Karine menekan nekan tombol remot televisi tanpa semangat. Berharap malam minggu ini ada acara bagus untuk menghilangkan kepenatannya daritadi. Tidak ada penyebab khusus ia penat, melainkan hanya bosan sendirian di rumahnya. Hingga kemudian ada bel berbunyi yang mengusik Indra pendengarannya.
Ting tong
Ting tong
Ting tong
Ia berdiri dari posisinya yang semulanya duduk lalu beranjak ke arah pintu utama dengan malas. Pikirannya berputar memikirkan siapa yang datang ke rumahnya saat jam sudah menunjukkan jam sembilan malam.
"Iya iya sabar" Katanya sambil mengambil kenop pintu kasar karena orang di depan tidak henti hentinya menekan bel rumah. Ia kesal dengan tamunya yang tidak sabaran.
Krek
Seorang pria berdiri di hadapannya sekarang. Ia mengerjapkan matanya berkali kali untuk memastikan. Evan. Itu benar-benar Evan Siltion, sahabatnya dalam empat tahun belakangan ini. Dia baik, ramah, humoris dan tampan. Ralat, sangat tampan. Tidak bisa kuragukan, ketampanan nya benar benar membuat semua wanita yang melihatnya terpana. Matanya yang bulat tetapi dapat menyiratkan aura yang ramah, hidungnya yang mancung dan postur tubuhnya yang tinggi tetapi tetap membuat gadis kecil seperti Karine nyaman berjalan di sampingnya. Ditambah lagi lesung pipi nya yang membuat senyumnya sangat manis dipandang. Kini lelaki itu mengenakan kemeja kotak berwarna putih dengan jeans hitam yang sangat casual untuknya. Karine yakin siapapun yang melihatnya sekarang akan terpesona.
"Jalan yuk!" ajaknya dengan memamerkan lesung pipinya yang manis itu.
"Masuk dulu gih" ajak Karine berjalan mundur mempersilahkan dia masuk lalu menutup pintu rumahnya.
Evan melangkah masuk dan langsung duduk di sofa lalu melihat sekitar mencari keberadaan para manusia. Tapi nihil. Karena memang hanya ada Karine sekarang.
"Om Tante kemana?" Tanyanya mencari sosok yang ia tanyakan.
"Mereka lagi..." Ucapan Karine terhenti. Tadinya ia ingin mengatakan bahwa kedua orangtuanya sedang asik kencan meninggalkannya yang kesepian ini di rumah.
"Lagi apa?" Tanya meminta kelanjutan
"Lo dateng ke sini buat nyari mereka atau ngajak gue jalan sih?" Evan menampilkan ceringan manisnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iseng nanya doang neng. Udah sana siap siap"
"Emangnya gue mau pergi ama lo?"
"Pasti mau lah. Lo pasti jadi jamur kering terabaikan malam minggu begini. Gue, sebagai pangeran yang baik dateng ngajakin lo jalan. Sana" Ujarnya sambil mendorong Karine ke arah kamarnya. Mau tak mau ia mengikutinya.
"Mau kemana ?" tanyanya malas saat sampai di gerbang pintu kamar. Rasanya malas untuk keluar rumah sekarang. Memang ia sedang penat, namun juga malas untuk berpergian. Namun setelah dipikir-pikir boleh juga daripada keburu menjadi jamur kering di rumah. Tepat seperti tuduhan Evan padanya.
"Lo maunya kemana ?" tanyanya menaikturunkan alisnya membuatnya semakin tampan.
"Ehmmm. Cuprise yuk?" Ajak Karine. Kebetulan ia sedang ingin meresapi hidangan jeruk dari kafe yang sudah lama tak ia kunjungi itu.
"Oke tuan putri" ucap Evan lalu mendorong Karine sampai benar benar masuk ke kamarnya.
Karine menutup pintu kamar, mengganti bajuku, dengan T-Shirt biru dan celana jeans putih. Ia memang lebih suka yang sederhana. Tidak perlu repot repot menggunakan dress dan sejenisnya. Mungkin karena inilah banyak yang protes padanya karena terlalu simple untuk seorang wanita. Setelah siap, ia berjalan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlock My Heart
RomanceDari kejauhan, aku menyiratkan pertanyaan "Ada apa?" melalui pandanganku yang dingin saat pandangan kami bertemu. "Untuk apa kau melihatku?" Tanpa suara ia membalas tatapanku dengan tatapannya tajam, seakan ingin memakanku hidup hidup. Aku memutarka...