5 ; Tsunami

120 24 0
                                    

Pagi hari yang menusuk hati. Rasha merapikan tempat tidurnya yang berantakan oleh buku pelajaran. Semalam duabelas pelajaran, Rasha melanggar perkataan ibunya yang menyuruhnya tidak usah belajar. Ia tak menyangka tubuhnya telah bernostalgia dengan Biologi.

Masih tidak menyangka bahwa kamar sebelah nya sudah terisi oleh seseorang.

"Hoamm... Pagi mama" Sapa Rasha sambil menyeduh teh di termos. Mata nya berwarna hitam pekat sehingga membuat mama Rasha merinding.

"Hey, Sha. Kamu kenapa? Jangan bilang kamu pake maskara" Tegur mama nya. Rasha hanya menghela nafas panjang dan menaruh segelas teh nya di meja, lalu ia duduk dengan semangkuk sereal nya. Satu suapan akan masuk melalui terowongan mulutnya.

Tapi Luke tak kalah cepat untuk merampas nya.

"Seriously!?" Umpat Rasha sambil menatap Luke yang mengunyah sereal miliknya tanpa dosa.

"Look, mom? I told you-"

"Siapa cepat, dia dapat." Pria tak berkharisma itu selalu mengusili Rasha.

"Kalo kayak gini terus gue gak mau tinggal sama lo, lagian lo juga bukan tamu diundang."

Luke tidak berkutik, ia mengambil sebotol kecap dan menuangkan kedalam mangkuk sereal Rasha dengan cengo-nya.

Rasha menampar muka Luke dengan sepotong roti yang telah kadaluarsa setengah hari. "ASIN DIEM LO!"

Ia menendang bokong Luke keras-keras dan pria itu merasa puas telah membuat Rasha gagal menikmati sarapannya. Rasha menatap sereal yang mengambang dipermukaan susu dengan malangnya. Ia pun berbalik ke kamarnya dengan kesal dan mengambil tas ransel kecilnya yang berada dilantai atas.

Sementara ibunya melongo ke arah mereka berdua sambil memegang celana ayah Rasha yang dikiranya sosis bakar.

Semenit kemudian, Rasha berteriak dari rak sepatunya karena dia baru saja memakai sebelah sepatu, "Ma, Pa, Rasha berangkat sekolah du.."

Kriiing, kriiing.

"Tunggu, jangan pergi dulu Sha."
Suara panggilan telepon berdering lantang dari saku celana mama. Sementara Rasha masih tertahan di ujung pintu dan.

"Luke..."

Orang yang dipanggil baru saja akan pergi keluar.

"Kata mama mu, kamu pindah kampus sama Rasha ya."

Rasha melongo, Luke melongo, ayah melongo, Andika melongo, Roti melongo, dan semua yang berada disitu terpatung dalam sekejap.

"Gak ma, Rasha gak mau se sekolah sama anak Rabies." Ketus Rasha sembari berlutut di depan mama nya yang masih memegang telepon.

"Alah berisik lo Sha, ini perintah jadi nggak boleh dibantah!" Ketus mama nya balik.

"Plis, ma. Nanti pulang ngampus Rasha pijitin setiap hari." Rasha nggak mau kalah.

"Apaan, mama sama papa jarang ada dirumah. Jangan banyak alasan kamu, sana pergi!" Mom Roline sudah merasa sebagai ratu jahat di dalam dongeng yang suka mengusir warganya karena selalu meminta jatah gandum.

Akhirnya Mom Roline sadar dari khayalan sematanya dan menepak jidatnya yang mulus, ia berkata."Pokok nya hari ini kamu harus sekolah sama Luke, ya. Biar lebih aman, mama udah pesen ke dosennya biar mata kuliahnya sama."

Sesekolah saja tidak sudi. Apalagi kelasnya sama semua, wajah Rasha pun mengembung seolah ada balon mengganjal di kedua pipi nya. Ia pun memulai pemberontakan.

Fool • l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang