Lou Teasdale terlihat terburu-buru ke dress room One Direction. Dia harus menata rambut The Boys sebelum show, tapi dia hanya punya 30 menit lagi.
"I am so sorry boys. Lux get sick." Lou Teasdale adalah hair stylish nya One Direction yang mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik bernama Lux.
"Serious? Lux sakit apa?" Harry bertanya sangat panic. Jelas saja, dia adalah yang paling dekat dengan Lux diantara mereka berempat.
"Aku juga tidak tau, dia tiba-tiba saja tidak bisa berjalan ketika bangun tidur tadi. Baiklah tidak ada waktu untuk bertanya lagi. Aku hanya punya waktu 30 menit tertinggal sekarang." Kemudian Lou menata rambut Louis pertama, karena Louis tidak pernah protes dengan apa yang ditata Lou buatnya, kedua rambut Liam, ketiga rambut Harry dan terakhir Niall.
"Lou kalau Lux sakit kenapa kau meninggalkannya?" tanya Niall di sela-sela perkerjaan Lou menata rambutnya.
"Kalau aku tidak meninggalkannya lalu siapa yang menata rambut kalian Niall?"
"Kau bisa ambil free beberapa waktu jika kau ingin Lou, yang lain juga pasti setuju."
"Lalau siapa yang akan menata rambut kalian? Kalian mau menatanya sendiri?"
"Tentu saja tidak. Kau bisa mencarikan kami penggantimu untuk sementara."
Kata-kata Niall ada betulnya, pikirnya. Tapi siapa yang akan menggantikannya. Yang pasti orang itu harus benar-benar professional.
"Thanks Niall, akan ku pikirkan nanti." jawabnya. "Nah, selesai. Ini rekor waktu tercepatku menata rambut." Lou menghapus peluh yang mulai mengalir dari dahinya.
"Thanks Lou, aku terlihat lebih tampan sekarang." Niall memuji diri sendiri ketika melihat cermin.
Kemudian mereka bersiap-siap untuk memulai show.
---
Selesai show.
"Aku ingin melihat Lux, ada yang mau ikut?" tanya Harry.
"Aku terlanjur janji menemani Julian." jawab Louis.
"Aku ingin sekali menemui Lux, tapi mungkin tidak sekarang." Lanjut Liam.
Niall tidak berkomentar.
"Niall?"
"Bagaiman jika Lou berhenti sementara menata rambut kita?" Niall mengabaikan pertanyaan Harry.
"Maksudnya?" Louis bingung.
"Lux sedang sakit, jelas saja dia akan sulit membagi waktunya. Aku menyarankan dia untuk mencarikan hair stylish pengganti sementara. Sampai Lux benar-benar sembuh. Kalian tidak keberatan kan?"
"Apapun untuk kesembuhan Lux." jawab Harry.
"Kau benar Harry." Louis setuju denga pilihan Harry.
"I always have no choice." Liam berkata dengan wajah innocentnya.
"Harry kau pergilah ke tempat Lou, aku menyusul kalau ada waktu. Aku harus menemui seseorang." kata Niall
Harry hanya mengangguk dan bergegas pergi. Dia benar-benar sangat mengkhawatirkan Lux.
---
Harry memandangi wajah polos Lux yang sedang tidur pulas. Mengelus rambutnya perlahan. Lux seorang gadis kecil ceria yang berumur 3 tahun. Seorang anak kecil yang senyumnya bisa mengalihkan dunia siapapun. Harry sangat menyayanginya ketika dia lahir, sampai sekarang.
"Kau sudah periksakan ke dokter Lou?"
"Belum Haz, aku sedang mengalami masa krisis. Uangku habis dipakai Tom mabuk-mabukan dan bermain wanita." Tom adalah ayah Lux, suami Lou.
"Lelaki bajingan. Kenapa tak kau tinggalkan saja dia? Dan bawalah Lux ke dokter, aku akan memberikan berapapun biayanya."
"Tidak Haz, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu."
"Anggap saja ini untuk Lux bukan untukmu. Kau harus membawanya hari ini juga."
"Tapi Haz..."
"Setelah pulang dari sini akan ku transfer uangnya." Harry memotong perkataan Lou.
Lou Teasdale pun terdiam tak bisa bekata apa-apa lagi.
"Harry." suara serak-serak Lux memanggil Harry.
"Hey baby, kau sudah bangun? How's your feel?"
"I am feel good to see you."
"How sweet baby." Harry mengecup pipi Lux.
"Kalau begitu aku sudah bisa pulang sekarang karena aku sudah mendengarkan suaramu baby"
"Kau kan bisa mendengar suaraku di telepon Harry. tinggallah sebentar."'ucap Lux dengan imutnya. Membuat Harry tak sanggup meninggalkannya.
"Baiklah, apa yang tidak buatmu baby." Harry mengecup lagi pipi Lux, dan membiarkan Lux memainkan rambut curly nya.
"Lou, apa kau sudah mendapatkan seseorang yang bisa menggantikanmu?"
"Aku mengenal seseorang penata rambut, tapi dia belum pernah menata rambut artist. Tapi aku yakin dia yang terbaik. Besok akan ku pertemukan dengan kalian."
"I believe you Lou."
"Ibu berhenti bekerja?" tanya Lux
"Tidak sayang, ibu hanya berhenti sementara. Agar bisa menemani mu selalu." Lou mengelus rambut Lux dengan penuh kasih sayang.
"Aku harus pergi Lou, dan kau harus membawa Lux ke dokter sekarang juga." Harry bergerak dari tempat duduk nya. "Dan kau baby, harus cepat sembuh agar kita bisa berlari-lari nanti."
"Thankyou Harry." dari awal Lux tak pernah memanggil Harry dan yang lainnya dengan sebutan uncle. Dia menganggap the boys itu adalah temannya.
---
from : Harry Styles.
Uangnya sudah ku transfer, bawalah Lux sekarang juga. Aku tidak ingin ada alasan lain. all the love. H
Lou meteskan airmata membaca pesan teks dari Harry. Dia selalu benar-benar peduli pada Lux. Lou pun tak mau menunda waktu, dia bersiap-siap membawa Lux kedokter.
Thanks can't be enough to say for you Haz, ucap Lou dalam hati.
---
Keesokan harinya.
Harry, Louis dan Liam sedang berkumpul di apartemen Niall. Apartemen nya terlalu besar untuk di tempati Niall seorang, oleh karena itu mereka senang berkumpul disana. Selain karena apartemen Niall yang mendapat sudut pandangan yang indah, Niall juga selalu menyediakan makanan yang banyak. Semuanya boleh di makan, kecuali satu, kentang goreng.
Bel berbunyi. Tidak ada satupun diantara mereka yang berniat membukakan pintu. Mereka saling lirik.
"Ini bukan apartemen ku." -Liam
"Jelas juga bukan pnyaku." -Louis.
Niall diam masih tak mau bergerak. Bel berbunyi lagi. Niall melirik Harry.
"Itu jelas bukan tamuku, blondie." -Harry.
Mau tak mau Niall mengalah. Dengan berat dia berjalan ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Afraid
FanfictionJassy berjalan lunglai ke kamarnya. Dia bahkan lupa jalan kembali ke kamar karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Pasti si sialan itu sudah merusak kerja otakku. batinnya. Dia bertemu Harry lagi sebelum kembali ke kamar. Jassy merasa jijik wal...