8. Insiden

59 6 0
                                    

Sore harinya, aku terbangun karena mendengar suara ribut dibawah, awalnya kukira hanya aku yang salah dengar. Tetapi setelah kutajamkan pendengaran ku. Aku benar-benar mendengar suara seseorang yang bicara keras sekaligus membentak.

Aku langsung berdiri, namun sempat terhuyung karena gerakan tiba-tiba yang kubuat. Segera aku menangkap dinding  dan bersandar selama beberapa saat dan kembali tertidur dalam keadaan duduk karena kuakui aku sedang sangat mengantuk, tiba-tiba kepalaku terantuk dengan lututku sehingga membuat diriku terbangun. Kupikir lebih baik aku turun kebawah dan mandi saja. Sambil berjalan pelan di tangga, aku merasa ada yang aneh dengan keadaan disekitarku.

Aku akhirnya sadar bahwa disekelilingku sangat sunyi, benar-benar tanpa suara sama sekali. Aku berhenti berjalan saat sampai di tangga paling ujung. Kupandangi sekitarku, tetapi tidak ada apa-apa. Suasananya sangat mencekam.

"Nathan?!" aku berteriak tapi tak ada sahutan dan tak terdengar suara sama sekali selain teriakanku. Kupanggil Nathan sekali lagi, tapi tetap tak ada suara apa-apa. "Nat, ayolah, jangan membuatku takut". Lagi-lagi tidak ada sahutan.

"Teman-teman, kalian dimana?" tetap tak ada suara.

Setelah lama terdiam dan berpikir, kuberanikan diriku melangkah untuk melihat kehalaman belakang. Namun disana juga tidak ada orang sama sekali, lalu aku berlari menuju halaman depan, nyatanya disana juga tampak sunyi dan tidak ada orang.

Aku mulai ketakutan dan kurasakan badanku gemetar, aku langsung berlari kembali kedalam rumah, lalu menaiki tangga menuju kamarku, sementara penglihatanku semakin kabur karena mataku yang berair, setelah sampai dikamar aku langsung naik ketempat tidur, aku berbaring sambil memeluk kakiku airmataku sudah membanjiri pipiku sejak tadi, sementara aku tak henti-hentinya menyebut nama Nathan dan teman-teman yang lain.

Bagaimana mungkin, mereka hilang begitu saja? Bagaimana mungkin mereka pergi meninggalkanku?

"Nathan, kamu kemana, kenapa kamu pergi Nat, kamu dimana?" dadaku semakin sesak karena tangisku yang meraung. Rasanya waktu sangat lambat berlalu, rasanya sangat sepi dan menakutkan. Aku kedinginan didalam kamarku.

Karena terlalu lelah menangis, akhirnya aku tertidur. Tapi tak lama kemudian aku mendengar suara langkah kaki dibawah, aku langsung membuka mataku dan berlari keluar kamar menuju kebawah, tidak lagi memperdulikan kepalaku yang berdenyut hebat, setelah sampai dibawah kulihat seseorang yang sedang membelakangiku.

Aku terkesiap karena dia tiba-tiba berbalik melihatku, dia siapa?

"Siapa kamu?" tanyanya. Dia berjalan mendekat kearahku.

"Harusnya aku yang tanya, kamu siapa dan sedang apa kamu disini?" aku mundur selangkah, bagaimanapun dia lebih tinggi dariku.

Tiba-tiba dia malah tertawa melihatku, aku hanya menatapnya tanpa berkedip, apanya yang lucu. "Katakan apa maumu sekarang juga!?" nada suaraku meninggi, aku bahkan heran darimana aku mendapatkan keberanian seperti itu.

Akhirnya setelah beberapa saat menunggu tawanya reda dia mengulurkan tangannya. "Steve, namaku Steven Young dan aku kesini mencari Allan, kau tahu? Allan Russell?" dia menaikkan sebelah alisnya.

Kupandangi tangannya sebentar, lalu kutatap wajahnya, tepat dimanik matanya. Dia masih menungguku, akhirnya tanpa memikirkan apa-apa lagi aku langsung berlari dan memeluknya lalu menangis disana. Kurasa tubuhnya menegang, tapi tak lama kemudian dia balas memelukku sementara tangannya mengelus punggungku.

Aku terus menangis disana tanpa berpikir, terserah dia ini Power Suckers atau apapun itu, meskipun sepertinya bukan. Aku sudah terlalu takut dan kesepian. Setelah itu kulepas tanganku dan berhenti memeluknya, dia memandangiku dengan tatapan heran.

That PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang