#6

3.4K 105 1
                                    

"Kamu kok ga pernah ajak suamimu sih buat check-up kandungan? Itu kan anak dia juga?"tanya Rafa yang masih fokus menyetir.

Brita hanya menggeleng pelan. Ya tadi Brita memang cuti kerja dan meminta Rafa menemaninya check-up. Ia merasa, biarlah Danil tahu sendiri jika ia sedang hamil, tanda bahwa Danil memang mencintai dan memperhatikannya.

"Aku hanya tak ingin membebaninya"lirih Brita. Ia menundukkan kepalanya, mengelus lembut perutnya yang membuncit di usia ke-4 kandungannya.

Rafa menghela nafasnya kasar.

"Tapi dia harus tau! Kan dia suamimu! Biarkan aku yang bicara padanya!"ujar Rafa.

Brita menggeleng, menatap Rafa.

"Kumohon Raf. Plis, jangan beritahu dia. Biarlah. Jika memang dia tak menyadari kehadiran janin ini, biarlah anak ini jadi anakku saja"lirih Brita menahan isakan tangisnya.

"Apa maksudmu? Hei, kau menangis!"ujar Rafa, heran akan sikap Brita. Ia menepikan mobilnya. Memutar tubuh Brita, menghadap ke arahnya.

"Ada apa denganmu? Tell me"ujar Rafa.

Tangis Brita pecah. Ia memeluk tubuh Rafa kuat. Menumpahkan segala keluh kesah dan kekecewaannya pada Rafa.

"Ssh, tenanglah. Just tell me, and I hear it"bujuk Rafa.

Brita pun menceritakan semuanya.

Skip!

"Jadi dia berselingkuh?"geram Rafa.

"Aku tak tau. Itu hanya dugaanku"lirih Brita.

"Aku akan mencari tau"ujar Rafa.

Brita hanya bisa terdiam.

***

"Selamat ya pak. Bayi bapak sehat. Perempuan"jelas dokter dalam bahasa Inggris yang fasih kepada Danil dan Maura.

Danil meremas lembut jemari Maura.

"Kau senang?"tanya Maura.

Danil mengangguk.

"Tentu. Siapa yang tak senang punya anak dan pasangan yang sempurna?"balas Danil lembut, mengecup jemari Maura.

"Nil, kapan kau akan menikahiku?"tanya Maura.

Danil termenung. Tubuhnya membeku.

"Aku hanya tak mau anak kita lahir tanpa status yang jelas. Lagian aku ingin diakui sebagai Nyonya Brooklyn"jelas Maura.

Danil menghela nafasnya berat.

Ia tak tahu harus berbuat apa. Apa kata Vira, mamahnya dan Brita, istrinya serta Harry, papahnya bila tau ia mengkhianati Brita.

Seketika kembali terlintas wajah dan senyum lembut Brita. Ia segera menepis pikiran itu jauh.

"Danil?"ujar Maura, menyadarkan Danil dari lamunannya.

"A-akan kuurus"jelas Danil.

Maura hanya balas mengangguk.

***

"Kamu gendutan Ta?"tanya Danil heran melihat tubuh Brita makin gempal.

Brita tersenyum.

Akhirnya kau menyadarinya, Danilku. Batinnya.

"Menurutmu?"tanya Brita.

"Aku serius"balas Danil.

Brita menghela nafasnya.

"Aku hamil. Sudah 5 bulan. Dan kenapa kau baru sadar sekarang?"tanya Brita. Diletakkannya sendok makannya. Ia merasa malas melanjutkan makannya.

"Kau tak memberitahuku. Ya mana kutahu"ujar Danil cuek.

"Kau harusnya sadar dan peka!"sengit Brita. Ia merasa kesal.

"Huh. Memaksa sekali!!"sengit Danil, membalas Brita. Ia berdiri dan masuk ke kamar.

Danil, kenapa kau berubah? Apa karna si Maura-Maura itu? Tuhan, biarkan aku bahagia bersama anak dan suamiku. Batin Brita.

Air matanya meleleh. Ia hanya bisa terisak pelan.

***

Drrttt... Drrttt...

Terdengar suara getaran ponsel.

Brita merasa tidurnya terganggu. Ia bangun dan meraih ponsel di nakas. Ponsel milik Danil.

Ada sebuah pesan masuk.

From: Maura dear

Dearku, apa kabar? Miss you so bad :(. Kapan kita jumpa lagi? Baby miss her father too. Not only mom. So, I call you later. See ya. Nite :*

XOXO

Air mata Brita meleleh. Baby? Jadi wanita itu juga hamil? Apa ia hamil anak Danil.

Apa yang harus hambamu perbuat? Aku tak kuat ya Tuhan. Tapi demi baby-ku. Batin Brita menangis.

Karna capek menangis ia pun terlelap.

***

"Lo kok kusem banget sih, Brit? Nih ya, biasanya bumil tuh ceria, bahagia, senang gitu. Bukan asem gini mukanya!!"ujar Yahya, menopangkan dagunya.

Brita menatap Yahya.

"Ya, boleh gue minta tolong ga?"tanya Brita.

Yahya menaikkan alisnya.

***

Danil Pov

Aku melonggarkan dasiku. Kugesekkan key card milikku di pintu. Kuletakkan tas kerjaku di sofa. Ada amplop surat coklat di meja.

Apa mungkin Brita?

"Britaaa"panggilku. Tak ada sahutan. Aku beranjak ke kamar dan dapur. Kosong. Mengecek pakaiannya. Kosong! Hanya ada pakaianku.

Aku bergegas meraih ponselku. Ada sebuah pesan masuk.

From: Brita wifey

Danil, maafin aku pergi tanpa kabarin kamu. Maafin aku. Bukannya aku mau seenaknya. Tapi aku udah capek dan ga kuat, Nil. Maaf. Aku minta kamu baca dan setujui surat beramplop coklat di meja. Satu kata terakhir dariku untukmu. Love you 4ever.

:* :)

Aku membeku di tempat. Kubuka amplop itu. Isinya seperti menyambar isi kepalaku.

***

Penasaran ga, apa yang didlm amplop??

Trims buat yang mau baca cerita abal dan ga bermutu ini.

Vote+commentny deh!!

Oke deh, capcushhh aja ke next chap ya gaes!!! Loph lophhh youu

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang