Perpisahan?

466 38 0
                                    

  "Morning baby." sapa Harry ketika melihat Jassy mulai membuka matanya.

"Kau tidak tidur?"

"That night was amazing." goda Harry.

"Shit." Jassy memuku dada Harry pelan. "Can you stop talking about that?" Harry terkekeh melihat raut wajah Jassy. Jassy bergegas dari tempat tidur tapi Harry menariknya kembali ke pelukannya.

"Harry aku mau mandi."

"Just stay for a minute Jas."

Untuk sesaat Jassy berada di pelukan Harry, dan mereka tak berbicara apapun.

"Cukup, aku mau mandi." kata Jassy.

"Aku ingin menemui Lux."

"Kau tidak pernah meneleponnya lagi?"

"Aku ingin menemuinya langsung, kau mau menemaniku kan?"

Jassy mengangguk. "Tapi bisa kah kau keluar sebentar dari kamar ini? Aku mau mandi Harry."

"Kau mengusirku dari kamarku? How dare you." Harry berkata sambil tertawa.

"Aku tidak peduli, sekarang kau keluar dari ruangan ini." Jassy mendorong tubuh Harry agar keluar, akhirnya Harry menurut.

---

Dirumah Loe Teasdale.

Harry melihat Lux sudah berlari di halaman. Dia bermain balon bersama Lou, ibunya. Lux yang menyadari kedatangan Harry langsung berlari mendekatinya. Harry mencoba menciumnya tapi Lux menolak.

"Kau menolakku Lux?" goda Harry.

"Karena kau dengan seorang wanita." jawab Lux ketus.

"Dia hanya selinganku ketika kau tak ada." Jassy terkekeh mendengarnya.

"Hai Lou." sapa Jassy.

"Hai Jas, how's your day."

"Not really good" jawabnya sambil tertawa. Lou tau itu hanya bercanda.

Harry dan Lux sibuk dengan cerita mereka, Lou dan Jassy hanya bisa tersenyum melihatnya.

"Aku bahagia kau sudah sembuh Lux."

"Tapi kau tidak pernah menjengukku Harry."

"Aku banyak sekali show, dan aku sangat sibuk Lux."

"Baiklah Harry aku maafkan kau kali ini. Tapi lain kali aku akan meninggalkanmu."

Harry tertawa melihat Lux, dan mengelus kepalanya. Kemudian dia menggendongnya. Dia merindukan anak kecil ini, karena biasanya ketika show dia selalu berada di backstage bersama Lou.

"Aku pikir aku sudah bisa kembali bekerja." tiba-tiba Lou Teasdale berbicara.

Jassy bahagia Lux sudah sembuh dan Lou bisa kembali bekerja, dan dia bisa kembali ke kehidupannya yang dulu. Tapi kenapa semua itu terasa aneh? Masih banyak hal yang belum terselesaikan, juga masih ada yang mengganjal di hati Jassy. Belakangan ini semua yang terjadi begitu tiba-tiba di hidupnya.

"Itu artinya, akan selalu ada bidadari kecil yang menunggu aku di backstage selesai show." kata Harry.

"Lux tidak boleh terlalu lelah dulu Haz, jadi sementara dia bersama Tom."

"Yah, aku sangat kecewa mendengarnya. mm btw Tom? Kau yakin menitipkan Lux padanya Lou?"

"Walaupun begitu Tom tetap ayah Lux, Haz." Kemudian dibalas anggukan oleh Harry.

"Kapan kau akan mulai bekerja? Aku akan mempersiapkan barang-barangku." kata Jassy.

"Tidak usah terburu-buru Jas, kau masih bisa bergabung dengan kami." ujar Lou.

"Tidak Lou, aku sudah lama tak pulang. Kau datang tepat waktu." ujar Jassy sambil tertawa. Tapi sebenarnya ada hal aneh di dalam hatinya. Bukan karena dia kehilangan pekerjaan ini, tapi kemungkinan dia akan kehilangan NIall, Liam, Louis, dan tentu saja Harry.

I am not ready for this, batinnya.

"Mungkin besok aku sudah bisa kembali, kalian berkumpul dimana besok?"

"Masih di apartemen Louis mungkin, aku pun tak yakin." jawab Harry.

"Well, aku akan menelepon Louis nanti." kata Lou.

Hari sudah terlihat mulai gelap, Jassy dan Harry bergegas kembali ke apartemen Louis. Jassy sudah siap untuk berhadapan lagi dengan Niall.

---

Apartemen Niall.

"Hey kenapa kalian bisa bersama?" tanya Niall ketika melihat kedatangan Harry dan Jassy.

"Dia memintaku menjemputnya." jawab Harry berbohong. Jassy merasa lega Harry menutupi semuanya. Jassy mengikuti Harry duduk di sofa.

"Kenapa kau tidak memintaku menjeputmu Jas?" tanya Niall.

"Kebetulan tadi aku yang meneleponnya, jadi aku pikir sekalian aku mau kembali kesini." jawab Harry lagi.

Jassy tidak tau harus berkata apa, di tatapnya Niall dan Harry bergantian, kemudianLouis, dan Liam. Sangat menyedihkan jika mengingat ini malam terakhir mereka bersama.

"Besok Lou sudah bisa bekerja kembali, dan aku juga harus kembali kerumahku." Jassy membuka pembicaraan.

"Lux sudah sembuh?" tanya Liam.

"Aku belum sempat melihatnya." dilanjut Louis.

Jassy hanya mengangguk, "Dan aku besok harus pulang kerumah."

"Tidak usah terburu-buru Jas." kata Niall.

"Tidak apa-apa Niall, aku memang merindukan rumahku."

"Thanks for everything Jas." ucap Louis.

Jassy menatap Louis. Dibalik mata tajamnya, ada ketulusan.

"Thanks can't be enough, kau sudah seperti keluarga bagi kami." Lanjut Liam.

Jassy berbalik ke arah Liam. Dia yang paling dewasa, dia yang selalu menenangkan disini.

"Dan kau lebih dari sekedar sahabat untukku Jas." kali ini Niall yang berbica.

Jassy tidak berani melihat Niall, dia takut airmata nya jatuh. Sekedar sahabat, bukan berarti untuk hubungan yang lebih.

"Jassy..." kali ini Harry.

Jassy melihat ke arahnya, Harry tau Jassy memendam air matanya. Harry menatapnya tajam.

"Menangislah jika ingin menangis." kontan saat itu air mata Jassy jatuh, dan dia terisak. Tanpa ragu Harry memeluknya, membiarkan airmata Jassy membasahi bajunya.

"Don't cry baby." -Louis.

"Menangislah sampai puas." -Liam.

"Kita pasti akan bertemu lagi Jas." -Niall.

Harry tak berbicara, dia hanya mengelus rambut Jassy perlahan. Malam itu menjadi malam perpisahan yang sangat menyedihkan bagi Jassy.

Kehidupannya dalam beberapa waktu ini begitu sulit di ungkapkan dengan kata-kata. Ketika dia mulai terbiasa dengan kehidupan baru itu, saat itu pula kehidupan itu harus berakhir.

Jassy sudah selesai dengan Niall, Niall jelas-jelas mencintai wanita lain. Walaupun Niall tak tau perasaan Jassy, tapi Jassy tak berniat memberitahukannya. Dengan Harry? Jassy sendiri tidak yakin dengan apa yang dirasakannya, tidak yakin dengan apa yang dirasakan Harry. Hanya saja semua yang mereka lakukan itu amazing.

Jassy merasakan kenyamanan yang berbeda saat bersama Harry, dia ingin selalu bersama Harry tapi, dia tidak yakin dengan sesuatu yang namanya relationship, dan Jassy masih terlalu takut untuk itu.

Malam itu pun semakin larut, dan berakhir. Berganti pagi dengan sinar mentari yang cerah.  

She's Not AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang