17 ; Liar

58 9 0
                                    

"Cie.."

"Apaan?"

"Bau-bau ngincer ranking nih" Rasha mengangkat sebelah alisnya tinggi setelah memergoki Luke yang sedang belajar didalam kamar, dipagi hari.

Luke memutar bola mata nya, ia tetap sibuk membereskan buku dan memasukannya asal ke dalam tas. Sementara Rasha sibuk menceramahi Luke yang ternyata diam-diam menggali harta karun. "Ya setidaknya pekerjaan gue buat ngajarin lo udah nggak berlaku sekarang." Rasha menyunggingkan senyum miringnya.

Luke menutup sebelah telinga nya dan menyumbatnya dengan jari telunjuknya, menginterupsikan bahwa gadis tersebut sangat berisik bagi nya. "twat." gumam Rasha.

"Lagian lo itu belajar diem-diem nggak akan guna, lo gak bisa menyaingi gue, gue langganan ranking pertama disekolah gue. Jadi itu percuma." Kini Rasha melipat kedua tangannya diatas dada dengan mata yang masih tertuju kearah Luke.

Ketika Luke sudah memasukkan semua barang yang menurutnya penting kedalam ranselnya, ia lalu mengaitkan ranselnya dipundak kiri dan berjalan menghampiri Rasha yang sibuk memerhatikan tubuh tinggi Luke. Pria tersebut merunduk sedikit menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan Rasha.

"Gak usah disuruh berhenti pun gue nggak akan pernah berhenti,"

Luke terkekeh dengan senyum miring menyeramkan andalannya. Ia memberikan jadwal ujian yang akan berlangsung minggu depan. "Kalo lo dapet nilai tinggi diujian minggu ini, lo boleh nyuruh gue semau lo selama seminggu,"

Luke menatap Rasha sekali lagi dengan pupil biru yang menghipnotis wanita didepannya. "Tapi sebaliknya, kalo gue yang menang, lo yang jadi babu gue." Jawabnya dengan tekanan pada kata 'Tapi'.

"So, you better save your words for next week," Luke menepuk kepala Rasha di akhir kata.

Rasha berdecak dalam hati dan melihat kearah punggung Luke yang sudah meninggalkan kamar, mungkin ini adalah tantangan paling enteng sedunia untuk Rasha. Karena mana mungkin anak bodoh seperti Luke bisa menyaingi dirinya, itu sangatlah mustahil. "He's joking, right?" Gumamnya lalu mengikuti langkah Luke keluar.

-

Bel sekolah sudah berdering, wajah ngantuk dan bosan sudah tergantikan dengan wajah antusias. Rasha yang daritadi memasang wajah datar, memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Calum dan Michael dengan terpaksa. Alasan pertama, Harrel ada kelas tambahan yaitu seni, bersama Luke. Alasan kedua, Ashton, mengikuti kelas tambahan diluar sekolah. Pesan terakhir yang disampaikan Ashton terakhir kali kepada Rasha, Calum dan Michael adalah bahwa dia kali ini akan serius dengan ilmu barunya.

Dan akhirnya mereka bertiga yang tersisa berkumpul disini, menikmati makanan kantin yang rasanya sebelas duabelas dengan masakan restoran bintang lima.

Mereka bertiga menghabiskan makanannya masing-masing tanpa topik pembicaraan apapun sehingga yang mereka dengar hanyalah keributan seisi kantin, dan sebagian besar dari itu adalah komplotan wanita.

Setelah menghabiskan seluruh makanan dikantin beserta makanan murid lain, Michael mengatakan bahwa ia ingin ketoilet dahulu karena perutnya yang tidak bisa berkompromi dengan apa yang ia lahap.

Sedangkan Calum, masih sibuk dengan makanannya dan sesekali menatap Rasha disela-sela mengunyah. "Apa?"
tanya gadis didepannya.

Calum menggeleng merasa dirinya terpegoki melirik kearah wanita disebrang meja makannya. Rasha memutar bola mata dan terus melanjutkan acara makan besarnya.
"Nothing, didn't you feel the pain in your stomach?"

"Didn't you eat to much?" Kemudian Calum menunjuk piring Rasha.

Rasha dengan spontan melirik ke arah perutnya dan menatap Calum bingung, "Emang kenapa?"

Fool • l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang