Lads

358 35 0
                                        

Hotel rooms.

"Aku ngerasa di cuekin babe." rengek Cecilia pada Niall.

"Itu perasaan kamu aja babe. Mungkin karena ini pertemuan pertama kali jadi mereka juga gatau mau ngomong apa." Niall mencoba menenangkan Cecil, perlahan Niall mendekatkan wajahnya ke Cecil. Perlahan demi perlahan dan..

"Aku ngerasa mereka gak nganggap aku ada babe." Cecil merengek lagi.

"Nggak kok, aku yakin. Aku udah kenal mereka lama kok. Tenang aja babe."

"Oke, kita liat aja besok." Niall tersenyum dan mendekatkan lagi ke Cecil.

"Niall, aku ngantuk. Kita tidur aja ya."

Shit. dalam hati Niall.

Cecil merebahkan diri ke kasur, dan menarik selimut. Tinggallah Niall dengan angan-angannya.

---

Ele bersandar di dada Louis, Louis mengelus rambutnya dan mengelusnya.

"I think I am the luckiest boy in the world to have you El."

"Lying."

"I am serious."

"Kalau gitu I am the luckiest girl in the world to have you."

"Kau bicaranya tidak ikhlas." Louis merajuk.

Ele terkekeh dan sedetik kemudian mengecup pipi Louis. "Only God knows how much I love you Lou." Ele menatap Lou dalam, sangat tulus.

"Oh God! I can't even imagine how my life if I lose you El." Kemudian Louis mengecup bibir Ele dengan mesra.

---

"Sophia where is my whiter shirt?" Liam membongkar suitcasenya.

"I don't know." Jawab Sophia cuek. Dia merebahkan diri di kasur dan memainkan handphone nya.

"Kan aku sudah bilang jangan lupa masukkan. Kau ini bagaimana sih."

"Kau menyalahkanku?"

"Nggak kok darl, ini salahku."

"Tadi kau menyalahkanku."

Liam mendekati Sophia dan menggenggam tangannya.

"I am so sorry Sophia. I love you." Liam mengecup punggung tangan Sophia dan kemudian Sophia tertawa melihat tingkah Liam.

---

Jassy membatasi area nya dengan area Harry menggunakan bantal. Hingga tidak ada celah antara Jasst dan Harry untuk bersentuhan.

Harry mengambil bantal yang menjadi pembatas mereka, dan ditarik lagi oleh Jassy.

"Apa-apan." Harry protes.

"Untuk mencegah hal-hal yang tidak di inginkan."

Harry terkekeh mendengar jawaban Jassy. "Kau benar-benar tak menginginkannya?"

"Kau...lelaki mesum."

"Aku tak berpikir mesum sama sekali. Kau memikirkan apa tentangku?" tanya Harry menggoda.

Jassy menepuk jidatnya. Dia akan kalah dan kehabisan kata-kata jika melawan Harry.

Harry menarik tubuh Jassy dan merebahkan diri di kasur.

"Aku lelah Jas, aku ingin tidur." Harry memeluk Jassy erat. Sekilas Jassy melirik Harry yang sudah menutup matanya. Jassy tersenyum dan merapatkan kepalanya di dada Harry. Dan lagi-lagi kenyamanan itu dirasakan Jassy.

---

Matahari terasa menyengat di kulit Jassy. Dia membuka mata dan melihat tidak ada orang di sampingnya.

"Harry.." panggilnya. Tak ada jawaban.

"Harry...where are you?" Tetap tidak ada jawaban.

Jassy melihat ada secarik kertas di pintu. Jassy menarik kertas tersebut.

'Mandilah, dan telfon aku jika sudah siap. Aku akan membawamu ke suatu tempat.'

Jassy tersenyum-senyum membacanya. Dengan cepat dia bersiap-siap. Jassy tak sabar dengan apa yang akan terjadi.

---

Jassy memakai rok mini jeans berwana biru muda, dan kemeja coklat susu bermotif simple, dan sling bag.

"Aku rasa ini simple kan?" Jassy berputar melihat dirinya di cermin. Kemudian dia mengambil handphonenya dan mencari nama Harry di kontaknya.

"Sudah siap?" Harry tanpa basa basi.

"Hmm."

"Turunlah, dan keluar. Aku menunggu disini." tut. Harry mengakhiri telepon.

Untung ganteng huu,batin Jassy.

---

Jassy berjalan di luar area hotel mencari Harry, beberapa menit dia tidak menemukannya sampai melihat seorang pemuda dengan motor.

Oh my God, jangan bilang itu...

"Ayo naik." kata Harry.

"Dari mana kau mendapatkan motor ini?"

"Naiklah jangan banyak tanya."

Tanpa pertanyaan lagi Jassy langsung duduk di belakang Harry. Harry menarik tangan Jassy agar memeluknya.

"Jangan di lepas."

"Hmm."

"Arr you ready?"

"Yup."

Kemudian Harry ride dengan kencang sehingga rambut Jassy acak-acakan. Tapi Jassy merasakan sesuatu yang berbeda. Dia belum pernah merasa sebahagia ini naik motor sebelumnya. Dan hari ini dia merasakan yang berbeda.

"Kita meninggalkan mereka?" tanya Jassy sedikit berteriak agar Harry mendengarnya.

"Aku tidak ingin melihat kau sedih." jawab Harry dengan sedikit berteriak juga.

"Sedih?"

"Niall."

"Ow." Jassy terdiam.

"I love you Jassy." teriak Harry.

"WHAT?".

"I LOVE YOU." Harry berteriak lebih kencang lagi.

Jassy tak menjawab. Dia masih bingung dengan perasaannya. Tapi dia mengencangkan pelukannya dan menyandarkan diri ke punggung Harry. Harry mengencangkan lajunya, dan menuju suatu tempat.

Kemana kah mereka?

---

She's Not AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang