Jalanan semakin ramai. Kota ini masih belum mengantuk. Deretan warung-warung tenda berjajar di sepanjang jalan menawarkan aneka kuliner di malam hari. Suasana yang berbeda dan sedikit melegakan setelah seharian bergelut dengan urusan kantor. Middle East yang mempesona masih berada di sampingnya. Menyetir mobil dengan wajahnya yang selalu tenang. Bulan meliriknya diam-diam.
Apa yang membuat mantannya kembali menemuinya? Apa yang mereka bicarakan?
"Kenapa?" tanya Aska pelan. Balas meliriknya.
Bulan tersipu. Bagaimana Aska bisa tahu apa yang sedang kulakukan?
"Kenapa dia mendatangimu?"
"Siapa? Helen?"
"Ya."
"Entahlah," Aska mengangkat bahunya. Raut wajahnya tidak berubah.
"Kalian bicara satu jam lebih dan kamu masih tidak tahu apa yang membuatnya datang menemuimu?"
Aska menahan senyumnya.
"Honey, simpan cemburumu! Aku mencintaimu. Kamu tidak perlu kuatir."
"Aku tidak kuatir."
"Oh, ya?"
Bulan menghembuskan nafas dengan kesal.
"Tentu saja aku kuatir!"
Aska tersenyum lebar.
"Aku lebih suka kalau kamu cemburu daripada tidak peduli padaku. Itu hal terburuk yang tidak ingin kualami."
"Lalu kenapa dia datang?"
"Dia hanya mampir. Aku bahkan tidak tahu dia akan datang."
"Apa dia tahu kamu sudah punya pacar?"
"Aku sudah bilang padanya."
"Dan sekarang dia bersama seseorang yang bernama....Jeremy?"
"Ya."
"Mereka baik-baik saja?"
Aska terdiam beberapa saat. Dahinya sedikit berkerut.
Oh, ini pertanda buruk!
"Aku tidak yakin."
Bulan terdiam. Teringat kembali ketika perempuan itu keluar dari ruangan Aska. Tertawa pelan sambil berusaha menyentuh lengan Middle East- nya. Dan Aska hanya tersenyum sopan membiarkan lengannya disentuh tanpa memberikan reaksi.
Perempuan itu pasti sedang merayunya! Dasar murahan!
"Kamu yakin tidak bisa makan malam denganku?" tanya Helen setengah merajuk.
Aska menggelengkan kepalanya. Menunjuk ke arah Bulan yang sedang duduk menunggu di ruang sekretaris dengan wajah kusut dan membiarkan pintu ruangannya terbuka lebar.
Helen melirik sekilas. Tidak peduli.
"Sekretarismu? Kamu sama dia.....?" tanyanya dengan nada terkejut yang berlebihan.
Bulan semakin panas dibuatnya.
"Ya. Namanya Bulan," jawab Aska sambil tersenyum.
"Oh. Aku tidak pernah mengira...."
Perempuan itu tersenyum masam. Sengaja menggantung kalimatnya. Bulan tahu kalimat itu ditujukan padanya.
"Hati-hati di jalan."
"Tentu."
"Salam untuk Jeremy."
"Ehm...okey..."

KAMU SEDANG MEMBACA
MIDDLE EAST
Fiksi UmumBulan tertegun. Gedung berlantai tujuh yang ada di hadapannya membuatnya tak bisa berkedip. Ya, Tuhan...apa saja yang sudah kulakukan? Aku bekerja disini? "Ayo, Bulan! Sebentar lagi jam delapan, Jangan sampai terlambat!" tegur ayah sambil membuka si...