Empat

118 15 0
                                    


Selamat membaca!! :)

***
"Sera ? Kamu Sera kan?", panggil pemuda itu meyakinkan dirinya sendiri. Sosok didepannya kini sudah berubah menjadi gadis yang begitu cantik.

Sera sendiri mematung, dia sangat syok, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dadanya sesak, rasa bahagia, rindu,dan terkejut bercampur menjadi satu. Namun beberapa detik kemudian semua rasa itu berubah menjadi marah benci, dan kecewa. Ia tersadar siapa pemuda di depannya ini.

Satu dari beberapa orang yang lima tahun lalu membuat hidupnya sontak berubah, kini berada dihadapannya. Tapi belum sampai Sera ingin mengungkapkan amarah di hatinya, Pak Dedy sudah kembali masuk ke kelas.

Sera mengurungkan niatnya, ia kembali teringat peristiwa itu , tadinya Sera sangat senang bisa melihat Yoga lagi, tapi setelah mengingat perlakuan Yoga waktu itu, sekarang Sera jadi sangat membenci makhluk yang ada didepannya ini.

"Baik, anak-anak kita mulai pelajaran pada pagi hari ini, kalian sudah mengenal bapak kan di acara MOS kemarin jadi tidak perlu ada perkenalan lagi ya, tapi sebelumnya bapak absen dulu," ucap Pak Dedy yang sudah membawa spidol, setelah mengabsen kemudian langsung mulai mengajar pelajaran matematika, beliau memang guru yang terkenal cukup berwibawa dan tidak suka membuang-buang waktu berharga, jadi beliau sudah memulai pelajaran yang sesungguhnya bahkan di hari pertama, tidak seperti kebanyakan guru yang kadang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengenal muridnya di hari pertama.

"Ser, kok kamu kayak nggak seneng sih liat aku?" tanya Yoga bingung saat melihat perubahan muka Sera yang tiba-tiba menjadi menakutkan bak singa yang siap menerkam mangsanya, meski saat ini Sera tidak sedang menatap Yoga namun hawa negatif diantara dua insan itu benar - benar membunuh. Setidaknya itu yang dirasakan Yoga saat ini.

Sera hanya diam tak menghiraukan pertanyaan Yoga yang menurutnya retoris itu, ia lebih memilih fokus pada pelajaran di depannya.

"Oke aku ngerti, kamu paling nggak mau diganggu kalau baru pelajaran matematika kan? Nggak masalah tapi nanti ada yang mau aku bicarain sama kamu," tambah Yoga yang sudah mengerti kebiasaan Sera kalau sedang ada pelajaran matematika memang paling rajin, mungkin tunggu kalau ada pesawat jatuh di sekolahnya baru dia akan meninggalkan matematikanya.

Yoga mencoba fokus pada pelajaran Pak Dedy meski dari tadi dia sama sekali nggak ngerti apa yang di bicarakan Pak Dedy. sangat berbeda dengan Sera, Yoga paling anti sama yang namanya matematika, tapi kalau pelajaran lain dia tak kalah pintar dengan Sera, si juara kelas.

Beberapa kali Yoga melirik ke arah Sera, masih sama. Dingin dan keras. Menjatuhkan bulpen, menggoyangkan meja, berdeham, dan berbagai aktivitas kecil ia lakukan untuk mendapat perhatian Sera, tapi Sera masih tetap tak bergeming. Dengan terpaksa kali ini Yoga harus benar-benar memerhatikan objek yang ada di depannya. Guru Matematika.

***
Bel istirahat menggema di seluruh penjuru gedung SMA Elang, memecahkan keheningan yang sudah berjalan hampir dua setengah jam. Setelah tadi Yoga mengumpulkan kesabarannya untuk mengikuti pelajar matematika yang berasa sepuluh tahun dia jalani lalu dilanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia yang didominasi cuap-cuap oleh sang guru, menurut Yoga. Akhirnya bel surga yang ditunggu-tunggu Yoga dan seluruh isi kelas berbunyi juga.

Namun setelah bel istirahat berbunyi Sera sengaja langsung ngluyur keluar untuk menghindari Yoga.

"Lho Ser mau kemana? aku mau ngomong, kok malah kabur sih!" teriak Yoga pada Sera yang sudah setengah berlari. Tapi saat Yoga ingin mengejar Sera, tiga cewek cantik tapi rese yang dulunya emang satu SMP itu menghalangi jalan Yoga.

"Mau ke mana sih kok buru-buru banget", tanya Byana lembut sambil menghalangi jalan Yoga di ambang pintu.

"Namaku Byana, dan ini temen aku Mesty dan Sandra," ucap Byana memperkenalkan diri mengulurkan tangannya.

KELAM [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang