RAHASIA HATI

65 3 0
                                    

Aska berbalik. Memungut plastik berisi kotak makanan yang tergeletak di lantai dan membuangnya ke tempat sampah di pantry. Dia kembali ke ruang tamu sambil membawa sebotol kecil air mineral dingin lalu merangkul lengan Bulan dan mendudukkannya di sofa.

"Minumlah," bujuk Aska dengan lembut. Menyerahkan botol air mineral padanya.

Bulan memegangnya dengan tangan gemetar. Meminumnya sedikit.

"Lebih baik?"

Bulan mengangguk. Aska mengambil kembali botol minuman dan meletakkannya di atas meja di depannya.

"Maafkan aku," bisik Aska bersungguh-sungguh, "Kamu takut, ya?"

Bulan mengangguk lagi.

Aska memeluknya sambil tertawa pelan.

"Kamu sampai nggak bisa bicara."

Bel pintu berbunyi. Aska mengedipkan matanya.

"Yang ini pasti Pizza beneran."

Aska melangkah ke pintu dan membukanya. Seorang pemuda berpakaian seragam merah menyerahkan sekotak besar pizza pesanannya dan sebuah bungkusan besar dalam kantong plastik berwarna merah. Aska mengeluarkan dompet dan menyerahkan sejumlah uang. Menutup pintu dan melangkah kembali mendekati Bulan.

"Kamu tidak pernah mencintainya?" tanya Bulan dengan wajah bingung.

"Ya," jawab Aska pelan, "Aku pernah memintanya untuk berpura-pura menjadi pacarku tapi dia berharap bisa lebih dari itu dan aku menyetujuinya. Kupikir dengan berjalannya waktu aku bisa membalas cintanya tapi ternyata tidak semudah itu. Jadi kuputuskan untuk berpisah."

"Kamu juga memintanya untuk jadi pacarmu?"

Bulan tercengang.

"Aku terpaksa, Bulan. Kamu tidak tahu bagaimana mamaku. Dia akan terus mencarikan jodoh untukku sampai aku benar-benar memiliki pacar."

Aska tersenyum malu. Wajahnya sedikit memerah.

"Helen mengira kamu hanya pacar pura-puraku. Dia terkejut melihatmu disini. Hanya orang tertentu yang kuajak kemari. Dan dia kesal tidak termasuk diantaranya."

"Dia dulu sekertarismu?"

Aska menahan tawanya.

"Kamu pikir yang pernah jadi pacarku pasti pernah jadi sekretarisku? Nggak. Dia teman kuliah Aulia dan pernah menjadi rekan bisnisku. Kamu adalah satu-satunya sekertarisku dan yang telah membuatku jatuh cinta."

Bulan tersipu malu.

"Kamu nggak butuh sekertaris. Kamu mengatur semuanya dengan sangat baik. Kamu sangat terorganisir."

"Aku juga berpikir begitu."

"Jadi kenapa kamu menerimaku jadi sekretarismu?"

"Mama yang menyuruh Indira mencarikan sekertaris untukku. Mama tidak ingin aku terlalu larut dengan pekerjaan dan lupa untuk mengurus diriku sendiri. Aku lega Indira membawamu padaku."

"Kenapa?"

"Karena kau membuatku jatuh cinta."

"Sepertinya kau mudah sekali jatuh cinta."

"Menurutmu begitu?"

"Kau pernah bilang sedang menyukai seseorang. Lalu dua hari kemudian kau bilang mencintaiku. Sepertinya kau cepat menerima dan melupakan. Apa itu juga akan berlaku untukku?"

"Honey, kau cemburu?"

"Tidak."

Aska menahan senyumnya.

MIDDLE EASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang