#10

3.7K 109 3
                                    

Yang dimulmed itu outfit kerjanya Brita yaaaa..

***

Aku memarkirkan mobilku di lobi kantorku.

Turun dengan anggun. Sekarang aku adalah seorang CEO dari Simpson Corp. yang secara notabene adalah perusahaan milik orangtuaku dulu. Dulu dikelola oleh papah Alvin.

Menyerahkan kuncinya pada petugas valet.

Menuju lift dan naik ke lantai 27, ruanganku.

Hana, sekretarisku sudah menunggu.

"Ini jadwal hari ini bu. Jam 1 siang nanti kita ada meeting dengan Brooklyn Ltd."jelas Hana.

Aku hanya mengangguk.

Lalu masuk.

"Auntyyyy"terdengar suara cempreng khas anak kecil mendekat. Aku melongokkan kepalaku.

"Oh my gosh, nightmare is coming"lirihku dramatis. Yahya hanya cengengesan.

Ia memangku kedua putri kecilnya, Zahara dan Zarina. Zara sudah berumur 7 tahun. Dan si bungsu Zarina baru berumur 3 tahun. Yahya sudah lama tak bekerja lagi di kantor kami dulu setelah menikah dengan kekasihnya, Rama.

"Dianter siapa?"tanyaku.

"Rama. Baru dia ke kantor. Ini si curut 2 kangen ama lo"jelas Yahya.

"Ya, ya. Bahasamu itu loh. Nanti ketiru anakmu"nasihatku.

"Yaelah. Biarin aja kale. Kan dia anak kota, ya gapapa kale Brit"balas Yahya enteng. Brita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Brita melangkah menuju tempat rapat.

Ia adalah satu-satunya CEO wanita dalam rapat kali ini. Ya, siapa yang tak mengenal Simpaon Corp., perusahaan paling bergengsi di dunia. Memiliki aset kekayaan di belahan dunia manapun.

"Selamat pagi Nyonya Brita Simpson"sapa Fifi, resepsionis di gedung ini.

Ya, sejak melahirkan, dan menjalankan perusahaan lagi, nama belakangnya otomatis berganti jadi Simpson kembali.

Brita hanya mengangguk sopan.

***

Brita Pov

Aku duduk di kursi rapat. Membuka proposal pembahasan rapat hari ini.

"Selamat pagi semuanya. Saya, Danil Aldero Brooklyn akan memimpin rapat hari ini"sapa Danil, yang membuatku tak percaya.

Aku melupakan bahwa Danil adalah CEO dari Brooklyn Ltd.

Mata kami bertemu. Kutatap dia. Dia tampak kurus. Dan berantakan. Seperti tak terurus.

Ia pun sama terkejutnya denganku saat melihatku.

Jujur, aku merasa gugup.

Rapat pun berlangsung.

***

"Tunggu"panggil seseorang. Aku menoleh. Danil.

"Ada apa Mr. Brooklyn?"tanyaku seolah kami tak saling mengenal.

"Brit, tolong jangan perlakukan aku seperti ini"pintanya.

Aku menghela nafas berat.

"Kita sudah tak memiliki hubungan lagi. Sekarang kita hanya sebatas rekan kerja"balasku menekankan kata rekan kerja.

Ia tampak terhenyak.

"Bisa kita bicara? Ayo makan siang bersama"ajaknya.

"Maaf saya sibuk"tolakku sopan.

"Kumohon"pintanya.

Aku pun mengangguk walaupun itu berat.

***

Aku menelan lasagna pesananku.

"Apa yang ingin anda bicarakan Mr. Brooklyn?"tanyaku menatap kedua manik mata Danil. Mata itu, aku sangat merindukannya.

Tahan Brita. Jangan mau terjebak lagi. Batinku memperingatkan.

"Brit, aku minta maaf atas kesalahnku dulu. Maafkan aku pernah menyakitimu. Jujur saat itu aku bodoh. Aku terlalu dibutakan pesona Maura. Aku telah ditipu olehnya. Ia mengatakan dirinya hamil putriku. Dan menghasutku. Untuk menceraikanmu. Setelah berhasil, otomatis dia menjadi nyona Brooklyn. Ia melakukan itu karna tak berhasil dalam kariernya. Dan anak dalam kandungannya anaknya dengan orang Negro. Ia pernah berhubungan dengan sutradaranya dulu. Dan tak lama kami bertemu. Dia memanfaatkan keadaannya yang hamil muda untuk menjebakku. Dan saat aku tau dia menipuku, aku menceraikannya. Berusaha mencarimu. Tapi mamah dan papah tak mau mengatakan keberadaanmu. Aku melakukannya 13 tahun ini"jelasnya.

Ia menggenggam tanganku.

"Kumohon kembalilah padaku"pintanya.

Kutepis tangannya. Membuang mukaku.

"Heh, kembali? Setelah semua yang terjadi? Yang benar saja. Kau pikir aku sebodoh itu? Ingat, aku bukan Brita yang dulu"balasku sengit, menahan cucuran air mataku yang bersiap keluar.

"Sungguh maafkan aku Brit. Aku salah. Aku tau itu. Plis, beri aku kesempatan sekali lagi?"pintanya lagi.

"Tidak. Cukup sekali. Aku bukan barang. Aku juga bukan sampah. Aku tak bisa dipermainkan seenaknya!"bentakku. Emosiku mulai memuncak.

"Dan apa kabar anak kita?"tanyanya.

"Haha, anak kita? Anakku! Mereka bukan anakmu! Camkan itu!"bentakku kasar, tak kupedulikan tatapan orang-orang disekitarku. Aku bergegas keluar dari café. Melajukan mobilku kencang menuju rumah Rafa.

***

"Tenanglah, ceritakan semua padaku"ujar Rafa, meletakkan secangkir teh melati dimeja.

Kusesap teh itu perlahan. Aku menghela nafas kasar. Kujelaskan semua omonganku tadi dengan Danil. Ia tampak mendengarkan.

"Heh, dasar! Keduanya sama-sama brengsek!"geram Rafa. Rahangnya tampak mengeras.

***

Kutatap kedua anakku. Buah hatiku.

"King, Queen, mom mau tanya sesuatu"ujarku yang mengalihkan fokus mereka dari TV jadi padaku.

"Ada apa mom?"tanya Queen.

Aku menghela nafasku berat.

"Apa kalian merindukan dad kalian?"tanyaku. Mereka terdiam.

"Jujur, ya mom. Sangat malah. Tapi dad sudah membuang kita"jawab King.

Aku menunduk.

"Dad kalian tertipu. Dia ditipu selingkuhannya dulu. Dan dia ingin bertemu kita, bersatu dengan kita lagi. Apa kalian mau?"tanyaku.

Queen terisak.

"Aku mau mom"jawab King mantap.

Kualihkan pandanganku pada Queen.

Ia menggeleng.

"A-aku tak mau mom. Aku tak tau. Aku belum siapp"isaknya. Kupeluk dia lembut. Kuusap rambutnya.

"Dadmu ingin bertemu kalian. Dia bilang rindu"jelasku.

King tampak mengangguk. Dan Queen malah terdiam.

"Hehhh, tidurlah sayang"suruhku.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang