Kejutan Di Hari Pertama

46 3 0
                                    

Ruangannya berhadapan dengan ruangan Aska di ujung lorong lantai satu. Berukuran enam belas meter persegi dan berdinding kaca tebal yang sanggup meredam percakapan orang-orang di dalamnya. Terdapat sebuah lemari arsip empat laci berwarna abu-abu, sebuah kursi putar tanpa lengan berwarna biru tua dan sebuah meja berukuran besar dengan layar LCD komputer dan laser desk printer di atasnya.

Ini hari pertama Bulan bekerja. Setelah mendapat pengarahan dari Indira, dia mulai menata mejanya dan menyalakan komputer. Sesaat kemudian dia tertegun menatapi layar monitor di depannya. Semua file tertata rapi di dalam folder-folder dengan nama yang mudah dipahami. Ini mengherankan. Indira bilang, Aska yang mengatur sendiri semua file yang ada di dalam komputernya. Dia melakukannya dengan sangat baik.

Pukul dua belas, telpon di atas meja kerjanya berbunyi. Bulan menatapnya ragu-ragu.

"Halo," sapa Bulan pelan.

"Bulan, kamu siap-siap. Sebentar lagi ikut saya," jawab seseorang.

Itu Aska.

"Baik, Pak."

Bulan meletakkan telpon dengan hati-hati. Menarik napas dalam-dalam. Welcome to the real world, Bulan!

Jantungya berdebur seperti ombak. Di sampingnya, Middle East duduk dengan sangat tenang. Pandangannya lurus ke depan, tidak terpengaruh sama sekali dengan keberadaan Bulan. Ketenangannya mengusik rasa percaya diri Bulan.

Bulan mengeluh dalam hati. Sungguh tidak adil! Dia tetap mempesona dalam balutan jas motif kotak-kotak hitam putih, kemeja putih, dasi panjang berwarna perak, celana panjang longgar warna putih polos dan rambut acak-acakan. Sedangkan aku? Aku harus setengah mati supaya tetap terlihat normal meskipun aku tidak bermasalah dengan rambut dan tidak memakai baju motif papan catur! Bagaimana dia bisa membuat dirinya setenang itu?

Perjalanan menuju sebuah hotel berbintang lima, tempat pertemuan dengan seorang klien menjadi perjalanan terpanjang dalam sejarah hidupnya. Rasanya bumi berputar semakin pelan.

"Ini hanya pertemuan biasa. Kamu hanya perlu mengingat poin-poin penting yang kami bicarakan," ucap Aska pelan.

Bulan mengangguk gugup. Dia berusaha menghindari kontak mata dengan Aska.

"Baik, Pak."

Untuk beberapa saat suasana kembali hening. Bulan mulai gelisah.

"Sudah berapa lama kamu bekerja di tempat itu?"

Bulan menoleh bingung. Nada bicara Aska terdengar lebih hangat.

"Di wartel itu."

"Oh."

Bulan tersenyum.

"Sekitar satu tahun. Kebetulan kuliah saya sudah hampir selesai dan mulai ada waktu untuk mencari uang."

"Kenapa disitu? Kenapa nggak di tempat lain?"

Bulan kembali tersenyum.

"Apa salahnya bekerja disitu? Saya hanya ingin menghasilkan uang sampai mendapatkan ijasah."

"Dan menolak tawaran kerja dari ayahmu?"

Bulan terdiam. Menghela napas dan melemparkan pandangan keluar jendela. Ayah!

Mobil sedan yang mereka tumpangi sudah sampai di tujuan. Sopir yang mengantar membukakan pintu untuk Bulan, sedangkan Aska langsung keluar dari mobil dengan gayanya yang santai.

Pengalaman pertama bertemu klien dan mendampingi Aska sebagai sekretaris berjalan lancar.

****

MIDDLE EASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang