"Mulai deh manyun-manyun lagi, kenapa sih kamu, jangan bilang gara-gara Digo lagi." Riri tiba-tiba datang dan duduk di samping Prilly.
"Ya emang begitu Ri, masa udah sebulan gak ada kabarnya, apa dia sibuk banget ya tugas di sana." Prilly masih menatap ponsel yang di pegangnya dari tadi.
Sudah tiga bulan Digo tugas di Yogya dan sudah satu bulan terakhir ini Digo tak memberi kabar sekalipun ke Prilly. Dia bingung telphonenya jarang di angkat, sms pun jarang di balas.
"Sudah lah Prill, mungkin tugas dia di sana memang banyak, namanya juga aparat negara kita gak bisa bilang 'tidak' untuk mengemban suatu tugas negara. Kamu yang sabar aja mungkin nanti atau besok dia akan menghubungi mu."
Prilly hanya diam mengangguk mengiyakan pernyataan Riri, Prilly memang merasa nyaman jika bercerita pada Riri, masalahnya terasa lebih ringan di bandingkan harus bercerita pada Anto maupun Tyo.
Prilly menatap selembar kertas yang baru saja di berikan fakultas berupa biaya dan jadwal wisuda yang sebentar lagi akan terlaksana.
Dia ingin di hari spesialnya nanti orang yang spesial juga datang untuknya.
"Digo jawab telp aku, baca pesan aku." Guman Prilly yang terdengar jelas oleh Riri.
"Udah ayo kita jalan-jalan dulu refresing lah, biar otak seger habis sidang." Riri menarik paksa tangan Prilly untuk ikut berkumpul dengan yang lain.
Karena anggota mereka sudah bertambah satu yaitu si Febi jadi mereka sekarang kemana-mana dengan mobil, rasa setia kawan mereka yang cukup tinggi membuat mereka sadar keberadaan Prilly, dan Prilly jauh lebih sadar tak ingin mengganggu acara kencan mereka.
Mereka tiba di salah satu mall di kota Malang, parkiran yang cukup ramai membuat mereka harus mencar lahan parkir lebih ke samping. Mereka memasuki sebuah bioskop yang juga tak kalah ramai dan mereka akan menonton film yang memang sedang hits saat itu.
"Eh bebebb ku sayang yang satu manyun aja gak dapet jatah apa." Tyo merangkul Prilly yang reflek langsung di pisahkan oleh Anto.
"Jangan mentang-mentang gak ada lakinya lo maen nyosor aja, nih lo gak liat ada bini lo."
Tyo langsung menoleh dan menghampiri Febi yang hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Tyo, kekasihnya.
"Kamu ya mas, ampun deh." Febi hanya mencubit kecil lengan Tyo.
Tawa mereka pecah saat melihat Tyo berdiri pasrah di samping Febi.
Mereka berlima masuk ke dalam dan membeli tiket, mereka akan menikmati film yang sedang di putar, tapi tidak dengan Prilly. Matanya memang melihat ke depan tapi pikirannya tidak, pikirannya masih menerawang jauh memikirkan Digo.
***
Prilly tiba di kostan setelah puas seharian berkumpul bersama teman-temannya, menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Prilly mengambil ponselnya dan mencari nomer Digo di dalam kontak. Prilly mencoba menghubungi Digo dan berharap telphonenya di angkat.
"Halo" akhirnya Digo mengangkat telphone Prilly.
"Halo Digo, akhirnya di angkat juga, kamu kemana aja sih aku telphone susah banget sih."
"Aku ada tugas jadi jarang buka hp, ada apa Prill."
"Aku sebentar lagi wisuda, kamu bisa datang gak?"
"Iya boleh, emang kenapa?"
"Kalau kamu mau datang aku belikan undangan buat kamu."
"Oh ya udah aku datang kok."
"Ya udah, makasih ya Digo."
"Iya, ya sudah aku istirahat dulu ya."
"Iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY OF PAST "First Love is Never Die"
RomanceKejadian saat itu membuat ku mengerti apa itu cinta, cinta itu kebahagiaan bukan air mata, cinta itu setia bukan mendua, cinta itu nyata AKU dan KAMU -BAHAGIA- Cover : @irastories_