Malam pun berganti pagi. Matahari muncul dari persembunyiannya. Udara sejuk, membuat sabtu pagi Sakura dihiasi dengan bermalas-malasan di tempat tidurnya.
Sakura berbaring miring, dan menekuk kakinya. Dia memeluk lututnya dalam selimut.
Matanya terlihat seperti panda, namun lebih parah dari itu.
Semalaman dia tidak bisa tidur. Dia memikirkan perkataan Naruto di stadiun kemarin.
"Lebih baik kau keluar sekarang! Aku tidak mau melihatmu."
Entah mengapa, tubuh Sakura bergetar hebat. Terdengar isakan tangis kembali. Matanya kembali mengeluarkan kristal bening paling berharga milik Sakura. Sebuah kristal yang mengungkapkan betapa sakit hatinya.
Ditambah lagi dengan kehadiran Hinata di samping Naruto. Sakura mengingat gadis itu menyentuh bahu Naruto dan tersenyum kepadanya.
Sakura berusaha menepis semua itu. Mungkin saja itu hanya sebuah tindakan menghibur hati Naruto saja. Namun... Mengapa rasanya Sakura tidak bisa percaya begitu saja dengan sikap itu.
Terbesit pertanyaan dalam hatinya. "Sejak kapan Naruto dan Hinata jadi sedekat itu? Bukannya... Mereka itu kan baru kenal..."
Sesekali Sakura menarik napas berat.. Berat sekali. Seolah ada sesuatu yang menimpanya. Dan itu membuat dadanya terasa sesak.
Sakura menghembuskan napasnya kembali. Sedikit lega. Iya hanya sedikit. Sedangkan kesedihan yang dia rasakan itu sangat besar. Apa harus dia menarik dan menghembus napasnya berulang-ulang?
Itu tidak mungkin.
Sakura pun mendorong tubuhnya untuk bangkit dan duduk di tempat tidur. Dengan selimut yang masih menutupi seluruh kakinya. Sakura hanya termenung entah memikirkan apa.
Dia melihat sebuah jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 7.30. Sakura tahu jika kedua orang tuanya sudah berangkat ke luar kota karena ada urusan bisnis pukul 6.00 tadi.
Sebab sebelum berangkat, mereka menyempatkan diri untuk melihat keadaan Sakura yang berpura-pura tidur.
Ayah dan ibunya mencium kening Sakura lembut walau hanya beberapa detik saja. Ayah dan ibunya juga mengelus pucuk kepala Sakura. Namun, Sakura tetap berpura-pura tidur. Dia tidak ingin orang tuanya mendapati matanya buruk seperti panda. Dia tidak mau membuat mereka khawatir.
.
.Selepas Sakura mendengar kedua orang tuanya pergi dan menutup pintu, tinggal lah Sakura terbaring merenung mengingat kejadian kemarin. Kejadian paling menyedihkan dalam hidupnya.
KRIIING KRIIING KRIIING
"Siapa sih yang menelepon pagi-pagi begini?!" tanya Sakura kesal.
Sakura mengambil smartphone nya dari nekas di samping tempat tidurnya. Dia melihat layar smartphone yang bertuliskan nama Ino.
"Halo, ada apa kau meneleponku pagi-pagi begini, huh?!"
"Hihihi aku sengaja meneleponmu sepagi ini. Tumben kau sudah bangun. Biasanya hari sabtu kau bangun siang."
"Aku tidak semalas itu, pig! Oh ya, jadi kau meneleponku hanya karena ini?"
"Tidak juga. Ada hal lain yang ingin aku tanyakan."
Nada suara Ino tiba-tiba berubah jauh lebih serius. Sakura hanya diam sesaat.
"Sakura?"
"Hmm... Kau datang saja ke rumahku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Love Story
Fiksi Penggemar(COMPLETED) Cerita Kedua Ini jadi cerita kedua author (plak! Karena cerita kedua yang our New life mau ada perbaikan plot) Yaaaaa.... gak usah ditanya kan... Ini pasti cerita cintanya Sakura Haruno :v Rated : T Disclaimer : Masashi Kishimoto story...