Layar laptop masih mengeluarkan cahayanya. Suara ketikan keyboard dari jemari-jemari kecil Karine masih mengisi ruangannya. Matanya benar-benar ingin terpejam sekarang. Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul 2 dini hari! Dan pengetikan laporan ini masih belum selesai-selesai. Laporan ini akan diperlukan untuk rapat terakhir dengan Reyhan besok. Sebelum akhirnya akan kembali ke Jakarta. Ia sudah meminum kopi tiga gelas. Sayangnya kafein yang terkandung dari tiga gelas itu sama sekali tidak berpengaruh baginya. Apalagi dinginnya di London membuat Karine semakin ingin tidur karena dinginnya. Tiba tiba ponselnya berbunyi. Entah siapa yang akan meneleponnya di saat dini hari begini.
Jennice.
Sahabat tengilnya itu yang ternyata meneleponnya. Memang selama di London ia belum berkontak dengannya selain dengan Evan.
"Halo!" Ujar Karine ketus saat menekan tombol hijau itu. "Heh! Gue telpon lo malah ketus yeh!" Protesnya sebal.
"Lo tau ga sih! Ini jam 2 dini hari!" Omel Karine sebal dengan sahabatnya yang tidak peka ini.
Ia tahu Jennice sedang terkikik geli karena berhasil mengganggu sahabatnya ini. "Ya elah. Di sini baru jam 9 an, Rin" Belanya. "Sorry! Gue di London! Bukan di Jakarta!" Ujarnya angkuh, mendongakkan kepalanya meskipun ia tahu Jennice tidak dapat melihatnya.
"Jeh! Songong Lo!" Serunya pura-pura kesal. "Eh. Btw, gimana lo ama si bos?" Tanyanya penasaran. Karine mengernyitkan dahinya tak mengerti maksud pertanyaan yang barusan diajukan itu. "Apanya yang gimana?" Jennice menghembuskan napasnya kesal karena ketidakpekaan wanita yang menjabat sebagai sekretaris Adrick.
"Ituuu..." Ujarnya tertahan. "Ish! Dia ada di samping lo ya?" Tanyanya sebal. "Hah? Kaga lah! Lo kira dia di samping gue?" Terka Karine yang tepat sasaran. Jennice mengangguk antusias, walaupun ia tahu Karine tidak dapat melihatnya.
"Boro-boro dia di samping gue. Gue kasih tau ya, keadaan gue di sini. Gue ini lagi kedinginan setengah mati gara-gara salju di sini sambil bikin laporan buat besok. Dan si Adrick itu, dia gak ada di sini. Gue jamin dia pasti lagi bobo cantik" Dumel Karine blak-blakan. Jennice tertawa mendengarkan kekesalan Karine yang meluap-luap.
"Gue rasa dia gak tidur" Ujarnya menerka-nerka. "Tau ah. Si bodo teuing ama dia. Dia mengharuskan gue buat selesain laporan ini dan proyek mendatang malam ini. Laporan gue gak masalah karena emang pakainya besok. Lah proyek mendatang masa harus hari ini juga? Padahal masih banyak data yang harus dianalisa dulu. Sela-" Serunya masih dengan kekesalan yang semakin membara berhenti saat didengarnya pintu kamarnya diketuk.
"Udah dulu ya? Pintu kamar gue diketuk" Ujarnya sebelum akhirnya memutuskan sambungan. "What? Dini hari gini Adrick ke kamar lo? Eh? Rinnn! Karine!" Tanya Jennice penasaran sebelum hening menyatakan bahwa sambungan mereka telah terputus begitu saja. Padahal Karine tidak mengatakan siapa si pengetuk pintu itu. Tetapi entah firasat dari mana datangnya, ia merasa bahwa itu adalah Adrick, boss Karine yang menyebalkan menurut sekretarisnya itu.
Diliriknya jam kecil di meja kerjanya. Tangannya mengambil cangkir di atas meja dan menyeruputnya.
Karine, ternyata lo udah mulai nakal ya. Gumamnya dalam hati sambil tertawa geli.
------------
Karine masih tertegun saat Adrick yang muncul di depan pintunya. Ia memang menebak Adrick yang mengetuk pintu kamarnya, meskipun peluangnya cukup kecil. Dikiranya pelayan atau sejenisnya yang datang.
Sekarang Adrick sedang memakai sweater dan celana bahan yang terlihat hangat. Sweater abu-abu berwarna belang hitam putih dan celana coklat menempel pas di tubuhnya. Tangannya membawa bungkusan plastik putih. Sepertinya makanan dan minuman terlihat dari logo yang tercetak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlock My Heart
RomanceDari kejauhan, aku menyiratkan pertanyaan "Ada apa?" melalui pandanganku yang dingin saat pandangan kami bertemu. "Untuk apa kau melihatku?" Tanpa suara ia membalas tatapanku dengan tatapannya tajam, seakan ingin memakanku hidup hidup. Aku memutarka...