Part 8

4.4K 253 8
                                    

Sakura POV

Hari ini aku harus mengantar pulang Sasuke ke rumahnya. Tentu saja dengan acara berdebat terlebih dahulu dengan Sasuke. Namun, ini amanat dari nona Tsunade dan harus aku laksanakan. Padahal, aku sudah punya janji dengan Ino dan Tenten untuk pergi ke mall sepulang sekolah. Sehingga terpaksa harus aku batalkan.

Saat aku di kelas, Naruto sudah tidak ada. Cepat sekali.

Biasanya dia yang paling terakhir keluarnya. Dan hari ini juga tidak ada latihan sepak bola. Lalu.. mengapa dia pergi secepat itu? Apa dia mencariku?

Ah sudahlah... itu tidak penting!

.
.

Aku melihat Sasuke yang sudah menungguku sambil duduk di pinggir kasur. Dia terlihat sedang meminum teh buatanku. "Enak tidak?" Tanyaku. Dan dia hanya mengangguk serta tak acuh lagi padaku. Sebal. Padahal tadi dia memelukku. Mengapa jadi dingin lagi? Seperti teh saja. Hangat diawal. Dingin diakhir.

Aku pun memberikan tasnya dan perlahan memapah tubuhnya yang masih lemah dengan hati-hati. Aku tidak ingin dipecat sebagai orang kepercayaan nona Tsunade jika aku sampai melalaikan tugas.

Sepanjang jalan... aku tidak bisa tenang. Orang-orang yang melihat kami, langsung berbisik-bisik membicarakan kami. Aku tahu ini pasti akan terjadi. Mengingat jabatanku sebagai wakil ketua OSIS di sekolah ini... membuat aku dikenal banyak orang.

"Mereka pasangan yang serasi, ya."

"Hei, Sakura itu kan sudah memiliki pacar. Naruto itu loh."

"Ah, dia dengan Naruto tidak cocok. Lebih cocok sama pria itu."

"Hmm ada benarnya juga sih."
...

Oh, shannaro!! Percakapan mereka itu sukses membuat wajahku memerah seperti tomat.

Tidak. Bukan berarti aku suka. Aku malu. Aku malu jika orang-orang berpikiran bahwa aku dan Sasuke berpacaran.

Tak bisa aku bayangkan jika Naruto mendengarnya. Dia akan sangat marah padaku.

Namun, tak bisa aku pungkiri.. wajahku juga memerah karena mengingat kejadian tadi. Ketika Sasuke memelukku. Aku merasa Sasuke telah meracuni pikiranku dengan tingkah lakunya.

Shannaro! Shannaro! Shannaro! Ada apa denganku ini? Rona merah di wajahku tak hilang-hilang. Malah semakin parah ketika aku menangkap basah Sasuke yang diam-diam melirikku.

Oh, man...

Lebih baik kita sudahi cepat drama ini. Aku tak mau dicap sebagai perempuan tidak setia. Toh, aku mencintai Naruto sekarang. Hanya dia.

.
.

Langkahku sedikit dipercepat. Sasuke merasakan itu. Apalagi ketika dia bertanya jika aku nyaman atau tidak dengan situasi ini.

Tentu saja tidak, Sasuke!

Kau tidak lihat wajahku memerah seperti ini?

Huuuffft

.
.

Namun, tiba-tiba saja langkah kami terhenti.

Bukan karena jalan buntu.

Tapi ini karena ada Naruto berdiri di depan kami sambil memasang wajah terkejutnya.

IYA... NARUTO!

Aku mulai berkomat kamit kepada Tuhan. Semoga dia tidak berburuk sangka.

"Sakura...?" Panggilnya.

Sakura Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang