Semua murid-murid sedang fokus berkutat dengan bukunya mengerjakan latihan matematika yang diberikan oleh pak toni. Pak toni memang dikenal sebagai guru yang jika memberikan soal paling sedikit sampai 50 butir soal. Dan lihatlah dia sekarang yang sedang tertidur dengan mulut terbuka tidak memikirkan murid-muridnya yang sedang berpusing ria mengerjakan soal yang seenak jidatnya ia berikan. Keterlaluan bukan? Karena itulah banyak murid yang memberikan julukan pak toni sebagai 'pak jahat' atau 'anak firaun' karena kekejamannya.
Eric menyapu pandangannya ke sekeliling kelas. Eric sudah selesai mengerjakan soal matematikanya dalam waktu 30 menit. Eric memang cerdas. Bukankah begitu?
Karena merasa bosan, Eric lalu menarik-narik ujung rambut Irene yang duduk di depannya.
Irene yang sedang fokus mengerjakan soal merasa terganggu dengan apa yang dilakukan Eric.
Ia lalu menengokkan kepalanya kebelakang dan berbisik kepada Eric.
"Apaan sih ric? Lepasin ga tangan lu itu"
Eric masih tetap tak melepaskan tangannya dari rambut Irene, "Inget ya nanti pulang sekolah gue nyanyi di cafe jadi lu harus temenin gue"
Hari ini Eric akan menyanyi di cafe. Ia memang tidak setiap hari menyanyi di cafe tersebut, hanya jika ia memiliki waktu luang ia akan datang untuk bernyanyi.
"Iya, gue kan udah janji sama lu. Aduh lepas kek tangan lu sakit tau"
Eric terus melanjutkan aktivitasnya itu dan tak mengindahkan apa yang Irene katakan. Ia lalu melilit-lilitkan rambut Irene dan tanpa sengaja ternyata Eric menarik keras rambut Irene hingga Irene berteriak.
"Aduhhh sakitttt" jerit Irene
Pak toni yang sedang terlelap di kursinya, lantas membuka matanya lantaran mendengar jeritan Irene yang kelewat kencang tersebut.
Murid-murid yang lain juga mengarahkan pandangannya pada Irene, bahkan Jessica sampai harus menutup telinganya karena jeritan Irene.
"ada apa ini?" Tanya pak toni bangkit dari kursinya.
"Tidak ada apa-apa pak, hanya saja saya tadi merasa bosan dan iseng menarik-narik rambut Irene" ucap Eric dengan santai.
"Apa kamu sudah selesai mengerjakan soal?"
"Sudah"
"Bawa kemari buku kamu"
Eric lalu berjalan kedepan dan menyerahkan buku tugasnya.
Pak toni lalu memeriksa buku Eric dan dibuat tak percaya olehnya. Soal yang Eric kerjakan tidak ada yang salah atau bisa dibilang benar semua.
"Bagus, jawaban kamu benar semua. Silahkan kembali duduk" pak toni mengacungkan jempolnya.
Irene dan murid-murid yang lain menganga tak percaya mendengar ucapan pak toni barusan. Mereka tak habis fikir bagaimana bisa Eric secepat itu menyelesaikan soalnya. Ditambah lagi soal yang dikerjakan Eric benar semua.
"Bro kok lu gitu sih sama gue, gak bagi-bagi jawaban jahat lu sama gue" Stevan menatap teman sebangkunya dengan tatapan jengkel.
Eric tertawa kecil mendengar ucapan Stevan yang ditanggapi Stevan dengan dengusan.
Eric lalu menarik-narik kembali rambut Irene. Karena kesal, Irene lalu mencepol rambutnya agar tidak ditarik-tarik lagi.
Namun, baru saja Irene selesai mencepol rambutnya, Eric menarik ikat rambut Irene hingga rambut Irene kembali tergurai.
Irene mengepalkan tangannya dan sudah siap mengeluarkan kekesalannya hingga ucapan Eric menghentikan niatnya.
"Rambutnya gak usah di kuncir. Lebih cantik kayak gini"
Dan seketika, Irene merasa jantungnya berdegup kencang. Wajahnya memanas dan bisa di pastikan ia blushing sekarang. Untungnya ia sedang tidak menghadap Eric jadi ia tidak perlu merasa malu kembali jika ketahuan blushing.
-------------------------SHE----------------------
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Murid-murid segera berhamburan keluar kelas dan meninggalkan gedung sekolah.
Eric dan Irene segera menuju parkiran. Sesampainya di parkiran, Irene seperti melihat seseorang yang ia kenal. Ia meminta Eric agar menunggunya di mobil. Ia lalu menghampiri orang tersebut.
"Mark?"
"Hai Ren, udah pulang sekolah?"
"Ngapain lu disini?"
"Jemput lu. Gak keberatan kan?"
"Tapi..."
"Oh iya, lu disuruh wanda untuk latihan karena udah lama katanya lu gak latihan" Mark memotong ucapan Irene.
"Latihan?"
Mark menganggukan kepalanya.
"Ren lama banget sih gue tunggu di mobil juga lu nya gak..." ucapan Eric terputus karena melihat sosok Mark.
Ini bukannya cowok yang waktu di restauran itu ya?
"Ric, kenalin ini Mark. Mark kenalin ini Eric" ucap Irene karena melihat tatapan bingung diantara mereka.
"Mark Vandano" Mark mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Eric Prasetya Kenzo" Eric menjabat tangan Mark sekilas.
Dilihat dari raut wajahnya, Eric sangat tidak suka dengan kehadiran Mark saat ini. Apalagi Eric teringat ketika Mark menggenggam tangan Irene saat di restauran.
"Gimana ren?" Tanya Mark
Irene bingung harus menjawab apa, "gi..gimana ya?"
"Kenapa?" Tanya Eric.
"Jadi gue kesini itu buat jemput Irene sekalian gue mau anterin dia ke tempat latihan" jelas Mark.
Eric diam mendengar penjelasan Mark. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Irene yang ada disampingnya. Lama Eric terdiam, ia pun membuka suaranya.
"Oh yaudah lu pergi aja sama dia. Dia udah jemput lu masa lu nya pergi sama gue" ucap Eric.
"Ta..tapi kan gu..gue udah janji sama lu" ucap Irene terbata-bata.
Eric tersenyum kecil, "yaudahlah kan bisa ditepatin lain waktu. Kalau gitu gue duluan"
Irene melihat mobil Eric yang sudah keluar dari parkiran dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti.
Entah kenapa ia ingin agar Eric tidak membiarkannya pergi dengan Mark. Ia ingin agar Eric menahannya dan memaksanya untuk ikut dengannya. Tapi ternyata Eric malah membiarkan dirinya pergi bersama Mark."Ren" panggil Mark
"Kenapa?" Jawab Irene lesu
"Are you okay?"
"Ya" sambil menyunggingkan senyuman tipis
"Yaudah berangkat sekarang?" Mark menyerahkan sebuah helm pada Irene.
Irene mengambil helm tersebut dan segera menaiki motor Mark.
-------------------------SHE----------------------
Hai.. hai..
Gimana part ini? Makin gak jelas ya? :(
Vommentnya ditunggu ya:)
Terimakasih buat yang sudah meluangkan waktu berharga kalian untuk membaca cerita ini. Yang sudah vomment juga makasih banget. Yang belum? Ayo ayo vommentnya ditunggu.
Kalau ada yang mau kritik sama saran juga boleh kok:)
Typo bertebaran :D
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE
Teen FictionEric Prasetya Kenzo. Cowok ganteng dan keren yang sangat menyukai bernyanyi. Impiannya pun ingin menjadi penyanyi bukan penyanyi yang sekedar bernyanyi saja tetapi penyanyi yang bisa membuat lagu dan musik sendiri, dan menjadi produser musik. Tapi a...