Satu kata yang tertanam di benak Karine. Kecewa. Adrick bertingkah biasa saja pagi ini. Padahal Karine terjaga semalaman karena kejadian semalam. Bahkan hal itu masih terngiang-ngiang dalam ingatannya. Karena hal itu juga, kepalanya sedikit pusing sekarang. Kurangnya istirahat benar-benar mengganggu aktivitas.
Memang seharusnya Adrick bersikap biasa saja. Memangnya harus bersikap apa? Karine berpikir pasti Adrick terlalu sibuk untuk memikirkan hal itu. Tidak peduli, juga dapat menjadi pilihan jawaban mengapa Adrick bersikap seperti tak ada yang terjadi. Karine berusaha untuk tidak mengingat hal itu lagi.
Mereka sedang membahas mengenai acara yang telah disebutkan kemarin di salah satu restoran terkenal di London bernama Berners Tavern. Jika kamu mengecek di internet sekarang, kamu pasti akan sangat terkejut dengan betapa mewahnya restoran ini.
Berempat, Karine, Adrick, Reyhan dan Nando. Nando adalah sekertaris Reyhan yang sepertinya sudah bekerja sama dengan Reyhan lama. Terlihat dari betapa akrab dan aktifnya Nando. Padahal Reyhan baru menjabat menjadi direktur. Mungkin mereka sudah saling mengenal sejak lama.
"Jadi kalau tidak ada halangan, kita akan meminta Arny Loina untuk menjadi model utama di acara ini" Ujar Reyhan mengakhiri rapat. Arny Loina adalah salah satu model di London yang sedang naik daun sekarang. Berparas cantik dan menawan, kulit putih bersih, mata berwarna abu dan hidungnya yang mancung. Bukan saja terkenal di London, namanya juga sudah melesat di Indonesia. Banyak poster poster dirinya yang terpampang di tempat-tempat umum.
Setelah rapat berakhir, Reyhan dan Nando pergi duluan karena ada klien lain yang harus ditemui. Disinilah Karine dan Adrick sekarang. Adrick masih menyesap kopi yang baru dipesannya lagi. Sedangkan dirinya hanya diam dan menahan rasa laparnya karena hanya makan sedikit. Makanan disini terlalu mahal, membuatnya takut jika memesan makanan yang mengenyangkan. Mungkin dia akan mampir untuk membeli roti, tentunya diluar restoran mewah ini.
"Apa aku boleh pergi duluan?" Tanya Karine pada Adrick yang sekarang sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke Karine. "Kemana?" Dahinya membuat kerutan-kerutan halus.
"Aku ada sedikit urusan" Ujar Karine ragu. Ya, urusan perut. Lapar sudah mulai menggerogoti akal sehatnya. "Urusan apa?" Karena lelah diinterogasi, Karine memilih untuk pura-pura terburu-buru. "Ehmm-Eh! Aku duluan ya! Bye!" Ujarnya setengah berlari sebelum Adrick mencegahnya.
Berjalan tanpa arah, mata memutari daerah sekelilingnya. Mencari cari kedai yang menjual kue atau makanan ringan. Ia sudah sedikit mengingat daerah di sekitar hotel. Tentu saja dia tidak akan tersesat. Restoran Berners Tavern memang hanya sekitar 10 menit jika berjalan kaki dari hotel.
Tidak ingin memesan makanan yang menguras uangnya, ia lebih memilih untuk keluar. Selain itu, ia takut Adrick akan membayar tagihan pesanannya sementara. Sebagai gantinya akan memotong gaji yang dipastikan akan ludes saat itu juga. Ia tidak akan membiarkannya terjadi. Belum lagi bahwa ia sadar jika pakaian hangat yang sedang ia kenakan akan ia bayar dengan memotong gajinya nanti. Karine ingin menangis jika mengingat bahwa ia akan menjadi pengemis bulan ini.
Matanya menemukan satu titik yang sepertinya sangat ramai dan menggugah selera. Benar saja, saat ia mendekati kedai tersebut. Harumnya kue kue yang hangat dan manis mengikat penciuman Karine. Udara hangat menyelimuti kedai tersebut. Mengurangi rasa dingin karena salju yang tidak terlalu lebat sekarang.
"Can you give me this one ? Ten pieces" Tanya Karine kepada salah satu wanita paruh baya yang pastinya salah satu penjual. Ia telah mengantri sekitar lima menit karena pembeli yang cukup ramai. Wanita itu tersenyum dan membungkus cupcake yang sudah membuat perut Karine semakin berbunyi.
Setelah membayar dengan uang yang diberikan Adrick tadi pagi, ia memutuskan untuk duduk di bangku panjang khusus umum. Bibirnya pecah pecah karena suhu yang begitu dingin di sini. Kupingnya pun sampai mati rasa. Ia mencoba untuk bertahan dengan memakan cupcake yang telah dibelinya tadi. Cupcake itu benar-benar menggoyangkan lidahnya. Manis dan segar langsung dinikmati oleh lidah Karine yang meminta lagi dan lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unlock My Heart
RomanceDari kejauhan, aku menyiratkan pertanyaan "Ada apa?" melalui pandanganku yang dingin saat pandangan kami bertemu. "Untuk apa kau melihatku?" Tanpa suara ia membalas tatapanku dengan tatapannya tajam, seakan ingin memakanku hidup hidup. Aku memutarka...