Bukan tentang napas kehidupan yang kuungkap ...
Angin bertiup menghempaskan dedaun
Ranting yang bercabang ikut berdansa
Tanpa takut dedaun jatuh karenanya ...Hatiku ...
Aku bicara tentang rasa ...
Apakah sebongkah daging ini tak lagi berirama untuk cinta ...
Tatkala yang memuja telah melimpahkan warnanya
Tentang kecupan syukur di hari ini
Tentang rengkuh yang kau beri ...Maafkan aku ....
Tak ada detak pada jantung
Tak ada getar pada hati
Mati rasa
HampaKasih ...
Lucukah jika kupanggil mu begitu?
Aku bertanya pada setiap musim yang menyapa langit
Mengapa detak ini tak kunjung ada
Meski, kau melekat pada ragaKau mencinta, teramat
Matamu yang berbicara
Jantungmu yang menggemakannyaNamun aku ...
Apa?
Apa yang salah dengan hati?
Terlanjur lukakah?Kupahami bahwa sesakit apapun luka, ia memiliki penawarnya ...
Dan kupahami jua apa yang pergi ia akan kembali ...Hendak di kata apa?
Dulu, senyumku merekah karena cinta
Detak jantungku memberontak dada
Membuncahkan segala bahagiaNyatanya aku di luka pada jejak pertama
Dan ...
Aku terperangkap ...Hingga tak ada percaya untuk detak hati lain
Aku terkurung sunyi, perlahan aku mengobati diri
Sampai, aku tak kuingat lagi kapan membuka jendelaDan hati yang baru menghampiri
Senyumnya ...
Detaknya ...
Kasihnya ...
Cintanya ...
Memapah perlahan kebisuanku yang lumpuh ...
Aku membatasi dengan pisau yang menghunus tajam ...
Namun, kau masih berjalan dengan riang menghampiri
Menampik segala luka yang kuberiKau masih disini
Yang saat ini memelukku dengan detak jantung yang cepat
Sementara aku menutup mata
Mengharapkan segala yang kudapat bukan lagi sebuah luka ...Aku berusaha sekuatnya untuk bahagia ...
Dan
Aku berusaha agar hatiku percaya bahwa membuka jendela tidak ada salahnya ...
23 januari 2016
Shinuza