Lapisan debu menghampar tipis di atas permukaan meja, menambah pengap ruangan berukuran empat kali empat meter yang terasa sesak dijejali bilik-bilik berdinding kaca di sepanjang tembok sebelah kanan. Empat bilik berjajar mengambil sepertiga luas ruangan. Sepertiga berikutnya adalah jalur sempit berlantai keramik tempat orang berlalu-lalang. Jalur sempit itulah yang memisahkan deretan bilik dengan meja panjang operator di sisi sebelah kiri.
Perempuan muda berambut coklat gelap duduk di belakang meja operator dengan wajah bosan. Mata kelabunya redup menahan kantuk. Musim kemarau baru saja dimulai tapi cuaca panas bulan April sudah sangat menyengat. Mesin pendingin ruangan yang tertanam di dinding, tiga meter di atas kepalanya, mendengung kepayahan.
Gadis berseragam SMU masuk melewati pintu kaca yang sengaja dibuka lebar.
"Jiejie Bulan!"
"Hai, Yuki! Baru pulang ya?"
Perempuan berambut coklat yang dipanggil Bulan tersenyum.
Yuki mengangguk. Poni lurusnya jatuh kesamping menutupi separuh wajah orientalnya. Ekor kudanya bergerak naik turun seiring dengan anggukan kepalanya.
"Aku mau beli pulsa, Jiejie!"
Dia mengambil pena di atas meja. Menuliskan sederetan angka di atas sebuah buku tipis yang terbuka di atas meja operator. Bulan menunggu sampai Yuki selesai menuliskan nomor ponsel dan nominal pulsa yang ingin dibelinya.
"Bukankah kemarin baru diisi?" tanya Bulan sambil lalu. Jari-jarinya memencet-mencet ponsel di tangannya dengan cekatan.
Yuki nyengir diikuti suara tawanya yang tertahan. Pundaknya sedikit terangkat.
"Mmmh...sudah habis..." jawabnya pelan.
Bulan melirik dan tersenyum melihat wajah Yuki yang bersemu merah.
"Baru jadian, ya ?"
Yuki nyengir lagi. Wajahnya semakin memerah.
"Kok Jiejie tahu, sih? Jiejie punya pacar?" Yuki balas bertanya dengan antusias.
Bulan mengerjap kaget.
"Nggak. Kenapa?"
"Masa sih? Jiejie kan cantik."
Bulan tersenyum kecut. Bulan Juni nanti umurnya dua puluh tiga tahun dan dia belum pernah sekalipun jatuh cinta.
Tiba-tiba Yuki meraih telapak tangan kiri Bulan, mengamatinya dengan seksama.
"Waaah..." bibir mungil Yuki mulai komat-kamit. Matanya semakin menyempit.
"Eh? Kenapa?"
"Kayaknya akan ada sesuatu, deh! Sesuatu yang luar biasa."
Bulan melongo. Ikut-ikutan mengamati telapak tangan kirinya. Keningnya berkerut.
"Kamu ngomong apa, sih? Luar biasa bagaimana?"
"Ada sesuatu yang akan mengubah hidup Jijie. Mungkin seseorang atau kejadian."
"Jangan nakutin deh!"
"Kok takut? Ini bagus kok, Jiejie!"
Bulan kembali mengamati telapak tangan kirinya dengan lebih teliti. Lalu melirik Yuki yang sudah sibuk dengan ponselnya. Apa dia sedang mencoba menghiburku?
Yuki mengambil uang dari saku blus serangamnya dan meletakkannya di atas meja operator.
"Terimakasih ya, Jiejie! Aku pulang!"
Yuki melambaikan tangannya sambil nyengir. Bulan membalas lambaiannya. Rasa penasarannya semakin kental. Sekarang kalimat itu terus terngiang-ngiang di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDDLE EAST
General FictionBulan tertegun. Gedung berlantai tujuh yang ada di hadapannya membuatnya tak bisa berkedip. Ya, Tuhan...apa saja yang sudah kulakukan? Aku bekerja disini? "Ayo, Bulan! Sebentar lagi jam delapan, Jangan sampai terlambat!" tegur ayah sambil membuka si...