DOP - 7

4.3K 383 20
                                    

Digo datang pagi-pagi ke rumah Prilly ternyata tujuannya untuk menjemput dia. Ibunya Digo meminta Prilly main ke rumahnya, beliau rindu karena sudah lama tak melihat Prilly.

Prilly pamit kepada mama dan papanya untuk pergi ke rumah Digo. Rumah mereka tidak terlalu jauh, jadi tak memerlukan waktu lama untuk sampai di rumah Digo. Mama Digo tahu anaknya pulang, langsung saja dia keluar dan menyambut mereka.

"Ya ampun Prilly, udah lama ibu gak lihat kamu, ibu kangen tahu sama kamu." Mama Digo memeluk Prilly saat mereka sudah sampai di ambang pintu.

"Mama, biar Prilly nya masuk dulu ma."

"Ah iya mama lupa. Ayo sayang masuk." Mama merangkul lengan Prilly untuk ikut dia masuk ke dalam.

"Sini duduk, gimana kabar kamu?"

"Alhamdulillah baik bu, ibu apa kabar?"

"Alhamdulillah baik juga. Udah lama ya ibu gak lihat kamu, biasanya tiap minggu ke sini, sekarang kalau liburan aja baru ke sini."

"Iya bu, maaf ya bu."

"Iya gak apa-apa kok."

Banyak yang di bicarakan Prilly dan mamanya Digo, sampai mereka lupa ada satu mahluk lagi yang memperhatikan mereka berdua asik bicara.

"Di sini tuh ada orang kali. Asik banget sampai aku di lupain gitu." Digo akhirnya bersuara setelah setengah jam hanya duduk memperhatikan Prilly dan mamanya.

"Hehehe, maafin mama Digo. Mama ke dalem aja deh kalau gitu, kalian kan juga mau kangen-kangenan kan."

"Gitu dong ma, pengertian sama anak."

Prilly hanya tertawa kecil mendengar ucapan Digo itu. Mama yang pengertian akhirnya masuk ke dalam, sedangkan Digo pindah duduk di sisi kanan Prilly. Sejak Prilly datang tadi mama sudah mensabotasenya.

"Kamu kenapa sih, manyun-manyun aja dari tadi?"

"Mama itu mengurangi quality time aku bareng sama kamu. Gak tahu apa anaknya mau dua-duaan sama calon mantunya."

"Apa sih kamu." Prilly terlihat malu-malu di buatnya.

Digo berbaring di pangkuan Prilly, menjadikan kaki Prilly sebagai bantalannya. Perlahan Digo mulai memejamkan matanya, dia tak tidur, hanya sedang menikmati sebuah kenyamanan yang di berikan Prilly. Prilly pun hanya membalai rambut Digo dalam diam, tersenyum kecil saat melihat laki-laki itu merasa nyaman di pangkuannya.

"Prill" Panggil Digo dengan mata yang masih tepejam

"Hmm" Jawab Prilly, tangannya tak lepas membelai rambut Digo.

"Kalau kita menikah nanti, aku mau kita punya anak perempuan dua ya."

"Kok gitu?"

"Kan kamu tahu aku gak punya saudara perempuan, kayanya kalau punya anak perempuan itu lucu deh Prill."

"Aku mah se dikasihnya aja sama Tuhan, apa aja aku juga mau."

"Oh, memangnya kamu mau menikah sama aku? aku kan bukan apa-apa Prill, beda sama kamu yang seorang anak polisi."

Prilly menarik nafasnya sesaat lalu membuangnya kembali.

"Digo berapa kali aku harus bilang sama kamu, mau kamu siapa-siapa, mau kamu bukan siapa-siapa, yang aku kenal Digo ya yang ini bukan yang lain. Mau gimana pun nantinya kamu ya sudah itu memang jalan hidup mu."

"Kamu kenapa baik banget sih Prill sama aku?"

"Karena aku sayang sama kamu titik, udah jangan pernah tanya lagi kenapa dan gimana, oke."

DIARY OF PAST "First Love is Never Die"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang