SEPULUH

87 9 5
                                    

Hari minggu, hari yang amat membosankan bagi Sera karena ia tak memiliki kesibukan apapun selain di dalam rumah. Biasanya Mesya yang akan datang kerumahnya sekedar menonton drama bersama atau menemaninya bermain basket. Tapi sayangnya hari ini Mesya ada janji bersama teman sekolahnya, membuat Sera benar-benar kesepian.

Dari pagi dia hanya mengerjakan aktivitasnya seperti biasa, membersihkan kamar dan mengerjakan tugas sekolah. Rizal juga sedang sibuk dengan tugas kuliah, Diana sibuk dengan urusan kantor meski hari ini hari libur. Aditya entah kemana, ia tak pernah mau menanyakan hal itu.

Sera sedang asik dengan novelnya untuk sekedar membunuh sepi, tiba-tiba Hp nya berdering. Ia melirik sekilas. Panggilan masuk dari Yoga.

"Ada apaan?", jawab Sera langsung pada intinya.

"Kamu tu ya ada orang telpon sinis banget tanyanya. Kamu baru sibuk nggak keluar yuk?", ajak Yoga.

"Kemana?"

"Kamu inget taman yang dulu sering kita pakek buat main basket waktu SD nggak? Ke sana mau?"

"Hmm... ya tau. Oke. Aku tunggu sepuluh menit harus dah sampai sini.", jawab Sera tegas lalu langsung mematikan panggilan secara sepihak.

Yoga hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Sera yang masih saja cuek. Meski sudah seminggu ini Yoga berusaha untuk membuat Sera menjadi seperti dirinya yang dulu.

Sebelas menit kemudian motor Yoga sudah memasuki rumah Sera. Sera melirik jam tangannya sekilas, dia juga sudah bersiap dari tadi.

"Telat semenit!", ketus Sera.

"Ya kali Ser, motor ku dah hampir jalan 80 km/jam, aku dah ngebut", ucap Yoga tak percaya dengan tingkah Sera.

"Ya harusnya sekalian 90 km/jam biar cepet", jawab Sera enteng.

"Kamu mau bunuh aku? Jalanan rame, ini minggu. Kamu ada dendam kali ya sama aku?", tanya Yoga memincingkan matanya menatap Sera memastikan dendam terpendam pada bola mata itu.

"Udah ayo cepetan keburu males ni", ucap Sera tak acuh dengan alasan Yoga.

"Astaga gue kayak ngajak emak- emak ke pasar, nggak sabar amat", gumam Yoga.

"Ngomong apaan?", tanya Sera yang sudah duduk manis di jok motor Yoga.

"Enggak, enggak papa, tu tadi ada tikus lewat, ngomel mulu tikusnya", ucap Yoga asal, Sera hanya mengedikkan bahu tak peduli.

Sebuah ide nakal muncul.

Yoga sengaja memasukkan kopling dan mengegas secara mendadak, membuat Sera hampir terjungkal kemudian reflek memeluknya, Sera terus uring-uringan sepanjang jalan. Tapi akhirnya Sera memilih diam dan berpegangan erat pada Yoga karena Yoga melajukan motornya diatas kecepatan normal.

"Tadi katanya suruh 90 km/jam kan? Ni aku persembahkan buat kamu kecepatan setan", teriak Yoga untuk mengalahkan suara kendaraan lain sambil menunjukkan smirk nya kemudian menambah kecepatannya.

Sera tak berkutik hanya bisa memejamkan mata dan mempererat pegangannya, ia merutuki dirinya sendiri karena tadi berkata tanpa berpikir.

Sekitar delapan menit kemudian mereka berdua sudah sampai di taman itu. Taman yang dulu sering ia gunakan bermain basket bersama sahabat-sahabatnya ketika ia duduk di bangku SD, bersama Yoga, Gerald, dan Lyana atau terkadang di temani kakak tercintanya.

KELAM [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang