DOP - 10

3.6K 322 14
                                    


'Buukkkk

"Awwww"
Prilly memegangi kepalanya yang baru saja mendapat lemparan bantal dari arah depan.

"Apaan sih, sakit tahu." Prilly masih saja meringis memegangi kepalanya.

"Kalian itu sebenernya kenapa sih. Lo Prill, abis terima telp senyum-senyum sendiri gak jelas. Lo To, sok romantis segala suap-suapan sama Riri, kalian gak kasian apa sama gue."

Prilly sedang tak sendiri di kamar kostnya, ada tiga sahabatnya yang memang sedang berkunjung di kediaman Prilly. Ada Tyo, Anto, dan juga Riri. Anto dan Riri memang baru saja mengikrarkan janji untuk menjadi sepasang kekasih, jadi mereka sedang hangat-hangatnya.

"Ya ampun Yo, lo kenapa sih kalau menderita karena penyakit jomblo lo tuh gak usah ngajak-ngajak, gak cukup apa sendiri aja." Anto kesal menanggapi ulah Tyo, sedangkan Riri mengangguk setuju.

Kesal di bilang begitu, Tyo melempar boneka milik Prilly yang tergeletak tak berdosa begitu saja di lantai, alhasil membuat wajah Anto belepotan bumbu rujak karena sebelum itu terjadi, sudah ada mangga muda beserta sambalnya siap terjun bebas ke dasar goa.

"Ya ampun sayang, muka kamu jadi banyak bumbu rujaknya nih, kasian." Riri mengambil tisu dan mengusapnya ke wajah Anto.

"Ya Allah kenapa dunia ini begitu kejam kepada ku, kenapa aku harus di hadapkan pada tiga manusia yang tak punya hati nurani seperti mereka semua. Tolong Tyo ya Allah." Tyo mengangkat kedua tangannya untuk berdoa seperti Baim cilik yang ada di tv.

Bukannya marah, justru Anto, Riri, dan Prilly tertawa terpingkal-pingkal sampai perutnya sakit melihat tingkah konyol Tyo.

"Ya Allah apa salah dan dosa orang jomblo ini ya Allah." Ketiga teman Tyo justru semakin menjadi tertawanya.

Rencana awal mereka kumpul di kostan Prilly untuk mengerjakan tugas yang di berikan dosen, tapi sepertinya tugas itu tak akan pernah beres karena mereka malah sibuk main catur.

Tyo dan Anto menatap serius papan catur yang ada di hadapannya, dari pion-pion yang ada milik Tyo masih lebih banyak dari punya Anto, bisa di tebak kan siapa yang akan menang nantinya.

"Digo sudah benar-benar berubah Ri, sekarang dia sudah lebih perhatian dan mengerti aku." Prilly memang menjadikan Riri teman curhatnya, dia percaya betul karena Riri dulu teman satu kelompok ospek.

"Bagus dong, kadang orang kaya gitu harus kejedot dulu baru sadar gimana rasanya sakitnya. Aku aja suka kesal kalau dengar cerita kamu, kamu itu sebenarnya cinta apa bodoh sih sampai segitu sayangnya sama dia, kaya gak ada laki-laki lain aja di dunia ini."

"Iya aku tahu, tapi hati aku gak bisa berpaling dari dia Ri, aku terlalu sayang sama dia." Prilly melakukan pembelaan diri.

"Ya sudah itu semua terserah kamu, kan kamu yang jalanin hidup ini, apa pun yang terjadi nanti, itu akibat yang harus kamu terima. Aku sebagai temam cuma bisa suport kamu aja. Jangan mau di bodohi laki-laki yang jelas-jelas sudah menghianati mu terang-terangan."

"Makasih ya Ri, aku seneng punya sahabat kaya kamu." Prilly memeluk Riri.

"Sama-sama Prill, kita kan saudara walaupun gak sedarah." Riri membalas pelukan Prilly.

Riri kembali ke samping Anto, dia memperhatikan kekasihnya yang sedang sibuk main catur, keningnya pun sampai berkerut karena seriusnya berfikir.

"Skak To, gue menang lagi kan ya." Tyo menyerang pertahanan Anto dengan kuda dan seter. Ini sudah ke dua kalinya Anto kalah dari Tyo.

"Ah main sama lo gak ada perlawanannya, gampang banget ngalahin lo." Tyo menganggap remeh Anto.

"Tapi lo gak pernah menang ngalahin gue buat dapetin cewek." Anto tak mau kalah.

Anto memang tak lebih tampan dari Tyo, tapi sifat dan sikap Anto lebih bisa menghargai perempuan, sedangkan Tyo orangnya senang gonta-ganti pasangan, jika dalam seminggu ada 7 hari, maka Tyo juga akan punya 7 pacar, nanti sekalinya putus yang lain ikut putus semua. Tyo berlagak playboy tapi bodoh, tak pandai bersandiwara di depan pacar-pacarnya.

"Sue lo, lihat aja nanti juga Riri gak akan tahan lama sama lo. Gue rebut Riri dari lo." Ancam Tyo.

"Sayang, kamu dengar kan ucapan dia. Hati-hati sama buaya buntung ini ya, jangan sampai kamu masuk ke dalam mulut kadalnya itu." Anto memperingatkan Riri.

"Itu gak akan terjadi sayang." Riri menatap mesra kekasihnya.

"Gue pulang aja deh." Tyo merapikan tasnya.

"Kenapa pulang Yo?" Tanya Prilly.

"Di sini gue gak di terima, gue merasa terasingkan, gue teraniaya." Tyo mendramatisi keadaan.

"Dasar Drama King," ujar Prilly.

"Wah Prill keren tuh julukan baru dari lo, Drama King. Hahaha."

Semua ikut tertawa kecuali Tyo karena dia adalah objek yang pas untuk di bully. Tak akan satu pun dari mereka yang akan sakit hati mendengar bullyan yang terlontar untuk siapa pun, karena mereka tahu semua itu hanya lelucon dan untuk seru-seruan saja.

Prilly senang dengan kehadiran tiga sahabatnya, ini bisa sedikit mengobati rasa rindunya pada keluarga maupun Digo yang jauh di sana.

"Prill gimana hubungan lo sama Digo? Udah putus belum?" Tanya Tyo dan pertanyaan itu cukup menyebalkan untuk di dengar.

"Lo nanya, apa ngedoain sih, jelek banget pertanyaan lo." Anto menoyor kepala Tyo.

"Duh di pitrain nih, main toyor-toyor aja." Tyo mengusap-usap kepalanya.

Prilly mengambil snack yang tadi baru di belinya di warung bawah, lumayan untuk cemilan sore hari.

"Gue baik-baik aja sama Digo." Jawab Prilly dengan membuka bungkusan kacang kulit.

"Yah kenapa gak putus aja sih, kan lo bisa sama gue, jadi malem mingguan kita bisa jalan bareng kaya penganten baru ini." Tyo menunjuk Anto dan Riri dengan bibirnya.

"Ogah gue, terjerat kadal buntung kaya lo." Prilly menolak mentah-mentah.

"Kamu ya Yo, temen sendiri juga di modusin, ampun deh." Riri menepuk jidatnya melihat tingkah Tyo.

"Biarin aja."

Melihat kebersamaan ini membuat Prilly sedikit sedih, dia ingin Digo bisa ikut bergabung bersama teman-temannya ini. Apalagi melihat kedekatan Anto dan Riri yang sedang hangat-hangatnya. Kadang rasa rindu itu hanya bisa di pendamnya sendiri, di simpannya dalam hati dan di utarakannya nanti saat dia kembali.

Perjuangannya jauh dari keluarga memaksanya untuk bisa hidup mandiri, dan dari itu pula Prilly bisa mengenal keluarga baru seperti tiga sahabatnya ini dengan watak dan sifat yang berbeda-beda. Tapi itulah keseruan yang terjadi dalam hidup Prilly.

Perbedaan bukan penghalang untuk menjalin satu hubungan kekeluargaan, dengan siapa pun dan di mana pun itu. Tapi tetap berhati-hati lah dalam memilih teman, karena tak semua orang bisa menerima apa pun keadaan mu.

***

Selamat berhari minggu kawan...

DIARY OF PAST "First Love is Never Die"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang