Flashback 2

6.5K 231 7
                                    

Gista menghentikan ucapannya saat melihat raut wajah anaknya yang menatap bingung.

"Ah yaudahlah Gitta bingung. Tapi bun kalau misalkan orangnya kesini lagi bilang aja makasih banyak dari aku." ucap Gittha

"Hem, iya, yaudah yuk ah kita makan." ucap Gista dan merangkul anak gadis kesayangannya.

"Ayo!" jawab Gittha riang.

Flashback end.

"Inget kok. Oh, Jadi kamu yang kirim kado itu buat aku?"

"Iya hahaha. Kamu suka gak? Maaf ya hadiahnya kaya gitu. Abis aku bingung ngasih apa ke kamu, yaudahlah jadi aku beli kalung itu buat kamu."

Gittha pun mengangguk dan tersenyum walaupun yang di seberang sana tidak mengetahuinya, "Suka 'banget' malah. Gak kok malah aku seneng, tapi lain kali gak usah yang mahal-mahal Rev, sayang uang kamu." ucap Gittha namun tiba-tiba saja Revan tertawa sangat keras di seberang sana.

'Deh sarap gue ngomong bener dia malah ketawa' batin Gittha ngegurutu.

"Hahaha, yaampun Gittha. Gapapa kali sekali-kali gitu nyenengin bidadari yang satu ini." gombal Revan namun seketika Gittha langsung memasang muka absurdnya.

'Wih geblek curut afrika bisa ngegombal ternyata' batin Gittha

"Halah, gombal" jawab Gittha sedikit ketus padahal dalam hatinya sudah berbunga-bunga.

"Hahaha, yaudah. Eh besok kamu kuliah kan? Aku jemput ya?"

Mendengar ucapan itu refleks membuat Gittha menegakkan tubuhnya.

"Ngapain? Aku bisa naik mobil kok sendiri."

"Jangan, biar aku jemput aja. Soalnya sekalian mau ke butik langganan mama."

Gittha menautkan kedua alisnya, "Ngapain ke butik?" tanya Gittha.

"Nyari amuba. Ya mau liat baju lah, Gitt. Aku mau ngajak kamu buat liat baju buat nikahan kita nanti." ucap Revan.

"Oh, yaudah terserah kamu. Ehm, Rev. Udah malem nih aku ngantuk." kata Gittha sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya karena menguap.

"Oh kamu udah ngantuk ya? Yaudah maaf ya. Kalau gitu kamu tidur aja. Sampai jumat besok. Bye." ucap Revan

"Bye." jawab Gittha pelan. Namun sebelum ia memutuskan sambungannya. Sekilas ia mendengar kalau Revan berkata.

"I love you."

Gittha hendak bicara namun sambungan keburu terputus terlebih dahulu.

Seketika senyum sumringah terpapar jelas diwajahnya. Dalam hatinya pun menjawab.

"I love you too, Rev"

Gittha pun langsung merebah kan dirinya dan menarik selimutnya sampai dada lalu memejamkan matanya.

------------------------------------------------------------------

Triililit. Triililit. Triililit.

Tek!

Gitta pov.

Aku mematikan alarm itu. 05.00. Setelah melihat jam di atas meja, aku pun sedikit bergeliat kecil di kasur lalu bangun terduduk.

Rasanya aku masih malas dan masih ingin berselimut lagi.

Tok. Tok. Tok.

"Gittha bangun sayang solat subuh dulu!" kata bunda sedikit teriak.

Bunda punya ke hobian baru, yaitu membangunkan aku tidur dengan cara teriak.

Kata bunda, sebenarnya bunda gak tega membangunkan ku dengan cara itu. Tapi katanya mau gimana lagi, abis aku tidur kayak orang mati, alias kebluk.

"Iya bun. Bunda duluan aja aku baru bangun masih lemes. Mau ngumpulin nyawa dulu." ucap ku sedikit teriak juga dengan mata yang masih terpejam.

"Yah lama. Yaudah bunda, papah, sama abang solat jamaah duluan ya. Kamu jangan lupa solat subuh!" ucap bunda mengingatkan ku. Aku hanya mengangguk dan menjawab 'iya'.

Setelah beberapa menit aku mengumpulkan nyawa akhirnya aku bergegas mengabil handuk dan menuju kamar mandi.

---

Setelah selesai mandi dan solat aku pun beranjak menuju lemari. Aku mencari-cari baju yang aku kenakan nanti. Hari ini aku ada jadwal ngampus dan setelah itu mau ke butik. Padahal niatnya aku mau pergi ke kedai kopi, ya sekedar nongkrong sambil ngecek tugas-tugas. Aku malas di rumah karena di rumah aku juga sendirian.

Papah kerja jadi arsitek dan kini beliau sedang membangun sebuah gedung, tapi entah lah gedung apa.
Abang ku punya perusahaan sendiri di daerah Kemang. Abang ku juga sudah menikah sejak 8 tahun yang lalu dan dia juga sudah mempunyai 2 anak kembar yang lucu-lucu.

Bunda, bunda sejak melahirkan abang beliau memutuskan untuk tidak bekerja. Katanya beliau mau jadi istri dan ibu yang sempurna. Makanya beliau memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga. Tapi hari ini bunda ada arisan sama temen-temennya, makanya deh di rumah sepi.

Setelah aku menemukan baju yang akan aku pakai nanti, aku pun langsung menutup lemari dan mengganti baju.

Hari ini aku memakai baju lengan panjang berwarna putih yang dimasukan kedalam celana, dan agak dikeluarin sedikit. Dan aku memakai gardigan warna abu-abu bercak hitam lengan pendek dan panjang sampai semata kaki.

Aku pun duduk di atas kursi meja rias. Aku sedikit memoleskan make up natural di wajah ku. Hanya memakai lipstik, mascara, eyeliner, dan bedak saja. Dan aku menguncir kuda rambut ku.

06.00 WIB

Aku pun merapikan buku-buku dan laptop ku.

Tok..tok..tok..

"Gitt, Revan udah nungguin kamu tuh di bawah! Udah cepetan nanti telat, lho." panggil bunda.

'Cepet banget udah dateng' batin ku sedikit malas.

"Iya bun ini juga udah siap." teriak ku dari dalam kamar.

"Yaudah bunda tunggu di ruang makan ya." kata bunda aku hanya menjawab dengan gumaman.

Setelah selesai aku pun memakai sepatu sport ku dan menggendong tas ku serta menjinjing tas laptop ku, lalu beranjak meninggalkan kamar.

***



Ntf: part ini bisa dilihat tak?

Couple DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang