"Mau ke rumah gue?" Tawar Eric sambil menatap Irene yang terlihat dari raut wajahnya sedang kebingungan.
Irene membulatkan matanya tak percaya dan menengok ke arah Eric, "Hah?"
"Rumah gue deket dari sini, kira-kira tinggal satu belokan lagi" jelas Eric.
"Kalau lu gak mau juga gapapa, tapi lu mau nunggu di pinggir jalan kayak gini?" sambung Eric.
Irene tampak menimbang-nimbang tawaran Eric, ia sebenarnya ragu tapi ia juga tidak mau jika disuruh menunggu di pimggir jalan seperti ini, "yaudah deh gue mau"
Eric lalu menjalankan kembali mobilnya menuju rumahnya.
"Rumah lu gede banget ric" ucap Irene begitu mereka sampai.
Irene dibuat takjub melihat rumah Eric. Rumah ber cat putih itu sangat besar. Halamam depannya luas dan nampak hijau karena banyak sekali aneka jenis tumbuhan.
Irene masih mengekori Eric sampai masuk ke dalam rumah. Isi di dalam rumah Eric juga sangat bagus. Banyak lukisan yang sangat indah terpajang di dinding dan perabotan yang dimiliki juga tak kalah bagus.
"Rumah lu sepi banget ric" ucap Irene sambil duduk di sofa empuk yang tersedia di ruang tamu.
"Orangtua gue lagi ke luar kota. Jadi cuman ada gue sama asisten rumah tangga doang"
Irene menggangguk-nganggukan kepalanya.
"Lu tunggu sini dulu, gue mau ke kamar"
Eric meninggalkan Irene dan menuju kamarnya di lantai 2.
Sambil menunggu Eric, Irene melihat-lihat foto keluarga Eric yang terpajang rapih.
Ia melihat-lihat semua foto itu, tapi Irene merasa aneh karena anak yang ada di dalam foto itu tidak mirip dengan Eric. Apa ini Eric?
"Lagi ngapain?"
Suara tersebut membuat Irene terlonjak kaget, "aduh Eric ngagetin aja" Irene mengelus-elus dadanya.
"Lagi ngapain?" Tanya Eric kembali.
"Oh ini lagi liat foto keluarga lu aja. Mama sama Papa lu cakep ya" Anaknya juga cakep sambung Irene dalam hati.
"Oh iya Ric, ini lu kan?" Tanya Irene sambil menunjuk foto anak laki-laki yang kira-kira berusia 10 tahun.
"Bukan" jawab Eric.
Irene kaget memdengar jawaban Eric, "trus siapa dong?"
"Kakak gue"
"Oh kakak lu. Pantesan kok beda. Trus kakak lu mana?"
"Udah meninggal" jawab Eric, raut wajahnya pun kini berubah.
Walaupun berpisah sejak kecil, Eric dan Alex tetap berhubungan dekat."Sorry ric. Gue gak tau" ucap Irene merasa bersalah.
"Gapapa. Nih lu ganti baju lu pake ini aja" Eric menyerahkan sebuah kaos dan celana training.
"Belum gue pake kok" sambung Eric.
"Baju gue gapapa kok. Cuman basah dikit aja" Irene menolak halus pemberian Eric.
"Ntar masuk angin ren"
"Yaudah deh. Toiletnya dimana?" Irene mengambil kaos dan celana training tersebut.
"Di deket dapur. Lu belok aja disitu" ucap Eric sambil mengarahkan telunjuknya memberi arah.
Irene lalu menuju toilet dan mengganti bajunya.
Setelah selesai mengganti bajunya, Irene menghampiri Eric yang sedang menonton tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE
Ficção AdolescenteEric Prasetya Kenzo. Cowok ganteng dan keren yang sangat menyukai bernyanyi. Impiannya pun ingin menjadi penyanyi bukan penyanyi yang sekedar bernyanyi saja tetapi penyanyi yang bisa membuat lagu dan musik sendiri, dan menjadi produser musik. Tapi a...