Bagaimana bisa aku terpaku pada anugerah ini ...
Bernamakan Cinta ... Hingga, segala kata terbungkam ketika memakna.
Tak ada yang lebih indah ketika cinta saling bermekaran di hamparan hati. Yang dulunya gersang berirama sepi dan saling memapah ketertatihan kesorangan.
Aku ada karena ia tercipta sebagai sekeping kisah dalam rautan takdir.
Dan dalam ruang waktu aku bertemu pelbagai kisah cinta yang teramat manis namun penuh luka ...
Aku bertanya "apakah salah untuk mencintai?"
Dan yang kutemui hanyalah tanya dan tanya ....
Apakah itu cinta seperti yang Dia tuliskan dalam Kalam ...
Cinta yang tak mengenal apapun ... Melainkan dua roh yang saling menggenggam tanpa melihat siapa dia.
Namun, bisakah cinta tak melibatkan nafsu?
Tak ingin kuberjawab tanya tak berujung itu ...Cinta tak mengenal tempat ia berlabuh ...
Ketika cinta bersanding pada persemaian hati manusia. Maka, yang menjadi pemegang kendali adalah pengartian sang hati.
Bagaimana ia akan bermekar?
Dalam keindahan yang terjaga meliputi rapal KeridhoanNya ...
Ataukah?
Mengikuti alur dan saling mencecapi debaran yang beranak pinak dalam piciknya sang penghasut
Keduanya cinta ...
Namun berbeda makna ...
Ahh ... Sejenak aku menimbang hati tentang suatu perjalanan yang kan tertempuh ...
Haruskah?
Bolehkan kupilih takdir sendiri ...
Namun, Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan dalam kefanaan ini ...
Ighfirli ... Segala Dzat yang memiliki seluruh jagat raya pun hati para jiwa telah ia haturkan dalam lauhful mahfuz ... Awal dan akhir telah tersimpan rapi mengalunkannya dalam takdir pun merapal romansa antara cinta dan luka ...
Yang kan menjadi tanya ...
Dapatkah kita syukuri?