Chapter 11

1.1K 82 2
                                    


Taeyeon menaruh kepalanya diatas meja dan memainkan pensilnya dengan bosan. Sudah seminggu berlalu sejak kejadian tersebut dimana Jung sister bertemu dan kejadian di club yang masih membuatnya bertanya-tanya. Sehari setelahnya sikapnya berubah menjadi seperti biasa kembali, dingin dan cuek. Sebenarnya taeyeon masih penasaran kenapa tiffany bisa tiba-tiba pingsan dan penyakit apa yang diderita oleh gadis tersebut. Meskipun sudah dijelaskan oleh jessica tapi taeyeon tetap penasaran.
Taeyeon mengangkat kepalanya dan mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi, kenapa aku jadi memikirkannya sih? Sebenarnya ada apa denganku? Batin taeyeon lalu bangkit dan berjalan keluar kelas.
tiffany yang melihat taeyeon mengacak-ngacak rambutnya lalu berjalan keluar kelas hanya bisa memandang namja itu dengan tatapan heran. Matanya bertemu pandang dengan yuri yang duduk disebelah sooyoung.
"dia kenapa?" tanya tiffany yang menatap yuri dan yuri mengankat bahunya sebagai jawaban lalu kembali mengobrol dengan sooyoung. Tiffany menghela nafas dan menaruh gadunya diatas tangan kirinya sambil menatap jessica yang dari tadi terus cekikikan dengan ponsel yang dipegang gadis blonde tersebut.
"hahh.. ada apa dengan anak itu, sudah 4 hari ini dia mendiamiku dan tidak berbicara sepatah kata pun kecuali saat menanyakan tugas.." tiffany mendesah yang membuat jessica menghentikan aktifitas mengetik di ponselnya. Gadis blonde itu menoleh kearah tiffany.
"mungkin dia masih marah karena perkataan blak-blakkan mu waktu itu." Jessica melanjutkan kembali aktifitas yang dia hentikan tadi.
"mwo? Perkataan yang mana?" tanya tiffany dengan bosan sambil memaikan rambut jessica.
"sewaktu kau bilang dia pernah pacaran dengan soojung.. pokoknya yang itu.. aku tidak ingat pasti sih. Tapi sepertinya begitu." Jelas jessica yang masih berkutat pada ponselnya membalas pesan singkat dari soojung. Yup, setelah jessica bertemu dengan adiknya mereka menjadi akrab kembali tapi soojung menolak untuk tinggal serumah dengan jessica karena suatu alasan yang tidak jelas . gadis blonde itu tidak mempermasalahkannya dengan satu syarat yaitu soojung harus terus berkomunikasi dengannya dan soojung menyanggupi syarat itu.
"apa karena itu? Aiishh.. namja itu sensitif sekali," tiffany meletakkan kepalanya diatas meja sambil melihat jessica yang tampaknya bahagia karena bisa bertemu dengan adikknya dan tanpa sadar tiffany pun tersenyum simpul melihat jessica menjadi periang kembali yang duduk disampingnya.
Apa takdirku memang hanya untuk pelampiasan dan pengganti seseorang saja? Jika iya bunuh aku sekarang juga, batin tiffany.
Tanpa mereka sadari baik jessica maupun orang yang sudah mengenal gadis itu cukup lama, tiffany ternyata menyimpan sebuah luka lama yang cukup dalam dan sekarang kembali merasakannya karena ingatan masa lalunya yang terus terbayang dalam pikirannya.
"kau, kenapa melihatku seperti itu tiff? Kau terpesona dengan wajahku?" jessica tiba-tiba menoleh kearahnya dan meletakkan ponsel disaku lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah tiffany. Tiffany yang tersadar dari lamunnya sontak membulatkan matanya dan mengangkat kepalanya.
"yak!! Kau ini ngomong apaan sih?" tiffany menggelembungkan pipinya kesal lalu beranjak bangun. Tangan jessica menarik lengan baju tiffany yang hendak melangkah pergi. Tiffany berbalik dan menatap gadis blonde itu.
"apa?" tanya tiffany dengan stengah bergumam.
"kau mau kemana?"
"toilet." Sahut tiffany singkat dan melanjutkan langkahnya. Yuri yang melihat tiffany hendak keluar kelas menarik lengan gadis itu yang membuat tiffany berbalik dan mendengus kesal.
"apa lagi sekarang?" tiffany menatap tajam yuri, "tuan kwon yuri?" lanjutnya dengan nada mencibir.
"jika kau bertemu dengan taeyeon, suruh dia keperpustakaan sekolah sehabis pulang sekolah." Yuri tidak peduli dengan tatapan tajam dari tiffany dan mengucapkan kalimat tersebut dengan datar lalu melepas tangannya dari tangan gadis brunette itu. Yuri melanjutkan mengobrolnya kembali tanpa melihat tiffany lagi.
Tiffany mendengus kesal sambil menghentakkan kakinya lalu kembali berjalan keluar kelas. Kenapa semua orang seperti mengacuhkanku seperti ini sih? Aaghh.. sungguh menyebalkan!! Pekik tiffany dalam hati lalu dia berjalan menuju toilet.

***

Taeyeon mendongak menatap langit yang biru dari atap sekolah. Memang sudah kebiasaannya sehari-hari jika ada jam kosong pasti langsung menuju atap sekolah karena menurutnya tempat itu menjadi saksi bisu janjinya dengan seorang gadis beberapa tahun lalu. Kepalanya bersender pada pembatas gedung dan sebelah kakinya ditekuk. Taeyeon sendiri bingung dengan dirinya yang sekarang, kenapa hatiku berdebar untuknya? Baru kali ini aku merasakan debaran aneh dan merasa tidak berdaya jika berada didekatnya, batin taeyeon. Matanya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.
"Sifat, kelakuannya.. mirip dengan miyoung dan juga mukanya.. bahkan marganya sama aagghh.. ada apa denganku? Apa ini sebuah tipuan mata karena aku terlalu lama tidak bisa melepasmu miyoung-ah?" taeyeon mengusap sebuah ukiran namanya di tembok sampingnya. "miyoung.." lirih taeyeon ketika mengingat kenangannya bersama gadis itu dan tak terasa air matanya kembali mengalir setelah 5 tahun air mata itu tidak keluar dari matanya.
Brak..
Pintu atap terbuka dengan kasar dan taeyeon menaikkan sebelah alisnya melihat seorang gadis yang muncul dari balik pintu itu sambil memaki apapun yang ada didepannya. Kedua matanya membulat ketiak mengenal gadis tersebut. Tiffany?!! Pekik taeyeon dalam hati. Kembali namja itu rasakan debaran aneh pada dirinya dan dia cepat-cepat menghapus air matanya.
Tiffany menghentakkan kakinya lalu berjalan menuju sebelah kiri taeyeon dan tidak menyadari keberadaan namja itu karena matanya terus saja menatap kearah depan sambil merutuki orang lain yang taeyeon tidak tahu siapa itu karena dia merutuki orang itu menggunakan bahasa inggris yang taeyeon tidak mengerti.
"hhuufft.. menyebalkan kenapa semua orang begitu? Mulai dari namja imut itu , jessica, yuri.. dan aaghh.. sampai-sampai park seongsangnim mengomeliku aaghhh.." tiffany mengacak-ngacak kasar rambutnya hingga kusut lalu mengeluarkan sesuatu dari saku roknya.
Mata taeyeon terbelalak ketika tiffany mengeluarkan sebatang rokok dan hendak menyalakannya dengan korek gas. Taeyeon langsung bangkit dan berjalan kearah gadis tersebut. Namja itu merebut batang rokok yang tiffany pegang secara tiba-tiba yang membuat tiffany menoleh kearahnya. Mata itu bertemu pandang dengan mata taeyeon. Gadis itu hanya diam membeku tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat sorot mata taeyeon.
Sorot mata itu.. aku seperti mengenalnya.. batin tiffany. Taeyeon hendak membuka mulutnya untuk mengomel pada gadis dihadapannya tapi terdiam ketika tiffany langsung memeluknya. Tiffany meletakkan dagunya dibahu kiri taeyeon dan memeluk tubuh namja itu. Dirinya sendiri juga tidak tahu mengapa dia melakukan hal tersebut. Bagaikan magnet , tiffany langsung memeluk taeyeon tapi hatinya merasakan rindu yang amat sangat akut.
Mereka terdiam dengan posisi seperti itu. Tapi taeyeon tidak membalas pelukkan tiffany, dia hanya terdiam dan merasakan debaran aneh pada jantungnya yang membuatnya frustasi beberapa hari belakangan ini. Tiffany yang tersadar akan apa yang dilakukannya barusan langsung melepas pelukkannya dan membungkuk minta maaf.
"maaf, tadi aku tidak sengaja." Tiffany masih membungkuk. Dirinya tidak berani berdiri tegak kala wajahnya menjadi memerah dan degup jantungnya juga tidak beraturan. Taeyeon menaikkan sebelah alisnya dan menatap heran tiffany.
Taeyeon tersenyum simpul lalu mematahkan batang rokok yang dia rebut tadi. Taeyeon berjongkok dan menatap wajah tiffany. "hey, sampai kapan kau terus seperti itu? Apa tidak pegal?" sahut taeyeon dengan nada datar. Meskipun namja itu enggan untuk bersikap cuek pada tiffany tapi hati dan bahasa tubuhnya berlainan pendapat. Tiffany mendongakkan kepalanya sedikit dan langsung berdiri tegak kala melihat wajah taeyeon sangat dekat dengan wajahnya.
"uh, ma-af.." gumam tiffany tapi masih bisa didengar taeyeon. Taeyeon bangkit dan meraih sebelah tangan gadis brunette itu lalu meletakkan sebatang rokok yang dia rebut tadi.
"jika kau merokok dihadapanku lagi, aku akan membunuhmu." Taeyeon menatap dingin kearah tiffany yang membuat gadis itu susah untuk bernafas.
"i-iya, maka dari itu maafkan aku, a-aku tidak tahu kau ada disini juga." Tiffany berusaha menetralkan kembali suara dan ekspresinya dari kegugupan karena mendapat tatapan dingin dari taeyeon. Taeyeon berkacak pinggang lalu menatap tiffany dari ujung kepala hingga kaki.
"kenapa kau berada disini? Bukannya kau seharusnya mengikuti pelajaran kimia?" tanya taeyeon tanpa menatap wajah tiffany dan menatap langit-langit yang biru.
"uh, itu.. kau sendiri? Kenapa berada disini juga?" tanya tiffany balik yang membuat taeyeon membalikkan badannya dan berjalan menuju tempatnya duduk tadi.
"aku? Kau tahu aku bukan? Aku itu sering bolos ketika pelajaran tertentu saja." Sahut taeyeon dan dia duduk kembali lalu menekuk sebelah kakinya sementara yang satunya lagi dibiarkan lurus. Tiffany mengikuti taeyeon dan berhenti ketika sudah berada dihadapannya sambil menyilangkan kedua tangannya.
"aku? Aku sedang mencari seseorang.. dan ah!" tiffany menepuk tangannya lalu kembali menatap taeyeon. "yuri bilang sehabis pulang sekolah kau disuruh ke perpustakaan." Lanjutnya yang mendapat anggukan taeyeon.
"hhmm.. baiklah, dan siapa yang kau cari? Seharusnya jika kau mencari seseorang kau tinggal ke kantor saja dan tanya pada guru." Taeyeon mulai membuka percakapan kepada tiffany yang membuat gadis brunette itu tersenyum. Ternyata dia tidak benar-benar dingin sepenuhnya padaku, yey! Pekik tiffany yang girang dalam hati.
"masalahnya aku tidak tahu nama aslinya." Sebelah alis taeyeon terangkat dan menatap tiffany. Matanya bertemu pandang dengan mata milik tiffany dan gadis itu kembali dibuat gugup karena taeyeon menatapnya seperti itu.
"memangnya namanya siapa? Siapa tau aku kenal.." sahut taeyeon acuh dan menatap kearah lain.
"KTY.. hanya itu.." setelah mendengar jawaban tiffany, taeyeon terdiam sebentar dan menatap tiffany.
"memangnya kau ada keperluan apa dengan orang itu?" tanya taeyeon yang seperti penasaran dengan inisial tersebut. 'KTY? Bukankah itu singkatan namaku yang biasa miyoung tulis ketika dia ingin menulis surat untukku.. apa jangan-jangan'
"aku hanya ingin mencarinya dan memberikan sesuatu dari seseorang yang telah menolongku itu saja."
"mwo? Siapa dia?"
"kau ini terlalu penasaran ya? Memangnya urusanmu untuk tahu siapa dia." Sahut tiffany dengan nada ketus. Entah kenapa seharian ini emosinya sensitif sekali mudah marah dan kadang senang sendiri. Tiffany memalingkan wajahnya.
"tch.. jadi intinya kau mau balas budi? Tapi untuk apa kau mencari seseorang yang bernama KTY? Kenapa tidak langsung saja membalas kebaikkan kepada orang itu langsung, seperti membantunya melakukan sesuatu atau balik menolongnya kembali." Celoteh taeyeon. Tiffany terdiam sejenak lalu menatap taeyeon dengan nanar.
"jika aku bisa, pasti aku akan melakukannya."
"maksudmu?"
"dia sudah meninggal, dan bagaimana caranya aku membangkitkan orang yang sudah meninggal untuk sekedar balas budi, huh? Dan hanya ini yang bisa kulakukan." tiffany menaikkan suaranya yang membuat taeyeon terdiam.
"jadi dia sudah meninggal?" tanya taeyeon dan tiffany mengangguk.
"aku bahkan tidak tahu wajahnya karena tidak sempat melihat gadis itu sebelum dia dikremasi." Tiffany yang pegal karena terus berdiri akhirnya duduk bersila dihadapan taeyeon.
"jadi dia seorang g-gadis?" taeyeon menatap tiffany dengan tidak percaya lalu membenarkan posisi duduknya untuk mendengarkan lebih banyak cerita dari gadis brunette itu.
"ne, dia hanya memberikanku sebuah surat. Didalam surat itu adalah ungkapannya kepada seseorang yang dia cintai. Lalu aku menemukan sebuah inisial KTY dan nama sekolah SM High School. Itu saja." Tiffany mengakhiri cerita singkatnya lalu memejamkan matanya untuk menerka-nerka siapakah KTY itu. Taeyeon hanya terdiam dan tiba-tiba teringat akan sesuatu. 'KTY? SM High School? Jadi gadis ini jauh-jauh dari california untuk mencari orang itu? Hingga terpaksa bersekolah disini? Tapi.. yang bikin penasaran siapa gadis itu.. apakah miyoung? Atau dugaanku salah?' taeyeon bertanya-tanya dalam hatinya yang membuatnya menjadi tidak tenang.
"jika kau bertemu dengannya apa yang akan kau lakukan setelah itu?" pertanyaan taeyeon membuat tiffany membuka matanya dan terdiam.
Tiffany mengangkat bahunya. "entahlah, mungkin aku akan kembali lagi ke california. Karena jessica juga sudah menemukan adikknya." Jawab tiffany dengan entengnya sementara hatinya menjerit tidak terima dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya.
"hahh.. pabo yeoja." Taeyeon bangkit dari duduknya lalu berlalu meninggalkan tiffany yang menatapnya bingung. Taeyeon menghentikan langkahnya ketika melihat tiffany yang masih mematung ditempatnya.
Tiffany mematung ketika matanya melihat sebuah ukiran inisial dan nama yang ada ditembok tempat lalu dia bangkit dari posisi duduknya. Dia berjalan kearah depan lalu berjongkok untuk menyentuh ukiran nama tersebut. 'apakah ini dia.. tapi siapa yang menulisnya?' tiffany bertanya-tanya dalam batin. Hatinya merasa yakin jika KTY itu adalah taeyeon dan juga yang membuatnya sangat yakin karena hatinya merasakan debaran aneh jika bersama taeyeon serta sikapnya yang berubah setiap berada didekat taeyeon.
"kau, sampai kapa-" ucapan taeyeon terputus ketika tiffany langsung berbalik dan menatapnya. Namja imut itu sedikit terkejut ketika tiffany langsung menatapnya lamat. "h-hey, jangan menatapku seperti itu. M-memangnya aku mangsa mu apa?" namja itu berubah menjadi kikuk ketika tiffany masih menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"kau tahu siapa yang menulis ini?" tanya tiffany yang menunjuk ukiran inisial sebuah nama di tembok pembatas atap sekolah. Taeyeon menghela nafas dan melangkah kearah tembok yang ditunjuk oleh tiffany. 'berarti dugaanku benar, itu miyoung..' batin taeyeon lalu namja itu berjongkok sambil mengusap ukiran nama tersebut yang membuat tiffany menghampirinya.
"hey, aku kan bertanya padamu kenapa kau malah diam?" tiffany berdecak kesal sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Taeyeon menolehnya dan menghela nafas kembali.
Namja itu ragu untuk memberitahu tentang ukiran itu karena akan membuka separuh lukanya di masa lalunya yang kelam. Taeyeon memejamkan matanya sebentar lalu berdiri dan berbalik menatap tiffany yang menatapnya dengan kesal.
"akan kuberitahu, tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi sebelumnya." Ucap taeyeon pada akhirnya. Kedua mata tiffany membulat dan berdecak kesal.
"tch.. syarat apa memangnya, huh?" tiffany menghentakkan kakinya dan menatap kearah lain. Taeyeon tersenyum simpul mendengarnya lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"kau harus ikut bersamaku ke party sabtu depan." Tiffany langsung menatap ke arah taeyeon setelah mendengar ucapan taeyeon.
"mwo? Party apa yang kau maksud?"
"nanti kau akan tahu, mau atau tidak nona hwang?" ucap taeyeon dengan nada meremehkan dan tidak lupa seringai jahil yang membuat tiffany berdecak kesal kembali, 'baiklah.. daripada aku mati penasaran karena tidak tahu siapa KTY itu.. aaghh.. baiklah, baiklah..' gerutu tiffany dalam batin.
"baiklah tapi aku harus minta izin dulu dengan jessie."
"tidak perlu, pastinya dia akan ikut dengan yuri ke party itu."
"WHAT??!" pekik tiffany dengan suara yang keras membuat taeyeon menutup kedua telinganya.
"yak!! Pelankan suaramu, telingaku jadi sakit." Keluh taeyeon.
"jessica? Ikut ke party juga? Dengan kwon yuwwree?"
"tch.. jangan memanggil nama monyet satu itu dengan seperti itu didepanku." Ucap taeyeon kesal lalu hendak melangkah pergi tapi diurungkan karena melihat tiffany yang masih saja mematung dihadapannya.
"apa kau benar-benar tahu siapa KTY itu?" tanya tiffany ingin memastikan dan taeyeon mengangguk mantap.
"iya, dan sampai kapan kau akan disini? Sampai jam pelajaran terakhir selesai?" tanya taeyeon dengan nada mengejek yang membuat tiffany memukul bahunya.
"iishh.. tentu tidak, yak! Tunggu aku kim taeyeon!!" pekik tiffany ketika taeyeon berjalan meninggalkannya dan dia pun menyusul namja imut itu untuk kembali ke kelas.
"ternyata sekarang ada yang menghalangiku, baiklah.. tidak masalah.. aku akan membuatmu menyesal telah mendekati kim taeyeon, tiffany-ssi." Ucap sebuah suara dari balik pintu atap itu ketika tiffany dan taeyeon sudah masuk kedalam gedung.
Dan gadis muda dengan mata hitamnya akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya tadi sambil menggenggam erat ponsel yang ada ditangan kirinya dan menatap kosong kearah. Senyum licik terukir di wajahnya lalu dengan tatapan dingin yang menusuk gadis itu berjalan mengikuti tiffany dan taeyeon.

ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang