-Prilly Pov-
Sejak kejadian di rumah makan itu akhirnya ku putuskan untuk benar-benar pergi dari hidupnya. Aku tak ingin menyentuh kehidupannya lagi, apa lagi mencari tahu di mana keberadaannya sekarang.
Aku resign dari pekerjaan ku. Walaupun aku benar-benar baru bekerja di sana, aku tetap harus pergi dari kota ini untuk sementara. Mungkin aku akan kembali lagi jika aku sudah bisa melupakan semuanya.
Aku pulang ke Madiun, bertemu dengan orang tua ku dan juga adik ku. Di rumah, justru aku menemukan ketenangan yang luar biasa yang tak bisa ku dapatkan di luaran sana.
Aku juga sempat menghubungi Abrizam dan mengatakan padanya bahwa aku akan pulang ke rumah, aku tak lagi menetap di Yogya. Aku cuma tak mau jika nanti dia kesana tidak lagi menemui ku.
Papa dan mama sempat bertanya kenapa aku pulang, terpaksa aku ceritakan semua alasannya kenapa aku pulang, tapi aku hanya mengatakan sudah tak ada lagi kecocokan antara aku dan Digo saat orang tua ku bertanya kenapa harus berakhir. Aku tak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, aku hanya tidak mau orang tua ku khawatir pada ku.
Aku marah, aku benci, aku kesal, aku sakit, semua sudah ku alami dan ku rasakan dari dulu. Tapi aku bisa apa, aku hanya bisa menyerahkan semuanya pada Tuhan, berharap Tuhan mau memperbaiki hati ku yang sudah hancur sehancur-hancurnya.
Sudah cukup seminggu ini aku meratapi kebodohan ku yang selama ini masih mau bertahan dengan orang yang salah. Tapi dengannya aku bisa mengenal cinta dan kesetiaan dalam sebuah kesabaran yang besar.
Aku melihat nama Guardian tertera di layar ponsel ku, masih juga aku belum mengganti nama Abrizam di dalam kontak ku, tak apalah aku menyukai nama itu.
"Halo Bi"
"Hai Prill, apa kabar?"
"Aku baik Bi."
"Gimana, masih betah di rumah atau udah mau mulai kerja lagi. Kalau kamu udah siap kerja aku ada lowongan nih di Telkom Malang, apa kamu mau mencobanya?"
"Boleh, aku sudah siap memulai hari ku yang baru."
"Baiklah, kamu bisa datang ke Malang nanti biar aku yang jemput kamu ya."
"Makasih ya Bi."
"Sama-sama, tetap semangat ya, hidup kamu gak akan berakhir hanya karena satu masalah cinta."
"Iya."
Abrizam memang sudah tahu semua cerita ku, bagaimana hubungan ku yang kandas dengan pacarku dulu. Dia yang selalu memberi ku semangat dan kekuatan untuk terus bisa bertahan selama ini.
Akhirnya aku pamit pada orang tua ku, besok aku akan berangkat ke Malang lagi. Kota yang memiliki banyak sejarah tentang Digo di sana, tapi aku sudah menutup buku ku dengan Digo. Sejak saat itu buku ku sudah kembali baru dan siap aku goreskan dengan tinta kehidupan ku yang baru.
***
Aku tiba di Malang dan benar saja Abrizam sudah menunggu ku di stasiun. Dia selalu menyambutku dengan senyuman itu, senyuman yang selalu memberi ku kekuatan lebih dan semangat yang baru.
"Hai Prill."
"Kamu udah lama ya Bi?"
"Gak kok baru, yuk."
Aku mengangguk, dia membawakan semua barang-barang ku menuju parkiran motor. Seperti biasa aku hanya duduk diam di belakang dengan tangan melingkar di pinggangnya, ini bukan maksud apa-apa aku hanya ingin mencari aman. Sepanjang jalan aku hanya diam, karena memang tak ada yang ingin aku bicarakan. Sampai tak terasa bahwa kami sampai di suatu tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY OF PAST "First Love is Never Die"
RomansaKejadian saat itu membuat ku mengerti apa itu cinta, cinta itu kebahagiaan bukan air mata, cinta itu setia bukan mendua, cinta itu nyata AKU dan KAMU -BAHAGIA- Cover : @irastories_