Hai... ^_^
akhirnya bisa lanjut setelah beberapa bulan buntu...
Oke langsung aja....***
Dari awal menginjakkan kaki di Jogja, Yoga sudah tidak sabar ingin bertemu Sera, bukan pacarnya sendiri yang sebenarnya juga tinggal di Jogja, padahal Yoga belum pernah bertemu langsung dengan pacarnya itu semenjak mereka pacaran lima bulan yang lalu, dan hanya mengenal lewat sosial media.
Entah kebetulan atau takdir Yoga langsung bertemu dengan Sera di hari pertamanya masuk sekolah. Yoga sangat bersyukur dan bahagia.
'Aku kangen kamu Ser', batinnya, ia tak henti-henti memikirkan gadis yang lima tahun terakhir ini selalu singgah dalam pikirannya itu.
***
Bel pulang sudah bebunyi sejak 20 menit yang lalu. Namun masih banyak anak-anak yang berlalu lalang di SMA Elang.
Nongkrong di loby, belajar kelompok, ada beberapa pasangan terlihat asik dengan dunia mereka, bermain basket di lapangan, banyak juga yang masih di kantin sekedar nongkrong dan sebagian mengisi cacing di perut yang sudah meronta-ronta minta jatah.
Seperti salah satu pemuda yang kini sedang menikmati sajian didepannya, tangan kirinya menari di atas ponsel bak penari profesional. Kaki kanannya terangkat santai di kursi.
Semua orang bisa langsung menebak pemuda ini adalah tipe brandal kelas kakap. Perawakannya tinggi berisi bak atlet bela diri, kulit putih bersih, rambut pendek cepak memberikan kesan rasa percaya diri yang kuat, tindik hitam simpel yang bertengger di daun telinganya memberi kesan bad boy pada orang yang baru pertama mengenalnya, manik matanya hitam tajam dapat membunuh siapa saja yang mencoba mengusiknya, seragam yang semula rapi berlomba-lomba keluar dari tempat yang seharusnya.
Hawa negatif tersebar di sekeliling pemuda ini, membuat siapa saja memilih enyah jika pemuda ini berada di sekitar mereka. Para murid junior yang lewat selalu menundukkan kepala karena tak ingin menjadi makanan penutup.
"Aaarrgghhh.... sial kalah lagi," teriak pemuda itu sambil menggebrak meja, tak memedulikan seisi kantin yang kini telah terfokus pada dirinya, beberapa siswa bahkan tersentak saking kagetnya mendengar teriakan itu.
"Untung jantung gue bakoh," gumam salah seorang siswa junior yang duduk tak jauh dari pemuda itu sambil mengelus dadanya, kemudian ia segera menghabiskan makan siangnya setelah detak jantungnya mereda.
Pemuda itu kembali memainkan gamenya, beberapa kali mengumpat karena kalah. Tak menghiraukan orang disekelilingnya yang terlonjak kaget setiap ia berteriak.
Setelah beberapa saat ia melongok ke bawah karena merasa ada yang tak nyaman pada sepatunya, ternyata benar tali sepatu nya lepas karena tadi ia terus menghentak-hentakan kakinya saat kalah bermain.
"Woy ! Sini lo!", teriak pemuda itu menginterupsi siswa junior yang baru saja membayar tagihan makannya di kantin.
Siswa junior yang di tunjuk celingukan melihat sekitar.
'Barangkali bukan gue yang di maksud', batin junior itu sambil masih menengok ke belakang dan sampingnya.
"Lo ! Iya lo ! Sini buruan!", ucapnya dengan lantang tak menghiraukan orang yang ditunjukkan kini sedang gemetaran.
'Mampus gue! Gue salah apaan ya? Perasaan gue tadi ngomongnya pelan waktu kaget', batin junior yang di tunjuk sambil melangkah perlahan menuju meja seniornya.
"Benerin tali sepatu gue! Tangan gue baru sibuk", perintah pemuda itu sambil mengangkat kedua tangannya yang sedang memegang ponsel dan sendok.
'Mimpi apa gue semalem, sial bener!', batin sang junior sambil perlahan jongkok. Ia mempertaruhkan harga dirinya, lebih baik menurut ketimbang berlanjut.

KAMU SEDANG MEMBACA
KELAM [on going]
Teen FictionCinta tak melulu tentang kekasih belahan jiwa... Cinta tak melulu memberi rasa bahagia... Tapi cinta juga tentang keutuhan sebuah keluarga... Tentang bagaimana rasa sakit dan sengsara... Tentang lika liku yang harus ditempuh untuk mengerti apa arti...