TIGA BELAS

59 7 1
                                    

Tepat didepan gerbang rumahnya, sebuah tangan dengan sigap menarik tangan Sera dengan kuat. Membuat kaki nya gagal memasuki pekarangan rumah dan tubuh Sera terhentak mundur. Sera sangat terkejut dan menatap pelakunya dengan bingung namun bercampur amarah.

"Apa-apaan sih lo Ga, sakit!", bentak Sera, sambil mencoba melepaskan lengannya dari cengkraman Yoga.

Namun Yoga justru mempererat genggamannya.

"Elo yang apa-apaan. Gue keliling sekolah nyariin lo. Gue cari di halte, di halaman belakang sekolah, di taman nggak ada, gue telfonin juga nggak bisa. Gue udah nunggu lo dari tadi di sini. Lo kemana aja sih?", Yoga menjadi emosi. Baru kali ini dia berani membentak Sera.
Sera sempat terkejut dengan bentakan Yoga namun tak membuatnya mau mengalah.

"Gue bukan anak kecil. Dan bukan urusan lo gue mau kemana!", cecar Sera tak kalah emosi.

Yoga hanya bisa menghela napas panjang untuk menurunkan emosinya. Menghadapi Sera yang sekarang tidak bisa dengan kekerasan, yang ada justru semakin runyam

"Aku khawatir Ser sama kamu, aku takut kamu kenapa-kenapa, lagian kenapa kamu pulang sendirian nggak nunggu aku", Yoga mengendurkan cengkramannya dan wajahnya mulai menunjukkan ke khawatiran. Membuat Sera juga ikut menurunkan emosinya.

"Gue udah gede, gue bisa pulang sendiri. Nggak usah sok peduli sama gue. Bukannya lo lebih nyaman dan asik sama Lyana", ucap Sera, mengingat tadi sepulang sekolah memang Lyana datang menemui Yoga untuk membicarakan pendaftaran ekskul voli yang akan mereka ikuti.

Sera pun jengah jika harus menunggu obrolan mereka yang membosankan. Sehingga dia memilih pergi tanpa sepengetahuan Yoga. Setelah beberapa langkah, Yoga mengetahui kepergian Sera, dan meneriaki namanya namun Sera justru mempercepat langkahnya hingga Yoga kehilangan jejak Sera.

"Oh Lyana lagi. Sampe sekarang kamu belum jelasin ke aku kenapa kamu sebegitu nggak suka nya sama Lyana. Aku nggak ngerti", tanya Yoga yang mulai benar-benar penasaran ada apa sebenarnya antara dia dan Lyana.

"Gue males ngomongin tentang dia, mendingan sekarang lo pulang. Gue capek mau tidur", Sera segera masuk tanpa memedulilan Yoga lagi.

Yoga hanya bisa menurut. Yang penting dia sudah memastikan Sera sampai rumah dengan selamat. Itu sudah cukup baginya. Masalah Lyana biar dia saja yang mencari tau sendiri, karena Sera tampak benar-benar tak mau menceritakannya atau sekedar menyinggungnya sedikitpun.

                                             ***

"Hai sayang!", teriakan nyaring dari suara yang tak asing menyeruak ke telinga Sera ketika dia sudah memasuki ruang tamu.

Mesya sedang menonton tv di atas sofa ruang tamu Sera, ditemani segelas jus mangga dingin dan makanan kecil dipangkuannnya tampak sangat santai. Pemandangan yang sudah biasa bagi Sera. Mesya memang sering bertamu dirumah Sera. Sekalipun si empunya rumah belum datang.

Sera segera bergabung duduk dan merebut makanan yang dibawa Mesya, melemparkan tasnya ke sembarang tempat.

"Bi, tolong buatin aku jus juga ya", interupsi Sera pada Bi Sari yang sedang didapur.

"Ya non, tunggu sebentar",

"Muka kamu kenapa kok bete gitu?", Mesya dapat menangkap raut suram yang terlukis jelas di wajah Sera.

"Nggak papa, nggak penting kok. Eh iya gimana acara ketemuan kamu sama si Angga?", tanya Sera sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Iya aku juga mau cerita sama kamu tentang Angga makanya aku kesini. Angga tu euh manis banget, beda banget kalau cuma liat dari hp. Aku juga nggak ngerti, auranya dia tu beda aja, kalau liat dia hawanya adem terus", cerocos Mesya dengan penuh semangat.

KELAM [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang