Karine merapatkan selimutnya saat dirasakan ada suara ketukan pintu terdengar. Mengganggu dirinya yang masih terlelap. Ia tahu ia harus bangun, tetapi tubuhnya menolak. Jika ia meninggalkan selimut, tubuhnya seakan dibekukan dalam freezer. Suhu dingin yang menyelimutnya membuat bibirnya pecah-pecah, kupingnya merah, hidungnya berair. Sepertinya suhu sekarang lebih dingin lagi dari kemarin-kemarin.
Ketukan masih terdengar, malah semakin keras. Matanya mengerjab-ngerjab, dengan berat hati ia turun dari kasur, tetapi masih mengenakan selimutnya. Sehingga membuatnya seperti menggunakan jubah yang sangat besar dan hangat. Saat membuka pintu, ternyata Adrick sudah rapi di depannya. Tidak kaget, ia malah berjalan masuk lagi dan tiduran di kasurnya. Membiarkan Adrick menatapnya geram.
"Bangun! Karine!" Perintah Adrick dengan tegas. "Rin! Kita ada rapat satu jam lagi!" Ujarnya lagi. Tetapi Karine masih menutup matanya, tidak peduli dengan Adrick yang marah-marah.
"Rey! Kau sangat berisik" Gumamnya kesal, tetapi masih tidak peduli dengan lelaki yang sudah berkacak pinggang di depannya. "Rey? Hei! Bangun!" Adrick menarik selimut untuk mengganggu tidurnya. "Ia.. Ia aku bangun" Ujarnya sambil duduk di tepi ranjang. Entah mengapa ia terlihat sempoyongan dari tadi. Saat berdiri, ia malah langsung melingkarkan tangannya di tubuh Adrick. Membuat Adrick melebarkan matanya. Kepalanya ia letakkan di dada bidang pria itu. Mencari kehangatan. Adrick mencium bau alkohol dari tubuhnya, meskipun tidak terlalu menyengat. Ternyata Karine mabuk!
Tangan Karine masih memeluknya dengan erat. "Kamu sangat hangat, Rey" Gumamnya sambil tersenyum. "Hei. Aku bukan Rey. Aku bossmu!" Ujarnya sabar, meletakkan tangan kirinya di leher Karine. Membawanya untuk saling bertatapan. Meskipun mata Karine sama sekali tidak terbuka. Dari situ, Adrick dapat melihat dengan sangat jelas wajah gadis yang merupakan sekretarisnya.
"Kenapa kamu mabuk sekali bodoh" Ujarnya sebelum akhirnya menggendong Karine secara bridal style. Mengambil ponsel, lalu memerintahkan agar rapat diundur satu jam kemudian.
"Rey.." Gumamnya kecil tapi masih dapat terdengar oleh Adrick. "Aku Adrick! Bukan Rey!" Ujarnya kesal karena terus dianggap Rey yang entah siapa.
"Adrick? Ah.. Si bos brengsek itu" Adrick mengernyit saat mendengar julukan yang diberikan padanya. "Adrick.. Bos nyebelin! Tukang marah-marah! Kepribadian ganda! Seenaknya aja! Sok iye! Sok cool! Galak! Macan! Singa! Harimau! Buaya! Ngerasa ganteng banget kali!" Ujarnya sambil berbaring, jarinya menunjuk-nunjuk entah ke arah mana.
"Yah.. Meskipun emang ganteng sih. Tapi ganteng doang! Ga pakai banget" Ujarnya semakin mengecil. Membiarkan Adrick mendengar makian-makian Karine. Herannya, ia tidak merasa marah. Malah ada seulas senyum yang terbit dari bibirnya.
Ia membasahi handuk di dalam baskom berisi air hangat yang dimintanya oleh Amy. Amy dan adiknya memang ia orang Indonesia yang ditugaskan untuk mengatur salah satu rumahnya di London. Pembantunya ini sudah menjadi orang kepercayaan Adrick.
Pelan, penuh kelembutan, Adrick membasuh wajah Karine yang terlihat pucat itu. Bibirnya pecah-pecah. Kupingnya terasa dingin saat disentuh. Tahu Karine kedinginan, ia menyelimutinya lagi dengan selimut lain. Jadilah Karine diselimuti dua lapis.
Untung saja, Karine tidak demam. Jika tidak, rencananya hari ini akan gagal total. Menunggu Karine bangun, ia meminta Amy untuk membereskan beberapa kaleng alkohol yang pasti ia dapatkan dari dapur. Entah apa sebabnya wanita itu menegak alkohol sebanyak itu. Mungkin karena masalah kecil semalam yang terjadi di antara mereka, atau mungkin masalah lain. Bibirnya tersenyum saat dilihatnya laporan yang sudah selesai dikerjakan oleh Karine. Karine memang orang yang bertanggungjawab sesuai pikirannya.
Ia mengalihkan pandangannya saat mendengar pergerakan di kasur. Duduk di kursi kerja Karine, membaca dokumen yang akan dipresentasikannya nanti. Sudah satu jam dia menunggu gadis itu sadar. Dilihatnya Karine yang menatap dirinya bingung dan penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unlock My Heart
RomanceDari kejauhan, aku menyiratkan pertanyaan "Ada apa?" melalui pandanganku yang dingin saat pandangan kami bertemu. "Untuk apa kau melihatku?" Tanpa suara ia membalas tatapanku dengan tatapannya tajam, seakan ingin memakanku hidup hidup. Aku memutarka...