DOP - Digo Chandra

3.7K 357 42
                                    

-Digo Pov-

Aku terdiam di dalam sel menanggung akibat yang sudah aku perbuat. Inilah balasan atas semua perbuatan ku yang sudah menyakiti Prilly.

Atasan ku menjebloskan ku ke dalam sel dan menunda pengkat yang akan ku terima. Kesalahan ku cukup fatal, aku yang harusnya melindungi malah adu jotos dengan warga sipil hanya karena aku mabuk dan itu semua karena perempuan.

Aku hanya di jadikannya selingan saja, dan saat ku tahu dia sudah memiliki tunangan. Betapa hancurnya aku sudah mempertahankan apa yang salah. Perlahan aku mulai tersadar semua ucapan Prilly 'siapa yang tulus dan siapa yang modus'. Ku putuskan untuk mencari Prilly, aku ingin minta maaf padanya.

Untungnya aku masih menyimpan nomer telphonenya yang selama ini tak pernah lagi ku hubungi. Nomer itu sudah tidak aktif lagi. Aku coba mencarinya dengan bertanya pada teman-temannya. Mereka bilang Prilly sudah kembali ke Madiun.

Aku semakin bingung, apa aku harus menghubunginya ke rumah, tapi yang pasti papanya akan bertanya macam-macam dengan ku, jika aku bertanya tentang anaknya.

Akhirnya, aku pasrah. Aku tak lagi mencari Prilly karena aku harus segera ke Malang, atasan ku memindahkan aku ke Malang sebagai hukuman yang harus aku terima atas semua kesalahan ku itu.

Aku harus tetap profesional dalam menjalankan tugas, walaupun aku masih berharap bisa menghubungi Prilly lagi, dan berharap Prilly mau kembali lagi pada ku.

Malang menjadi tempat ku kembali berpikir dan merenungkan semua kesalahan ku yang sudah aku perbuat. Malang juga membuat memori ku tentang Prilly kembali mundur beberapa tahun yang lalu, saat Prilly selalu ada buat aku. Malang juga yang mengingatkan ku atas perjuangan ku selama ini. Dan sekarang aku sudah merusak sumber ke kuatan ku sendiri bodohnya aku yang membiarkan itu terjadi.

"Lo kenapa bro, sejak di pindah ke Malang lo lebih banyak diam gak gabung sama yang lain." Dia Boy salah satu teman ku juga di Batalyon.

"Gak apa-apa, ayo kita gabung lagi sama yang lain." Aku berjalan lebih dulu mendahului Boy. Aku harus bisa meredam emosi ku ini.

Dua bulan berlalu, aku dapat tugas lagi ke Surabaya, semakin hari perjalanan tugas ku semakin jauh dan itu tandanya aku semakin sulit bertemu dengan Prilly. Apa ini tandanya aku memang tak di izinkan lagi bertemu dengannya. Ya Tuhan, apa separah ini hukuman yang Kau berikan pada ku.

Lagi-lagi stasiun Malang ini mengingatkan ku pada sosok Prilly yang dengan senang hati akan menjemputku, saat awal pertama kali aku mulai mendaftarkan diri jadi TNI. Dia juga yang menemaniku saat aku mulai terpuruk karena sebuah kegagalan.

"Ya Tuhan, apa ini juga salah satu hukuman untuk ku, sampai Engkau menghadirkan bayangan sosok Prilly di hadapan ku ini." Aku melihat Prilly duduk terdiam dengan asik memainkan ponselnya.

"Prilly." Ku beranikan diri menyapanya sekaligus aku meyakinkan diri bahwa yang aku lihat ini benar-benar Prilly.

"Digo." Dia membalas sapaan ku dengan senyum yang sama dan tak pernah hilang dari dulu.

Apa dia lupa dengan semua yang sudah aku perbuat padanya. Aku sudah menyakitinya tapi dia masih tetap tersenyum pada ku, sejahat itu kah diri ku sampai aku membuat perasaannya mati.

"Kamu mau kemana?" Tanya ku.

"Aku mau pulang ke Madiun, kamu mau kemana?" tanya Prilly.

"Aku ada tugas di Surabaya. Aku senang masih bisa bertemu dengan mu lagi di sini."

"Iya."

Dia hanya menjawab 'iya' apa dia tak senang bertemu dengan ku lagi.

"Aku dengar pengumuman tadi kereta yang ke stasiun Madiun datang terlambat ya?" Tanya ku.

"Iya nih, jadi aku harus nunggu lebih lama lagi di sini."

"Oh." Aku benar-benar canggung saat bertemu lagi dengan Prilly.

"Hhmm, bagaimana sambil nunggu kereta datang kita makan dulu ya, beli bakso aja."

"Oke."

Aku mengajaknya ke salah satu penjual bakso yang ada di dalam stasiun. Ku pesankan dua porsi bakso untuk ku dan untuknya juga.

Saat pesanan kami datang, kami hanya asik dengan bakso racikan kami sendiri. Aku bingung harus bicara apa dan memulainya dari mana.

"Prill."

"Iya."

"Aku sudah buat kesalahan besar."

"Kesalahan apa Digo?"

"Kesalahan aku udah meninggalkan mu dan meminta mu pergi, ini hukuman yang Tuhan kasih buat aku, aku di masukkan ke dalam sel dan di mutasi ke Malang, atasan ku pun menunda pangkat ku." Aku tak sanggup menatapnya, lagi-lagi rasa bersalah itu menghantui ku.

"Apa yang terjadi sama kamu Digo?"

Aku menceritakan semua apa yang sudah terjadi dan apa yang aku alami selama dia pergi dari ku. Tak ada satu pun yang aku sembunyikan darinya.

"Aku menyesal Prill, aku sangat menyesal."

"Sudahlah Digo yang lalu biar aja berlalu, kamu gak akan bisa mengulang apa yang sudah terjadi kemarin. Sekarang yang harus kamu lakukan cukup memperbaikinya lagi dan tak mengulangi kesalahan yang pernah kamu perbuat dulu."

Prilly tak pernah berubah, aku rindu semangatnya, aku rindu perhatiannya yang dulu dia lakukan pada ku. Aku ingin sekali memperbaiki semuanya, aku ingin dia kembali lagi pada ku.

"Apa aku bisa memperbaiki semuanya Prill?"

"Kamu pasti bisa, selama kamu mau dan kamu mampu kamu pasti bisa. Belajarlah dari kesalahan mu yang dulu, karena kesalahan yang akan memperingatkan mu untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Kereta ku sudah datang aku harus naik sekarang." Pamit Prilly.

Kulihat dia merapikan barang-barang bawaannya dan bersiap meninggalkan ku.

"Aku pamit ya Digo, kamu hati-hati di Surabaya."

Aku hanya bisa mengangguk dan mengantar kepergiannya dengan perasaan tak rela. Aku benar-benar merasa kehilangan moment kebersamaan dengannya.

Aku rindu Prilly yang dulu, rindu perhatiannya, rindu bawelnya saat aku tak menuruti perintahnya, aku juga rindu saat dia merajuk padaku saat dia bilang kangen.

Aku benar-benar tak rela melihatnya pergi, aku tak rela berpisah dengannya lagi. Aku ingin berlari dan menahannya pergi, aku ingin dia tetap di sini bersama ku. Tapi aku sadar siapa aku sekarang.

Aku menyesal, aku benar-benar sangat menyesal. Seandainya saja penyeselan itu datang di awal, aku pasti tak akan melakukan kebodohan itu. Tapi sayangnya itu tak akan pernah terjadi, penyesalan selalu tiba di akhir dan itu selalu membuat ku benar-benar merasa bodoh.

Berpikirlah berulang kali saat kau ingin melakukan sesuatu. Saat langkah yang kau ambil salah kau akan kehilangan apa yang paling berharga dalam hidupmu. Rasa kehilangan akan benar-benar ada saat sesuatu yang sangat berharga itu terlepas dari genggaman.

Aku harus bagaimana, berjalan tanpa kamu, apa dayaku
Beri aku kesempatan untuk memeluk mu lagi, memelukmu lagi

***

Tuh kan Digo udah nyesel gara" salah pilih. Maafin Digo ya, dia kan juga cuma manusia biasa.

Makasih buat vomentnya selama ini. Kiss muaahh

Biie

DIARY OF PAST "First Love is Never Die"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang