18 ; Unknown

46 11 1
                                    

Rasha membiarkan Harrel masuk ke dalam rumahnya. Ia menggandeng tangan Harrel seperti menuntun anak kecil yang tersesat.

Sungguh, ia lupa janjinya dengan Harrel untuk berkunjung kerumah.

Ketika akan melangkahkan kaki masuk kedalam ruang tv. Ia teringat akan sesuatu.

"Hey, let's just go outside." Ucap Rasha berbisik sambil menggandeng Harrel melangkah kebalik pintu.

Tentu saja Rasha tidak mau pertemuan istimewa bersama sahabatnya dirusak oleh seorang Luke, terlebih mereka akan belajar bersama. Walaupun Rasha tahu kalau Harrel akan senang sekali bertemu dengan Luke, tapi ia menganggap hal ini sebagai petaka.

"We can do 'enjoy studying' here." Rasha menghirup lalu menghembuskan nafas nya lega. Tangannya melebar seakan ia barusaja memijakkan kakinya di surga yang mana itu hanyalah taman depan rumahnya dengan rumput tebal menjulang.

"Remember, there is 'dying' in 'studying'," Ujar Harrel sembari menyenggolkan bahunya dengan Rasha.

Rasha hanya terkekeh melihatnya, "Oke, pokoknya kita belajar yang bakal ada diujian aja."

"Siap, bu guru!" Jawab Harrel dengan wajah isengnya dan tangan yang disimpan didepan jidatnya sebagai tanda hormat.

"Mati lo." Jawab Rasha sambil mencubit lengan Harrel.

-

Luke masih sibuk dengan buku-buku yang berserakan di atas meja. Ketika beralih ke soal nomor dua puluh satu, ia mengerang sebal. Luke mengacak-acak rambutnya kasar dan memanyunkan bibirnya, menerawang seluruh sudut ruangan kamarnya.

Rasha telah menghilang.

Luke menghela nafas pasrahnya dan beranjak dari kasur untuk mencari Rasha sambil membawa buku soal yang sudah ia sumpah serapahi karena susahnya minta ampun.

Di ruangan atas tidak ada, maka ia turun menjelajahi lantai bawah.

Dilihatnya salah satu pelayan yang lewat melintasi ruang tamu. "Eh, iya! Kamu, siapa namanya? Liat Rasha disekitar sini nggak?"

"Sepertinya ditaman, tuan." Jade membungkukan badan setelah Luke berterima kasih pada jawabannya.

Luke pun membuka pintu dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Rasha, namun berhubung Luke adalah pria dan memiliki badan yang lumayan besar dan tinggi, ia bisa membukanya dengan mudah. Tidak seperti Rasha yang terpontang panting hanya karena menarik pintu. "Rasha!?" Teriak Luke dengan suara beratnya.

Tapi ia tidak merasakan keberadaannya, dan sekarang ia hanya melihat seorang gadis berbadan ceking yang sedang serius belajar sendiri.

Luke pun menepuk bahu Harrel dari belakang, membuat Harrel kaget setengah mati, apalagi yang menepuk bahu nya adalah orang yang disukainya.

"Whoa, sorry. Never thought that you'll really surprised." Jawab Luke terkekeh.

Harrel menggeleng. "No, it's okay."

"Rasha mana?" Tanya nya setelah duduk disebelah Harrel.

"You know, gardening stuff." Jawab Harrel sambil menggidikan bahu nya, Luke pun mengangguk.

Keheningan terjadi cukup lama sampai akhirnya Luke berbicara asal. "Tinggal disini enak ya, duduk diluar kayak gini juga sepi, nggak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyamperin." Ia tersenyum memandang langit.

Harrel mengerunyutkan bibir nya dan mengangkat alis, ia pun berkata. "Well, i still can't believe it is you, sitting next to me for a second time." Lalu ia tertawa.

Fool • l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang