carp. 4

422 23 0
                                    

"Mau kemana kita hariini ?" ,

Setelah selesai kemo , yaa gue pergi lagi sama vano , gue gatau kenapa gue bisa bisanya mau pergi sama orang yang baru gue kenal , yaa tapi sebenernya gue masih penasaran banget kenapa vano tau semua tentang gue ,

"Hmm kita makan es krim aja gimana ? , gue tau tempat es krim yang paling lezat dimana , disitu juga ada es krim pelangi , pasti lo suka "

Yaa , lagi lagi vano ingin mempertemukan gue dengan pelangi ,sungguh superman kesayangan gue ,

•••

"Capek gak ?" ,

Tanya gue di Mobil yang di iringi dengan lagu ke sukaan gue , unfaithful dari rihana , entah kenapa gue suka banget denger lagu ini ,

"Ya enggak lah , sejak kapan gue capek kalo jalan sama lo",

Vano tertawa kecil sambil sesekali melihat wajah gue , gue tau apa yang ada di fikiran vano saat ngeliat wajah gue , wajah cewek yang pucat Dan tidak menarik sama sekali ,

" temenin gue ke makam papa ya",

Seketika vano kaget , yaa dari raut wajahnya gue yakin kali vano kaget ,

"Hmm oke , tapi maaf sebelumnya Mel , kali gue boleh tau , kenapa papa lo meninggal ? Dan sejak kapan ?"

Mendengar pertanyaan vano gue langsung diam , bukan karna marah , tapi seketika bayangan papa hadir di fikiran gue ,

"Kalo emang lo gamau jawab gapapa kok Mel , iyaa gapapa , yaudah anggap aja gue ga pernah nanya itu yaa ke lo"

Gue tau , vano takut Dan mengira bahwa gur marah dengan pertanyaan nya , padahal gue sama sekali gak marah ,

"Apasih , gue gak marah , hmm papa sakit jantung , saat gue di vonis dokter sakit kanker hati , papa mungkin sedih banget , papa langsung kaget , Dan seketika jantung papa ga berdetak lagi , kejadiannya saat gue masih SMP , saat gue mau ngejalanin ujian nasional , gue harus belajar dengan fikiran yang ga karuan , kehilangan papa Dan penyakit gue , kebayang gak si loo , betapa malangnya nasip gue" ,

Jawab gue , gue ga berani natao mata vano , karna gue percaya setiap manusia mempunyai nurani yang akan menatap jika sedang di tatap , yaa pasti vano bakal liat kalo air mata gue mau netes , vano bakal kasihan ngeliat gue ,

"Disaat yang paling menyulitkan buat gue , disaat gue ngerasa lemah banget , penompang hidup gue pergi ninggalin gue , penyemangat hidup gue pergi ninggalin gue , gue ngerasa ga guna , gue udah ngebunuh papa gue van" ,

Oke , sekarang gue ngerasa air mata gue netes ke pipi , gue ngerasa pipi gue sangat hangat , namun sekejab gue segera menghapus air mata gue , gue gamau dikasihani sama vano ,

•••

"Ini makam papa gue , gue sengaja milih tempat di bawah pohon yang besar ini , biar papa guee terlindungi" ,

Ujar gue sambil menaburkan bunga di atas makam papa ,

"Van , nanti kalo gue udah meninggal , gue mau di kuburin di bawah pohon yang gede juga yaa" ,

"Apasih lo Mel , gue gamau denger lo ngomong gitu lagi" ,

"Apalagi sih yang perlu gue perjuangin , mengharapkan kesembuhan dari kemotrapi ? , van kemotrapi hanya berfungsi buat memeperlambat kematian gue , bukan buat nyembuhin gue " ,

"Gue janji , gue bakal buat lo berfikir kalo hidup lo masih panjang , lo gaboleh gini terus , kalo lo mati laa mama sama kakak lo gimana ? Apa lo pernah mikirin perasaan mereka ? , lo tau kan sakitnya ditinggal papa lo , Dan sekarang coba lo berfikir gimana sakitnya mama Dan kakak lo saat kehilangan papa lo Dan lo Mel" ,

Sesaat gue diem , Dan gue gatau lagi mau jawab apa , gue bingung , ini jawaban yang tak pernah terfikirkan buat gue sebelumnya , ini perkataan pertama yang buat gue gatau mau membela diri seperti apa .

"Oh iya , lo kenapa waktu itu dirumah sakit ? , lo ga sakit kanker juga kan ?"

Tanya gue memecahkan keheningan ,

"Enggaklah , gue mau jenguk temen gue Mel " ,

Vano berkata sambil tersenyum , sungguh gue ga pernah melihat senyum semanis ini , tak perlu narkoba àtau sebagainya , karna senyumnya saja cukup memabukkan buat gue ,

Tak lama kemudian gue pulang Dan sampe kerumah , setelah gue mandi kemudian sarapan , gue merebahkan badan gue ke atas kasur , sambil a sekali gue ngebayangin betapa bahagianya gue hariini , senyum vano ? Yaa , seakan menari nari di fikiran gue , tak lama kemudian handphone gue berbunyi , saat gue lihat siapa yang nelfon gue , ternyata vano , yaa gue baru ingat sebelum gue masuk kerumah tadi , vano sempat meminta nomor handphone gue ,

"Ya?"

Ya yaa yaa , itu perkataan yang sering gue lontarkan disaat berbicara dengan vano , entah gue ga pernah tertarik dengan jawaban "kenapa , ada apa , mengapa , apa" yaa gue ga pernah tertarik dengan itu ,

Setelah berbicara berjam jam di ujung telfon bersama vano , mulailah gue mengantuk , namun sumpah , gue seneng banget bisa mendengar suara vano , dia mengucapkan selamat tidur ke gue , Dan ini ucapan yang tak pernah gue denger sebelumnya dari laki laki selain vano , karna ketertutupan gue dengan laki laki .


Kelanjutannya nanti yaaaa , soon :3

Dear god , Why Him ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang