Digo baru saja lulus pendidikan setelah dia melakukan pendidikan selama 6 bulan untuk dasar militer dan 3 bulan untuk kejuruan infantri. Kali ini ratusan peserta mengikuti upacara penutupan pendidikan sekaligus pelantikan dan penempatan tempat dimana mereka akan berdinas nantinya.
Setelah dua jam upacara pelantikan selesai, Digo mendapatkan penempatan dinas di Batalyon Infantri 403 / Warasada Pratista. Dia mendapatkan waktu beristirahat selama seminggu sebelum berangkat tugas ke sana. Digo menghabiskan waktunya bersama keluarga dan Prilly yang akan di bawanya pulang juga ke Madiun bersamanya.
"Ikut pulang ya sama aku hari ini, kamu libur kan kuliahnya." Digo sudah tahu jadwal kuliah Prilly, jadi dia berani mengajak Prilly untuk pulang.
"Ya udah aku siap-siap dulu." Tak banyak barang yang akan Prilly bawa pulang ke Madiun, beda dengan Digo, dia masih setia dengan ransel besar bersandar di punggungnya.
Setengah jam Prilly menyiapkan apa pun yang akan di bawanya pulang, dan selama itu pula Digo hanya tersenyum melihat kekasihnya itu mondar mandir di hadapannya.
"Kamu bukannya bantuin malah senyum-senyum aja." Prilly protes ke Digo.
"Abis kamu repot amat sih, kan cuma sebentar aja pulangnnya kamu kaya mau pindahan aja perabotannya akeh sing di gowo."
"Mbuh lah." Prilly mengabaikan Digo begitu aja.
"Kamu ngambek manyun-manyun begitu minta di cium ya." Tanpa sadar Digo sudah berdiri di belakangnya dengan dagu menempel di bahu.
"Digo, minggir gak. Jangan sampai gagang sapu ini melayang ya." Prilly sudah siap mengangkat sapu yang ada di hadapannya.
"Ya ampun galak banget sih kamu. Iya deh iya, ayo cepetan nanti kita ketinggalan kereta." Digo berangsur menjauh dari Prilly, dia masih sayang tubuhnya sendiri.
Prilly sudah siap dengan pakaian santai yang biasa di kenakannya. Dia selalu menanti waktu pulang seperti ini hanya untuk bertemu orang tuanya. Prilly meminta tolong Anto dan Tyo mengantar mereka ke stasiun, mereka teman yang baik untuk Prilly, dan mereka juga ikut merasakan bahagia saat Prilly bisa bertemu dengan Digo.
"Makasih ya Yo, To udah di anterin," ucap Prilly saat mereka sudah tiba di stasiun.
"Sama-sama Prill, kalian juga hati-hati ya di jalan. Salam buat bapak sama ibu."
"Iya nanti tak sampain salam kalian buat bapak sama ibu. Kita ke dalem dulu ya." Prilly pamit pada ke dua temannya.
"Makasih ya udah di antar," ucap Digo.
"Iya Digo, titip Prilly ya." Digo mengangguk sebagai jawabannya.
Digo dan Prilly sudah ada di dalam menunggu kereta yang akan di naiki mereka datang. Karena belum sempat makan tadi, Digo memutuskan membeli nasi bungkus di salah satu rumah makan yang ada dan nanti akan di makan di dalam kereta.
Kereta datang dan mereka mencari tempat duduk mereka, seperti biasa Prilly memilih duduk di dekat jendela, katanya sih supaya bisa melihat pemandangan di luar sana.
"Belum makan kan, nih di makan dulu nasi yang aku beli." Digo menyerahkan nasi bungkus itu ke Prilly.
Prilly membukanya satu, dengan sayur buncis dan lauk ayam goreng menjadi menu santap siang mereka. Digo membuka air botol mineral dan memberikannya ke Prilly, nasi bungkus yang ada di tangan Prilly di ambilnya.
"Sini aku suapin." Digo meraih sendok yang masih ada di tangan Prilly.
"Aaaaaaa" Prilly menyambut tangan Digo yang terulur dengan membuka mulutnya.
"Digo, malu ah. Masa aku udah gede di suapin sih," ucap Prilly dengan menutup mulutnya yang penuh dengan sebelah tangannya.
"Biarin aja, ini mah mending cuma makan, dari pada bobo bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY OF PAST "First Love is Never Die"
RomanceKejadian saat itu membuat ku mengerti apa itu cinta, cinta itu kebahagiaan bukan air mata, cinta itu setia bukan mendua, cinta itu nyata AKU dan KAMU -BAHAGIA- Cover : @irastories_