Part 2

6.1K 303 8
                                    

Keesokan harinya...

Di dalam kelas, ketika guru Asuma ingin memulai pelajaran matematika, tiba-tiba saja guru Kakashi masuk ke dalam kelas dan secara to do point meminta Sakura duduk sebangku dengan Sasuke.

Kakashi beralasan, Sakura adalah wakil ketua OSIS yang sangat mengetahui seluk beluk KHS. Sakura juga selalu menjadi bintang kelas setiap semesternya. Sehingga, itu akan memudahkan Sasuke jika ingin bertanya tentang pelajaran kepada Sakura.

Sasuke yang diam saja pun menurut dan mengambil tasnya, lalu pindah ke tempat duduk di sebelah Sakura tanpa berkomentar apapun.

Melihat itu, Naruto pun mulai berteriak histeris tidak jelas. Dia sudah menyangka hal buruk seperti itu akan terjadi pada dirinya.

"TIDAK!!! Guru... Kenapa kau tega sekali padaku?!!" rengek Naruto.

Namun guru Kakashi tidak memperdulikannya dan langsung pamit kepada guru Asuma, lalu pergi meninggalkan kelas.

Naruto yang duduk di belakang paling pojok hanya bisa merenung dengan aura hitam menyelimutinya. Kiba yang melihat itu hanya bisa menghela napas panjang karena Naruto mulai bersikap berlebihan lagi.

.

.

.

Selama pelajaran berlangsung, Sakura yang dikenal sebagai siswi teladan pun belajar dan memperhatikan materi yang diterangkan oleh guru Asuma sebaik mungkin. Mungkin bisa dibilang hanya Sakura saja yang seperti itu.

Terlihat, Ino sedang asyik berdandan di kelas. Tenten sedang melanjutkan novel elektronik yang harus update setiap minggunya. Sai juga sedang membuat komik chapter terbaru. Shikamaru dan Naruto seperti biasa tertidur. Neji memperhatikan. Namun tidak se-enerjik Sakura yang sampai menyatat setiap huruf dan angka yang disampaikan. Dan Kiba.... Dia malah asyik mengagumi foto-foto anjingnya Akamaru di ponsel.

Setiap hari selalu seperti itu dan tidak pernah berubah.

Namun... Ada kebiasaan baru di kelas yang dibuat oleh Sasuke.

Sebagai seorang murid baru, dia yang memang terlahir jenius, justru tidak memperhatikan guru Asuma dan malah bermain game di ponselnya. Sasuke tahu bahwa cukup mendengarkan materi saja, dia sudah bisa merekam semua penjelasan itu di otak long term memory nya.

Sakura yang menyadari bahwa Sasuke malah bermain game dan tidak memperhatikan pelajaran, hanya dapat menahan kesal. Sakura berpikir bahwa Sasuke adalah siswa yang tidak dapat menghargai usaha guru yang sedang mengajar di kelas sama seperti teman-temannya yang lain.

Sehingga, selama pelajaran berlangsung... Sakura sesekali melirik ke arah Sasuke dengan aura penuh kebencian. Rasanya ingin sekali Sakura menarik ponsel itu dari tangan Sasuke. Namun, dia hanya bisa menahannya dan berusaha mengendalikan emosi sekuat mungkin.

.

.

.

"Sakura, pulang sekolah kita ke café cherry yuk! Lagi ada promo, nih..." ajak Tenten sambil membaca website khusus café tersebut di ponselnya.

"Cih, murahan! Datang ke café jika sedang promo. Memalukan..." ejek Ino seenaknya. Ya, wajar saja... Sebab Ino anak orang kaya.

Tenten menggembungkan pipinya. "Sombong sekali!" gerutu Tenten kesal.

Namun, Ino tidak memperdulikannya dan malah asyik ber-selfie-ria di kamera ponselnya.

Tenten menggeram dan kemudian dia langsung mengacak-acak rambut Ino hingga hasil fotonya buruk sekali.

Sakura Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang