Setelah berhasil meluapkan amarahnya pada Yoga, Sera segera meninggalkan sekolahnya. Sera berlari tanpa henti, air matanya kini berlomba-lomba keluar, ia sudah tidak bisa membendungnya lagi.
Sera berlari menuju lapangan basket belakang SMPnya dulu, SMP Setya Bangsa. Meski jarak SMP dan SMA nya terbilang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, tapi Sera sudah tidak memedulikan hal itu.
SMP Sera memang memiliki dua lapangan basket. Bagian depan dan belakang, namun lapangan basket belakang sangat jarang di jamah oleh para penghuni sekolah itu. Lapangan itu justru lebih sering digunakan oleh para pemuda yang ada di sekitar pemukiman SMP Setya Bangsa untuk bermain sepak bola.
Lapangan itu bersebelahan dengan sebuah lahan kosong luas yang hanya berbatas sebuah tembok tinggi tak terawat. Sedangkan tak jauh dari lahan kosong itu adalah gedung belakang SMA Setya Bangsa. Lahan kosong itulah yang menjadi pemisah antara SMP dan SMA Setya Bangsa.
Sera cukup sering datang ke sini saat dia masih SMP jika dia sedang malas pulang kerumah karena rumahnya selalu sepi, kadang Sera ditemani oleh Mesya.
Meskipun tempat ini juga sepi seperti rumahnya, ia lebih nyaman berada di sini karena dia bisa bermain basket, olahraga yang ia sukai, untuk membunuh suasana sepi yang menghinggapi dunianya.
Setelah sampai di lapangan itu Sera menjatuhkan tasnya ke tanah, seakan tak mampu melawan gravitasi bumi, tubuh Sera ikut luruh bersama tasnya.
Sera meringkuk sambil menangis sesenggukan ia ingin menumpahkan semua kekecewaannya. Kekecewaan atas keadaan yang menimpa hidupnya.
Setelah tangisnya sedikit mereda Sera mengambil sebuah bola basket yang ada di lapangan, yang entah tertinggal atau ditinggalkan pemiliknya. Sera tak memerdulikan itu. Yang ia tahu saat ini ia butuh pelampiasan.
Ia melemparkan bola itu asal-asalan, jika saja ada orang yang melihatnya saat ini, pasti orang itu akan berpikir Sera bukan seperti sedang bermain basket tetapi sedang menumpahkan amarahnya bersama bola basket tak berdosa itu.
Dia bermain basket dengan sangat keras, keringatnya kini berkucuran keluar mukanya mulai memerah pertanda ia sudah kelelahan tapi ia belum juga berhenti bermain.
Sera melemparkan bolanya menuju ring dengan sangat kencang tapi bola itu justru membentur ring dan berbalik terpental sehingga mengenai lengan kiri Sera, ia tidak sempat menghindar karena terkejut dan sudah kelelahan
Brukk....
Tubuhnya terdorong jatuh ke konblok, sikunya lecet dan lengannya terasa nyeri.
"Aaargh......!!!", teriak Sera kesal kenapa bola basket juga tidak bersahabat di saat seperti ini.
Sera memukul-mukulkan tangan kanannya ke konblok tanpa henti yang membuat tangan kanannya kini ikut tergores dan berdarah, butiran bening dari pelupuk matanya kembali keluar tanpa diperintah.
Saat ini Sera sangat berantakan dan tak karuan, dia kembali menangis histeris, untung saja tak ada orang di lapangan ini karena memang jam pelajaran juga sudah berakhir dan sekolah mulai kosong.
Namun tanpa sepengetahuan Sera, ada sepasang mata yang dari tadi mengawasinya dari balik pohon tak jauh dari tempat Sera berada.
Seorang laki-laki sedari tadi memperhatikan Sera dengan miris, karena dia tidak bisa berbuat apa - apa untuk membantu Sera, orang yang dia sayang.
Hatinya sakit melihat Sera seperti ini.
"Maaf Ser aku nggak bisa ada di sisimu, karena pasti kamu udah lupa sama aku dan pasti kamu bakal curiga kalau selama ini aku selalu mengawasi kamu dari jauh", gumam pemuda itu pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/59442387-288-k208436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAM [on going]
Teen FictionCinta tak melulu tentang kekasih belahan jiwa... Cinta tak melulu memberi rasa bahagia... Tapi cinta juga tentang keutuhan sebuah keluarga... Tentang bagaimana rasa sakit dan sengsara... Tentang lika liku yang harus ditempuh untuk mengerti apa arti...