13 tahun telah berlalu...
Brita Pov
Aku mengecup puncak kepala kedua anakku. Mereka mengerjapkan kedua mata mereka pelan.
"Mom"ucap Queen serak. Ia masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
"Bangun ya sayang. Mandi dan turun ta. Mom tunggu, sarapan"suruhku lembut. Aku berdiri dan merapikan blazer coklatku, beranjak keluar.
Aku berjalan ke kamar disebelahnya melalui pintu geser. Ya, kamar kedua anakku ini, berhubungan, dibatasi sebuah pintu geser.
King masih tidur.
"Bangun King. Don't be lazy!"ujarku sarkastik. Ia menatapku malas.
"C'mon, mom. Ini masih jam 7"protesnya.
Aku menggeleng.
"Ayo cepat. Atau mom potong uang sakumu"ancamanku ini selalu berhasil. Ia hanya mendengus kasar lalu turun dari kasurnya. Menuju kamar mandi.
Aku bergegas turun.
***
"Mom, apa malam ini mom pulang malam lagi?"tanya Queen, si kembar bungsu.
"Mom akan usahakan, dear. Kan kamu masih ada King?"jawabku lalu meletakkan segelas chesse lasagna favoritnya.
Ia memanyunkan bibirnya. Membuatku gemas.
"King usil mom. Aku gamau sama dia!"ujarnya. Ia mendengus sebal.
"Usil gimana?"tanyaku geli.
"Kemaren dia masukin cicak di bekal yang mom buat. Kejam kan?"balas Queen. Aku mendelik ke King, meminta penjelasan melalui mata.
Ia hanya cengengesan.
"Heh, baiklah. Sebentar lagi om Rafa akan sampe, kalian bareng dia ya? Mom harus berangkat. Sudah mepet"ujarku, lalu mengecup lembut kening putra dan putriku.
***
*Flashback on*
"Aaaahhhh"jeritanku membahana. Deri, Yahya dan beberapa pegawai mendekat.
Darah merembes dari dress sederhana yang kupakai.
"Kamu akan melahirkan, Brit! Kami akan membawamu ka RS!"ujar Deri membopongku menuju mobil.
"Tarik nafas, tahan lalu dorong sambil buang perlahan. Ya begitu"aba-aba dari dokter Sara kulakukan.
Kucengkram lengan kemeja Deri kuat.
"Aaarrrrggghhhh!!!"jeritanku melolong, saat dimana suara tangisan bayi membahana.
"Yang cowo sudah keluar. Kita lanjut yang cewe. Lakukan seperti tadi bu"suruh dokter Sara setelah menyerahkan si sulung pada suster.
"Huff, huff, haah, Aaarghhhh!!!"jeritanku kembali terdengar. Aku mengeden kuat.
Tangisan bayi membahana. Kutatap Deri. Air mataku meleleh.
Ia tersenyum.
"Bayimu dan keponakanku lahir. Selamat Brit. Kau ibu sekarang"puji Deri. Ia mengelus tangan kirinya. Aku menatap tangan kirinya. Kemeja putihnya sampai berubah merah karna darah akibat cakaranku.
"Maafkan aku"lirihku merasa bersalah.
"Tak apa. Ini sebanding"jelas Deri lalu terssnyum tulus. Badanku lemas sekali saat itu. Tak lama suster datang dan mulai menanganiku.
"Siapa namanya sayang?"tanya mamah Vira dan mamah Sayna sambil menimang kedua bayi kembarku. Tak ada Danil. Ia pasti sudah bahagia dengan Maura sekarang. Apalagi tak lama lagi, bayi mereka akan segera lahir.
"King Safir Alderian, dan Queen Ruby Marcheta. Mereka akan jadi raja dan ratu, serta permata dihatiku mah"jelasku.
"Nama yang indah. Mamah senang sekali. Hai Queen"sapa mamah Vira pada Queen yang sedang digendongnya.
"Dan hai Kingg"sapa mamah Sayna mengelus pipi gembul milik King.
Lalu keduanya terkekeh.
"Hei, sini. Giliran para opa yang menggendong"protes papah Harry dan papah Alvin.
Kedua mamah memberikan King dan Queen dengan tak rela.
"Wah, mereka sangat mirip dengan Danil"puji papah Harry.
Ya, Queen dan King seperti jiplakan Danil. Bagaimana tidak? Rambut coklat pohon keduanya. Mata hijau cemerlang. Bibir tipis sempurna, hidung mancung. Yang mirip denganku mungkin hanya lesung pipi dan alis dan bulu mata mereka.
Aku tertunduk mendengarnya.
"Pah!"tegur mamah Vira.
"Ah, maafin papah, Brit"lirih papah Harry. Aku mengangguk, menahan isakan tangisku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
RomanceBrita menerima perjodohannya dengan Danil. Ia mencintai pria itu, love in the first sight gitu deh. Mereka menikah, bahagia. Tapi apa daya, bila kehidupan mereka mulai tergoncang. Bagaiman dengan Maura nantinya? Dan Rafa? Simak dan baca aja ders!