ke kanan adalah rumah ketua, ke depan adalah tempat persediaan makanan, ke kiri adalah tempat senjata. Oke, berarti ke kanan," Steve menyahut. Kami melanjutkan perjalanan ke kanan lalu sampai di anak tangga "Bagaimana kalau tempat ini terhubung dengan kamar mandi, dan ketua sedang mandi?," tanya Smith, "Hahaha, tidak mungkin Smith , tempat ini terhubung dengan dapur," jelas Steve. Kami terus berjalan, Hana yang berada di paling depan terus berjalan hingga kepalanya terantuk atap untuk jalan keluar, "Aduh!" tiba-tiba hana berkata "Oh iya,disini harus memasukkan sandi lagi" katanya. Ia lalu membuka tangga yang berada paling atas, ada tombol dan angka seperti tadi. 'Sreekk', tiba-tiba atap terbuka, kami berjalan ke atas dan sampai di dapur.
Kami lalu menuju ruang tengah dari rumah itu, ruangannya cukup luas sehingga cukup menampung seluruh orang disini, tetapi semua orang sekarang sedang menginap di tenda tenda yang disediakan di sekitaran rumah. Ruangan itu berbentuk lingkaran tidak ada kursi maupun meja. Hana lalu mendekati orang yang berpakaian seperti prajurit sedang istirahat di tempat, terdapat tulisan "STKP" di dada kirinya, "Pak, dimana ketua?" tanya Hana, "Ketua sedang berada di atap, dia menjaga sekeliling desa" jelas orang itu, "Terimakasih pak," jawab Hana. Kami lalu berjalan ke tangga yang menuju atap.
CONTINUE TO PART 3...
DON'T FORGET TO COMMENT & VOTE :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dome
Science FictionDi sinilah tempat hidupku, di kota yang di kenal dengan sebutan "Isolated", dengan kubah yang menutupi seluruh kota kami dan jurang di sekeliling kota yang membuat kami kebingungan untuk keluar dari situ. Apakah kami bisa? Don't forget to Comment...