Part 13

4.3K 235 9
                                    

Liburan musim panas seharusnya menjadi sebuah ajang untuk menghabiskan waktu bersama dalam suka cita, namun tidak untuk Sakura.

Sehari setelah kejadian malam itu, Sakura pun langsung diantar pulang oleh Sasuke. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan sibuk bermain dengan pemikiran mereka masing-masing. Terutama Sakura.

Hatinya telah hancur dan tak berbentuk lagi.

Bahkan untuk tersenyum saja dia tak mampu.

Sasuke hanya bisa diam dan berusaha mengikuti apa yang Sakura inginkan. Hatinya ikut gundah ketika melihat seseorang yang dicintainya sedang bersedih.

Namun dia hanya bisa menyembunyikan kegelisahannya karena seorang Uchiha bukanlah seorang yang mudah gelisah.

.
.
.

Tiga jam kemudian, akhirnya mereka tiba di depan rumah Sakura. Sakura pun langsung membuka pintu mobil dan turun untuk mengambil kopernya.

Sasuke dengan sigap membantu Sakura walau pada akhirnya ditepis oleh Sakura. Wajah gadis itu benar-benar mirip seperti boneka yang pucat, datar, tanpa ekspresi sedikit pun.

"Terima kasih." Ucap Sakura sambil menarik kopernya dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Sasuke tidak menjawab dan hanya memperhatikan Sakura sampai gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Sasuke menutup pintu bagasi mobilnya dan diam sejenak sambil menghela napas beratnya.

Seumur hidup dia belum pernah merasakan hal serumit ini. Cinta itu rumit bagi Sasuke. Bahkan seorang sutradara pun tak akan mampu menebak akhir cerita mereka.

Namun satu hal yang pasti bagi Sasuke.

Perasaannya tak akan pernah berubah bagi cinta pertama nya, dan cinta pertamanya itu adalah Sakura.

"Kau sangat berarti bagiku, lebih dari yang kau pikirkan, Sakura." Gumam Sasuke lirih saat dia sudah duduk kembali di kursi pengemudi mobilnya.

.
.
.

Waktu berlibur telah usai. Kegiatan belajar mengajar pun kembali dilaksanakan seperti hari-hari biasanya.

Sakura datang pagi sekali. Bahkan dia menolak ajakan ayahnya untuk berangkat bersama.

Sekolah masih sangat sepi, sehingga Sakura pun bisa bermain di dalam isi hatinya.

Sambil mengenakan sebuah tas ransel berwarna merah, dia terus berjalan dan berjalan hingga tiba di atap gedung sekolah.

Sakura menengadahkan kepalanya dan menatap langit yang masih terlihat agak gelap. Bintang-bintang pun masih terlihat walau sinarnya meredup.

Air matanya mengalir kembali, setelah yang sebelumnya mengering di pipinya.

Tubuhnya bergetar, dan udara pagi yang dingin terasa sekali menusuk kulitnya. Jantungnya terasa berat sekali untuk bernapas, dan rasanya ada sesuatu yang mencabik-cabik hatinya saat ini.

Sakura membuka matanya dan melihat seekor burung gereja berterbangan di langit.

Sakura terdiam dan memandangi burung tersebut dengan seksama.

"Andai jika aku adalah burung itu... Pasti aku tak akan merasakan hal seburuk ini..." Ucapnya lirih.

Sakura merogoh saku roknya dan mengambil sebuah Foto yang terlihat sudah sangat lecak.

Foto dirinya bersama Naruto saat malam natal tahun lalu.

Sakura memejamkan matanya dan mengingat kenangan indah itu.

Sakura Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang