Jassy keluar dari kamarnya dengan memabawa barang-barangnya. Dia berjalan perlahan menuju pintu keluar dan melihat the boys sudah berkumpul, mereka terlihat sedang asik menonton chick flicks, dan melihat wajah salah satu diantara mereka seperti baru saja meneteskan airmata. Tidak salah lagi, Liam.
What the hell, batin Jassy. Mereka bahkan menonton Chick flicks bersama. Jassy merasa geli dan ingin sekali tertawa melihat mereka yang begitu fokus pada film dan tidak menyadari kedatangan Jassy.
"Ehm ehm.."Jassy berdehem, ketiga dari mereka menoleh ke arah Jassy.
"Hi Jas, where will you go?" tanya Niall.
"Aku pikir pekerjaanku sudah selesai, dan aku ingin kembali kerumah."
"There is no way Jas, apa Lou tidak memberitahumu sebelumnya?" Kali ini Louis yang berbicara.
"What about?"
"Ketika kau memasuki kehidupan kami, kau juga harus mengikutinya. Hari ini kami berpindah tidur dirumah Harry, dan kau harus ikut." tambah Liam.
Sedangkan Harry sama sekali tak melirik Jassy apalagi berkomentar, dia seperti terlalu menghayati film itu, tapi Jassy sendiri tak yakin.
Dia bertingkah seolah-olah tak ada yang terjadi tadi malam dasar bajingan, pikirnya.
"Tapi aku tidak punya baju lagi sama sekali. Aku harus pulang."
"Kenapa kau begitu suka mengataka pulang Jas? Apa yang ada dirumahmu? Apa kau tinggal bersama orang tuamu?" -Louis
"Hmm.. tidak, aku tinggal sendirian."
"I see." kata Niall.
"Kalau begitu, kau tinggallah bersama kami. Tidak ada masalah kan? Kau tidak punya larangan apapun, kau bisa pergi kemanapun kau mau saat kau free." jelas Louis.
"Tapi kami tinggal berpindah-pindah." ujar Liam.
"Dan ini saat nya kami tinggal dirumah Harry." tambah Niall.
Harry masih tetap diam dan mengabaikan mereka.
Jassy menghela nafas panjang dan berpikir. Sebenarnya dia penasaran bagaimana rumah seorang Harry Styles, jadi dia memutuskan untuk mengikuti kemauan mereka.
"Baiklah, but Niall maukah kau menemaniku kembali kerumah?"
"Dengan senang hati." jawab Niall.
Niall. Niall. Niall. Jassy tersenyum. Niall bergerak dari kursinya bearniat mengambil kunci mobil di kamarnya. Tapi Harry bergerak lebih cepat dan langsung menarik tangan Jassy, dan mencoba menariknya keluar, tapi Jassy melawan.
Niall sontak berhenti dan melirik ke arah Harry.
"Aku saja yang mengantarnya, sekalian aku mau menemui Kendall."
Whatttt, dasar bajingan ini. Tadi malam dia baru saja menciumku, sekarang dia membawaku untuk menemui jalangnya. Atau sebenarnya laki-laki ini yang jalang. pikir Jassy dalam hati.
Jassy tak bisa berbuat apapun, Harry melepas genggamannya di tangan Jassy dan mengambil kedua tas Jassy dari tangannya.
"Ikuti aku." katanya datar.
Mau tak mau Jassy mengikutinya dari belakang. Ingin sekali rasanya dia menarik rambut Harry yang panjang itu. Mereka berjalan sampai ke parkiran dan berhenti di depan mobil Range Rovernya Harry. Harry memasukkan tas Jassy ke bagasi.
"Masuklah." kata Harry ketus.
"Aku tak mau." ancam Jassy.
"Baiklah." Harry menyalakan mesin mobilnya. Lalu Jassy buru-buru masuk ke mobilnya, dan memasang sabuk pengaman.
Harry tak berkomentar, syukurlah batin Jassy.
Kemudian Harry menyetir tanpa arah, Jassy yakin belum memberitahu dimana rumahnya. Tapi dia malas untuk membuka percakapan pertama. Di mobil hening, Jassy menyandarkan kepalanya ke jendela dan menatap keluar. Dia tidak menyadari Harry memperhatikannya.
Jassy tersadar saat ini mereka berada di Oxford street, dan jelas ini bukan tujuan kerumahnya.
"Hey kenapa kita kesini?" tanyanya pada Harry.
"Kau bilang kau sudah tidak punya baju."
"Iya tapi buat apa kita kesini?" tanyanya panik.
"Jelas saja untuk belanja."
"Tapi aku mempunyai banyak baju dirumah, dan kau berjanji mengantarkanku."
"Aku hanya berkata mengantarkanmu, tapi aku tidak bilang kerumahmu."
"Harry.."
"Belilah apapun yang kau butuhkan."
"Tapi aku.."
"I'll pay for it."
Jassy tidak tau harus berkata apa. Disatu sisi dia senang dengan perlakuan Harry, tapi di satu sisi dia benci perlakuan Harry. Dan dia membenci Harry. Jelas sekali, dan tidak perlu alasan membencinya.
"I don't want."
Harry menghela nafasnya dan keluar dari mobil, berjalan menjauh meninggalkan Jassy.
"Lelaki sialan" makinya. Kemudian dia menyusul dan mengejar Harry.
Jassy berjalan di samping kiri Harry dan berusahan menyamakan langkahnya. Tetapi Harry dengan kaki yang jenjang itu jelas saja lebih cepat.
"Bisakah kau jalan perlahan?" Harry cuek dan tetap berjalan. "Hey apa kau tidak punya telinga ya?" Kontan Harry berhenti berjalan dan melirik tajam ke arah Jassy. Harry menarik tangan kanan Jassy dan menggenggamnya, kali ini beda, perlakuan Harry tidak kasar. Dan Harry berjalan perlahan, menyamakan langkahnya dengan Jassy.
Jassy seperti dapat bomb di hidupnya. Harry yang awalnya cuek, dingin, kasar, secara tiba-tiba menciumnya tadi malam, dan dingin lagi, kemudian dia menjadi lelaki baik dan mengesalkan di waktu yang sama. Jassy tidak bisa membaca Harry, jelas sekali dia tidak suka pria seperti Harry tapi anehnya, dia nyaman.....
Dan Niall? dia merasakan ada getaran yang berbeda saat ada Niall di dekatnya, dia tidak merasakan emosi yang bergejolak, melainkan bahagia... Jassy suka senyum Niall, tawanya yang nyaring, dan belahan di dagunya... Ini aneh, dia selalu ingin bersama Niall tapi Harry lah yang selalu mengganggunya, dan dia tidak suka itu.
---
Tangan kanan dan kiri Jassy penuh tas belanjaan.
Apa lelaki ini gila membelanjakan aku sebanyak ini, pikirnya.
Mereka berdua pun langsung bergerak dan kali ini Jassy tidak mau mendapatkan kejutan. Lebih baik dia bertanya.
"Kau mau menemui Kendall?"
"Tidak."
"Lalu kita kemana?"
"Maumu?" Harry balik nanya.
"Kalau aku berkata mauku, apa kau mau mengikutinya."
"Selain pulang kerumahmu."
Jelas sekali, kau dari tadi lelaki bodoh ini mau kerumah Jassy dia tidak akan belanja sebanyak itu.
"Aku lapar."
"Kau ingin makan apa?"
"Burger, kentang goreng, Ice cream, dan soft drink."
"Sangat simple" kata Harry.
---
Harry memasuki kawasan Drive Thru Mcdonalds, dan memesan apa yang diminta Jassy.
Jassy terlihat sangat lapar sehingga sekejap semua makanannya habis.
"Kau terlihat seperti the hungry girl." kata Harry.
"Aku memang sedang lapar, jadi kau jangan macam-macam atau aku akan memakanmu." Lalu Jassy berakting seperti vampire yang ingin memakan mangsanya, dan Harry tertawa.
"Kau tertawa?" Jassy terlihat sumrigah.
"Kenapa kalau aku tertawa?"
"Itu pertama kalinya aku melihatmu tertawa."
"Kau akan lebih sering melihatnya sekarang."
Harry memasuki sebuah rumah dengan halaman yang sangat besar, kalau di lihat bisa memakirkan kira-kira 20 mobil disini.
"Ini rumah siapa?"
"Welcome to my house." Harry tersenyum simpul.
"Kau lebih baik jika tersenyum." puji Jassy tulus.
Harry langsung menepis senyumnya, dia merasa malu jika ada wanita yang memujinya secara langsung.
Harry bergegas turun dari mobil ketika handphonenya berbunyi, dan ada nama Louis disana.
"Halo Lou."
"Hi Harry kau ada dimana sekarang?"
"Aku.. baru saja sampai dirumah."
"Kenapa kau tak mengatakannya? Kami berada di apartemenmu. Kami berpikir kau akan ke aparteman."
Apartemen? Rumah? batin Jassy. Dipandangnya halaman luas rumah Harry, penuh dengan tumbuhan-tumbuhan hijau yang nikmat dipandang. Dan dia masih memiliki apartemen setelah rumah ini? Rich as fuck! pikirnya.
"Aku pikir terlalu jauh untuk ke apartemen sekarang, aku akan tinggal dirumah malam ini dan aku akan ke apartemen besok."
"Baiklah, kau masih bersama Jassy kan?"
"Ya, dia ada di sampingku."
"Jangan macam-macam kau Harry." ancam Louis.
"Kau tenanglah." jawab Harry dan mengakhiri telepon.
Harry melihat ke arah Jassy.
"Sepertinya kita akan tinggal berdua dirumah malam ini, kira-kira apa yang akan kita lakukan."
Kontak Jassy shock, dia sama sekali tidak membayangkan apapun dan tak menginginkan apapun untuk terjadi. Oh my God, tapi sekarang dia akan terkurung untuk satu malam bersama bajingan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Afraid
FanfictionJassy berjalan lunglai ke kamarnya. Dia bahkan lupa jalan kembali ke kamar karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Pasti si sialan itu sudah merusak kerja otakku. batinnya. Dia bertemu Harry lagi sebelum kembali ke kamar. Jassy merasa jijik wal...