DOP - Abrizam Ali Dinata

4.7K 354 36
                                    

-Abrizam Pov-

Mungkin kalian belum kenal siapa aku, dan kenapa aku selalu saja menemani Prilly saat dia mulai merasa jatuh. Orang bilang tak kenal maka tak sayang, makanya aku akan memperkenalkan diri siapa aku. Aku Abrizam Ali Dinata aku biasa di panggil Abri atau Ali, tapi orang-orang terdekat ku memanggil ku Ali.

Pertemuan ku dengan Prilly memang tak pernah di sengaja. Sejak awal aku melihatnya duduk diam sendiri di tengah kerumunan orang yang juga menanti kereta, aku merasa dia perempuan yang berbeda, bahkan dia terlihat istimewa bagiku. Orang-orang duduk-duduk santai di peron dan menunggu kereta yang akan mengantar mereka kembali maupun pergi ke kota lain.

Dalam diam, aku terus saja memperhatikannya sampai kereta yang akan aku naiki datang. Aku sempat kecewa karena aku belum sempat berkenalan dengannya, tapi ya sudah aku tahu takdir Tuhan tak akan pernah salah, semoga saja aku masih bisa bertemu dengannya suatu saat nanti.

Aku mencari kursi ku dengan nomer yang tertera di tiket kereta yang ku pegang. Aku duduk diam dan membayangkan gadis itu, yang belum sempat ku tahu siapa namanya. Dia cantik tanpa polesan makeup yang tebal, aku suka dengan gaya dia yang apa adanya.

Saat aku asik membayangkan dia, ada orang yang bertanya pada ku tanpa permisi, saat ku toleh dia gadis yang tadi ku kagumi di stasiun. Tuhan, rencana mu sangat indah, Kau berikankan satu kesempatan lagi untuk bertemu dengannya, aku harap ini juga bukan pertemuan ku yang terakhir dengannya.

Aku sudah mempersilakannya duduk di sebelah ku, tapi tetap saja dia asik dengan poselnya, tak apa lah setidaknya aku masih bisa mencuri pandang dengannya. Bibirnya lucu yang selalu mengerucut saat dia sedang kesal entah dengan siapa pun lawan bicaranya.

Setelah dia puas dengan ponselnya, akhirnya aku tak lagi di acuhkannya, dia sempat menanyakan alamat pada ku, aku beritahu saja itu di mana. Asik berbincang dengannya, akhirnya aku tahu siapa nama gadis itu. Prilly, nama yang cantik seperti orangnya. Aku memperkenalkan diri dengan nama Abrizam.

Banyak yang kami bicarakan, sampai aku membuang rasa malu ku untuk meminjam ponselnya. Aku tengsin harus meminta langsung nomer telphonenya, memang rasanya tak gentleman karena aku beralasan dengan meminta pulsa untuk sms teman ku, padahal aku hanya ingin sms ke nomer ku sendiri. Jika mengingat itu rasanya aku malu sendiri.

Kami berpisah di stasiun Tugu Yogyakarta, aku harus menjalankan tugas ku di Rindam yang sudah menjadi tanggung jawab pekerjaan ku. Ada rasa tak rela saat aku harus berpisah dengannya, tapi aku yakin setelah ini akan ada pertemuan-pertemuan berikutnya di antara kami.

Saat aku bekerja bayang-bayang wajahnya tak pernah luput dari pengelihatan ku, senyumnya yang tulus membuat ketenangan dalam hati ku, tingkahnya yang lucu dan apa adanya membuatku tak hentinya tersenyum. Aku tak sabar ingin bertemu lagi dengannya.

Benar saja kan kali ini aku bertemu lagi dengannya, tapi kenapa dia, apa yang terjadi padanya. Wajahnya kacau tak seperti biasanya, ini yang aku khawatirkan saat di telphone dia sempat menangis tapi dia tak mau menceritakannya pada ku, dia hanya ingin bertemu dengan ku.

Aku tak tega melihatnya seperti itu, mana senyum yang menawan yang selalu membuat ku merasa nyaman, kenapa senyum itu terasa hilang di balik air mata yang lolos begitu saja.

Ku pegang tangannya erat, aku ingin dia merasa nyaman dengan ku. Aku sempat menanyakan ada apa denganya, tapi dia tetap tak ingin bercerita, dia hanya terus menangis. Aku membiarkannya menangias sampai dia puas menumpahkan semua kekecewaan dan amarah di dalam hatinya.

Saat dia sudah mulai tenang dia menceritakan semua yang terjadi padanya. Tega sekali laki-laki yang sudah menyakiti wanita sebaik dia, di mana perasaannya saat melakukan itu semua. Saat itu rasanya aku ingin sekali menghajar laki-laki yang sudah berani membuatnya menangis seperti itu.

Di depan ku dia hapus sisa-sisa air mata yang sudah membasahi pipi chubby nya itu. Dengan mantap dia katakan, 'Dia cukup jadi masa laluku'. Aku tersenyum mendengar pernyataannya itu. Aku yakin dia perempuan kuat dan hebat, dia bukan perempuan lemah. Buktinya sampai saat ini dia masih bisa bertahan tanpa laki-laki itu lagi.

Dan kali ini aku yang akan menemaninya, janji ku pada diri ku sendiri, aku tak akan menyakiti ataupun membuatnya menangis. Aku akan membuatnya bahagia dengan kemampuan ku yang ku punya.

Sedikit perkenalan dari ku dan pertemuan awal ku dengan calon ibu persit ku nanti. Doakan aku semoga dia mau bersama ku, aku akan berjuang untuknya. Negara saja ku lindungi apa lagi dia yang akan jadi masa depan ku nanti.

Sudah ya, aku mau menjemput ibu persit di stasiun, sebentar lagi dia sampai dari Madiun. Doakan saja usahannya untuk menata hidupnya kembali akan berjalan lancar.

Saat cinta mulai datang menjalar di hati, saat itu pula cinta tak memandang dengan siapa dia akan bersama. Bukan hal yang mudah mengobati luka hati, saat luka itu datang dari orang yang berarti. Tunggulah seseorang yang datang membawa cinta yang baru untuk mengobati luka yang ada.

***

Yeii,, akhirnya selesai juga.
Terima kasih semua yang udah ngikutin cerita ini, yang mau voment, makasih ya buat saran dan kritiknya. Maaf selama ini di buat kesel sama ulah nya digo yaa.

Kecup sayang, mmuuaahh 😘😘😘

DIARY OF PAST "First Love is Never Die"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang