Awal Kedekatan

47 12 5
                                    

"HAH?" Pekik Irene kencang. Ia lantas membekap mulutnya itu.

"Lu serius?" Tanya Irene memastikan, ia takut jika Eric hanya bercanda saja dengannya.

"Yap, yaudah ayok buruan nanti keburu malem" Eric berjalan terlebih dahulu menuju mobilnya.

Irene pun hanya bisa mengikuti walau ia masih benar-benar merasa bingung.

------------------------SHE-----------------------

"Ma, kemana Eric? Kenapa dia tidak ikut pelajaran bisnis tadi?" Tanya Ravi yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Ya, Ravi memang mulai menyuruh Eric untuk mempelajari bisnis dari sekarang dan ia sudah menyewa guru yang sangat handal untuk mengajarkan Eric.

"Loh tadi Eric kata bi siti udah keluar kok, memangnya dia tidak datang ke tempat pak ronald-guru bisnis Eric- tadi?" Ucap Tiffany sambil membawakan tas jinjing suaminya itu.

"Ronald tadi telefon katanya Eric tidak datang, kemana lagi tuh anak sekarang? Bisanya cuman bikin emosi orangtua saja" ucap Ravi dengan jengkel.

"Kamu gak boleh gitu dong pa, yaudah sekarang mending kamu mandi dulu paling Eric pergi kerumah temannya" Jessica menenangkan suaminya yang mulai kesal.

------------------------SHE-----------------------

Hening. Satu kata yang dapat digambarkan saat ini. Perjalanan menuju rumah Irene hanya diisi dengan kesunyian yang amat sangat. Baik Eric maupun Irene sama-sama merasa canggung. Walaupun mereka sudah satu kelas seminggu ini, tapi tetap saja mereka tidak pernah sedekat saat ini. Ngobrol saja jarang.

"Ekhm... ric kok lu jemput gue? Ma..maksud gue kok lu tau gue disana?" Tanya Irene menghilangkan suasana canggung diantara mereka.

"Emang nya kenapa? Lu gak mau gue jemput?" Balas Eric, matanya masih terfokuskan pada jalan.

"Enggak sih, gue pengen tau aja kenapa tiba-tiba lu dateng buat jemput gue" ucap Irene menggaruk tengkuk nya yang sama sekali tidak gatal.

"Gue kebetulan kok ada disana" ucap Eric sambil menengok sekilas ke arah Irene.

"Oh.. gue pikir lu bener-bener jemput gue"

"Kenapa? Lu mau gue jemput lain kali?" Tanya Eric dengan jahil.

Irene menggelengkan kepalanya. "Huh? Enggak kok"

"Lu tadi nonton juga acaranya?" Tanya Irene mengalihkan pembicaraan.

Eric menganggukan kepalanya. "Ya. Penampilan lu tadi keren" dan juga lu cantik banget. Sambung Eric dalam hati.

Irene hanya tersenyum mendengarnya.

"Lu waktu nyanyi pas lagi perkenalan diri juga keren banget. Suara lu bagus banget" ucap Irene melirik ke arah Eric.

"Oh ya? Gue kira penampilan gue gak bagus-bagus banget. Soalnya lu kayak ga tertarik gitu"

Irene yang mendengarnya pun hanya bisa nyengir kuda. "Gue kalau sama orang baru emang gitu, gak mau tau dan ya bisa di bilang males berurusan dengan orang baru karena gue belum kenal sifat orang itu kayak gimana, gue gak kayak kebanyakan cewek yang suka caper sama orang baru. Tapi jujur penampilan lu keren banget." cerocos Irene.

Eric hanya manggut-manggut tanda mengerti.

"Tapi ya Ric, kok kayaknya pas kita ngobrol gini, kita udah kayak akrab banget ya? Padahal 20 menit yang lalu gue masih canggung sama lu" cerocos Irene lagi.

"Berarti lu udah gak nganggep gue orang baru lagi kan?" Tanya Eric. Sebenarnya ia merasakan hal yang sama seperti Irene sebelum mereka tadi mengobrol tetapi setelah mereka mengobrol santai seperti ini rasa canggung itu entah pergi kemana.

SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang