Harry dan Jassy selesai bersiap-siap dan mereka menuju apartemen Harry. Apartemen nya lumayan jauh, dan membuat Jassy tertidur di mobil, dan tak menyadari mereka sudah sampai di parkiran.
"Kita sudah sampai?"
"Dari tadi." jawab Harry.
"Jadi kenapa kau tak membangunkanku?"
"Aku menikmatinya."
"Dasar Cabul" Jassy membuka pintu mobil dan bersiap keluar.
Jassy tak mengenal tempat ini, jelas saja mereka bukan menuju apartemen Niall.
Niall? Mengingat namanya saja membuat Jassy tersenyum.
---Apartemen Harry terletak di lantai 21.
Pintu terbuka, Niall, dan Louis menoleh ke arah pintu dan mendapati Harry dan Jassy dengan tas penuh belanjaan.
"Hey, kalian belanja?" tanya Niall.
Harry menyodorkan satu kantung plastik besar penuh makanan, dan Niall lupa dengan pertanyaannya barusan. Dengan sigap dia merampas kantung plastik itu. Melihat tingkah Niall, Jassy tersenyum.
Harry yang menyadari hal tersebut memandang tajam ke arah Jassy.
"Kau sangat lapar Ni?" tanya Jassy sambil tertawa, dan kemudian duduk disamping Niall.
"I am always hungry all the time." jawab Niall dengan mulut penuh makanan.
Harry duduk di samping Louis yang fokus bermain handphone.
Apa Louis selalu secuek ini? batin Jassy.
Liam? Ntah dimana, Jassy tak menemukannya. Pandangan Jassy berlari lagi ke Niall. Dia sangat lucu, bahkan dia tidak basa-basi menawarkan makanan itu kepada siapapun. Dia benar-benar menikmatinya. Kemudian Jassy tersenyum.
Jassy tak menyadari Harry memperhatikan dirinya sedang memperhatikan Niall detik demi detik. Sampai dia merasakan sesuatu yang aneh dan melihat ke arah Harry yang tepat di hadapannya. Yang dilihatnya Harry menatap tajam ke arahnya.
Sejenak mereka hanya saling tatap. Jassy bingung, apa yang ada di pikiran Harry.
"Kau.."
"Bisa kita bicara sebentar?" Harry memotong perkataan Jassy.
Jassy hanya mengangguk. Harry berdiri, diikuti Jassy. Harry berjalan menuju satu ruangan yang Jassy tak tau itu ruangan apa.
Oh my God. batin Jassy. Ini dress room pribadi Harry Styles? Amazing. Di sebelah kiri pintu masuk, kumpulan sepatu nya Harry, terlihat banyak boots disana. Di sebelah kanan pintu masuk terlihat bermacam suit bergantungan, disusul kemeja-kemeja. Tidak cukup di jelaskan dengan kata-kata. Harry juga banyak mengkoleksi dasi.
Ruangan itu sangat elegan, dan rapi. Di tengah-tengah nya terdapat cermin fullbody. Di sudut terlihat celana yang bermacam-macam. Ada celana goyang, celana motif, dan lebih banyak jeans.
Jassy tak berhenti terkagum-kagum di buatnya. Kesadaran Jassy kembali ketika dia mendengar Harry menutup dan mengunci pintu. Apalagi maunya si pria mesum ini. batinnya. Tapi kali ini Jassy lebih santai, dia sudah terbiasa dengan perlakuan Harry. Sekilas Jassy teringat ciuman hangat mereka tadi pagi yang tak berlangsung lama. Jassy harus lebih banyak mempersiapkan mental untuk apa yang terjadi, dan yang akan terjadi nanti.
Harry menarik perlahan tangan kiri Jassy agar mengikutinya. Entah apa yang akan di lakukan Harry nanti dia sudah siap. Dia yakin Harry tidak akan berbuat yang berlebihan, dan satu lagi, Jassy sudah mulai menikmati permainan Harry.
Terlihat ada satu ruangan lagi, kali ini ruangan ini tidak berpintu, ada sofa kecil yang berukuran untuk dua orang disitu.
"Belum ada seorang wanitapun yang aku bawa kesini." jelasnya.
What? Jadi aku orang pertama? Tentu saja itu hanya omongan gombal lelaki buaya seperti Harry. pikirnya.
Sekarang mereka duduk berdua di sofa, masih saling diam. Jassy menunduk tak berani menatap Harry, sedangkan Harry tak berhenti menatap Jassy.Ruangan itu agak redup karena cahaya hanya dari ruangan sebelah.
"Jassy, look at me."
"No." Jassy masih menunduk.
"Look at me."
"Not a chance."
Harry menyentuh dagu Jassy dan mengarahkan wajahnya menghadap Harry.
"Kau..menyukai Niall?"
Jassy terbelalak kaget mendengar pertanyaan Harry. Bagaimana dia bisa tau?
"Itu jelas sekali terlihat." Harry seperti bisa membaca apa yang dipikirkan Jassy.
"How can?" tanya Harry lagi.
Jassy diam tak menjawab apapun.
"Kau benar-benar tak merasakan apapun padaku Jas?" kali ini raut wajah Harry sangat berbeda, seperti ada kepedihan di wajahnya.
Apa dia bersungguh-sungguh? batin Jassy.
"Why are you come to my life just to leave the pain?"
"Harry aku tak bermaksud."
"It's hurt me, really."
"Harry, aku juga masih belum yakin dengan semua ini. Kau tak perlu memikirkan ini Harry. Niall? Maksudku, jelas-jelas dia tak menyukaiku dan dia tak menyadari semuanya. Aku belum pasti dengan perasaanku. Aku terlalu takut untuk semuanya. Dan kau..."
"Aku?"
"Kau bukan mencintaiku Harry, kau hanya menginginkan tubuhku."
"Mengerti apa kau soal perasaanku? Sudah ku bilang kau berbeda."
"Itu hanya perasaanmu yang menggebu-gebu di awal. Setelah kau mendapatkanku? Kau akan melakukan hal yang sama dengan yang lainnya."
"Jadi kau pikir aku yang mengejar-ngejar wanita selama ini?"
"Aku tak bermaksud begitu."
"Jassy, aku terlihat seperti bajingan, gonta-ganti wanita setiap hari itu karena satu, aku belum menemukan yang pas di hati. Dan tak satupun dari mereka memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya, bahkan mereka yang menawarkan diri padaku. Jelas?"
Jassy menelan ludah, dia benci keadaan seperti ini.
"Can we stop talking about that?"
"Can you stop loving Niall?"
"Harry aku belum mencintainya, aku hanya...kagum. Ya aku hanya kagum pada Niall. Dia itu lelaki yang ramah, lemah lembut, lucu, apa adanya..."
"Dan aku?"
"Aku tak tau bagaimana mendeskripsikan kau Harry, di satu sisi aku sudah pernah bilang sebelumnya, kau berubah-ubah. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku suka perlakuanmu terhadapku, aku suka cara kau selalu memberikan sesuatu yang bahkan tak pernah terbayang olehku sebelumnya, dan satu lagi aku merasa NYAMAN!! dan aku belum menemukan itu pada siapapun termasuk Niall."
"Apa tak bisa rasa nyaman itu kau ubah menjadi cinta?"
"Itu terlalu cepat."
"Jadi kau...benar-benar tak mencintaiku Jas?" suara Harry terdengar sangat berat. Raut wajahnya pun tak terlihat dingin. Tiba-tiba Jassy memeluknya.
Dirasakannya detakan jantung Harry untuk kedua kalinya. Benar-benar nyaman, sangat nyaman. Harry melingkarkan lengannya di tubuh Jassy, memeluk Jassy dengan erat, kemudian Harry mengecup lembut rambut Jassy. Kali ini rasa nyaman yang di rasakan Jassy akan membunuhnya secara perlahan.
"I love you Jasmine and I don't need the answer."
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Not Afraid
FanfictionJassy berjalan lunglai ke kamarnya. Dia bahkan lupa jalan kembali ke kamar karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Pasti si sialan itu sudah merusak kerja otakku. batinnya. Dia bertemu Harry lagi sebelum kembali ke kamar. Jassy merasa jijik wal...