New Friend
Cast : Park Hanna & Kim Jongin
Genre : Horror, Teens | Rating : G | Leght : Ficlet
[ Original Story By Christy Wu]
Disclaimer :
Ff ini murni dari daya khayal Christy yang lagi pengen bikin versi Kai - Hanna begitu aja. Jadi jangan marah sama Christy kalo hasilnya mengecewakan atau diluar ekspektasi kalian.
o0o
Jongin bukanlah seorang pemuda yang penakut sebetulnya karena ia sudah berani untuk tidur sendiri saat masih kelas 5 sekolah dasar. Walau beberapa kesempatan ia akan ditemukan terbangun dalam lemari pakaian. Tapi itu dulu saat dia masih kecil, saat pemikiran polosnya sebagai anak kecil ingin membuat orang tuanya bangga kalau Jongin kecil sudah berani tidur sendirian. Tapi kini ia sudah remaja berusia 17 tahun, menilai setiap masalah dengan fakta yang ia cari dan dengar. Kita tidak akan membahas tentang masa kecil Jongin dan kepolosannya. Tapi kita akan membahas tentang Jongin dan ketakutannya sendiri pada teman sekelasnya yang baru.
Jongin berdiri mematung didepan sebuah rumah tanpa ada niatan untuk masuk. Jika dilihat rumah itu tidaklah seram sama sekali malah terkesan asri namun karena Jongin sudah mendengar berbagai macam gosip tentang teman barunya dikelas, ia sedikit sangsi untuk masuk. Bukan tanpa alasan, Hanna adalah murid baru yang pendiam dan terkesan misterius. Banyak yang bilang kalau disekolah lamanya ia tidak mempunyai teman karena ia aneh dan sangat suka mengawetkan semua hal yang ia sukai. Kalau bukan karena tugas kelompok Jongin bersumpah tidak akan mau untuk datang.
" Ayolah Jongin kau bukan pengecut " Jongin menepuk pipinya berkali - kali lalu mulai memasuki rumah dengan desain eropa klasik itu. Hembusan angin terasa dingin hingga bulu kuduknya berdiri. Langkahnya kembali terhenti ditengah jalan menimang untuk masuk atau kembali pulang sebelum memencet bel rumah dan si pemilik keluar. Lagi - lagi perasaan takutnya muncul, ia memilih pulang namun saat ia berbalik hampir saja ia terjungkal jika tidak menguasai diri. Didepannya ada seorang wanita paruh baya dengan wajah pucat dan senyum tipis yang kaku. Mengingatkannya pada sosok Hanna temannya.
" Apa kau temannya Hanna ? " tanya wanita itu.
" i-iya saya temannya " ucap Jongin terbata - bata sambil membenarkan tas ranselnya. Wanita paruh baya itu tetap dengan ekspresi datarnya yang semakin membuat nyali Jongin menciut.
" Hanna ada didalam, kau bisa langsung masuk karena pintunya tidak dikunci "
" Oh begitu " Jongin menggaruk kepalanya yang tak gatal. " Maaf sebelumnya anda ini - "
" Aku ibu Hanna, lekaslah masuk. Ia sudah menunggumu dari tadi " Jongin mengangguk lalu membalikkan badan lagi menuju pintu masuk utama, baru beberapa langkah ia menoleh kembali kebelakan bermaksud untuk minta diantar kedalam karena merasa tidak enak bertamu dengan masuk begitu saja tanpa tuan rumah. Namun wanita yang mengaku sebagai ibu Hanna itu telah hilang saat Jongin menoleh.
Ia sedikit menoleh kekanan dan kekiri mencari, siapa tahu wanita itu sedang menyiram tanaman atau hal lainnya namun ia tuidak menemukan siapapun selain tanaman anggrek bulan yang tumbuh subur. Jongin segera masuk dengan setengah berlari. Langkahnya terkantuk membentur beberapa perabot menimbulkan suara yang menggema kesetiap sudut ruangan.
Jongin berhenti diruang tengah dengan sofa empuk berwarna putih terasa nyaman saat diduduki. Mata Jongin menelisik interior rumah Hanna yang didominasi warna putih dan hitam, begitu tenang dan terkesan misterius dengan berbagai foto abstrak yang tertata didinding. Beberapa hewan reptil. Tupai, kelinci dan beberapa hewan berbulu lainnya yang diawetkan seperti menatapnya tajam lewat mata mereka yang sudah tak ada kehidupan. Gosip yang ia dengan bukan hanya isapan jempol belaka, Hanna gadis yang menyeramkan.
" TOLONG SELAMATKAN AKU " terdengar jeritan ngeri membuat Jongin mencari sumber suara yang aneh dan melengking tinggi. " Tolong !!!! jangan bunuh aku " mendadak kakinya gemetar tak menyangka kalau kabar tentang Hanna si misterius itu benar adanya. Kalau teman sekelasnya adalah seorang pembunuh.
Ia segera berlari mencari pintu keluar berharap keberuntungan berpihak padanya dengan bisa keluar dari rumah itu dan mencari kantor polisi terdekat. Namun belum sempat bertemu dengan pintu keluar ia sudah berpapasan dengan Hanna yang memakai kaos putih dan celana trening hitam selutut dengan rambut yang dicemol keatas memperlihatkan wajah bulatnya yang biasanya selalu tertutupi dengan rambut yang tergerai.
" Jongin sejak kapan kau sampai. Aku sudah menunggumu dari tadi. Kukira kau tidak akan kemari " sapa Hanna dengan suara mencicit mengabaikan keringat sejagung Jongin yang berlomba turun melewati dagu tegasnya.
" Tolong jangan bunuh aku " suara itu kembali muncul membuat kepanikan Jongin semakin bertambah, karena dalam film yang biasa ia tonton jika seorang psikopat mengetahui jika kejahatannya diketahui orang lain. Orang itupun juga akan menjadi sasaran berikutnya target pembunuhan. Dan Jongin yang masih belum punya pacar sampai saat ini tak mau itu terjadi.
" Sepertinya aku harus pergi " ujar Jongin gugup mencoba meloloskan diri tapi apa daya Hanna kini malah memegangi tangannya.
" Sepertinya kau salah paham " ujar Hanna lalu berusaha menarik tangan Jongin kesuatu tempat. Lama - kelamaan suara minta tolong itu semakin jelas terdengar, dalam hati Jongin sudah berpasrah kalau hari ini ia akan mati karena sejak tadi ia memberontak namun cekalan Hanna tak kunjung terlepas. Apakah tenaga para psikopat memang besar seperti ini.
Pintupun terbuka namun Jongin tak mau melihat apa yang ada dibalik pintu itu.
" Jangan bunuh aku dagingku sedikit dan tidak enak, lebih enak makan kimbap paman Kyungsoo. Benarkan Hanna " setelahnya Jongin membuka mata namun yang ia lihat bukanlah wanita yang berdarah - dengan luka sayatan diseluruh tubuhnya namun hanya seekor burung Beo berwarna putih yang mengoceh banyak hal.
" Tora hentikan kau membuat temanku takut " oceh Hanna pada burung Beo itu sambil memberi sebuah biskuit. Setelahnya Hanna menatap Jongin yang masih mematung didepan pintu dengan wajah pucat dan nafas yang masih terlihat naik turun.
" Pasti kau berfikir yang aneh - aneh tadi. Ini Tora burung Beo peliharaanku sejak kecil. Ia sangat senang menonton televisi dan menirukan setiap katanya dengan cepat. Terakhir kali ia melihat film detektif yang melibatkan adegan pembunuhan sejak itu ia aku asingkan dibalkon samping agar otaknya tidak teracuni film lagi " Hanna menjelaskannya dengan sangat detail karena tak mau teman barunya ini salah faham.
" Maaf sudah berfikiran buruk tentangmu, kau terlalu pendiam dikelas jadi teman - teman selalu membicarakan hal yang aneh - aneh tentangmu " ujar Jongin terus terang. Namun Hanna hanya tersenyum dan mengajak Jongin keruang tengah memberikannya segelas air putih.
" Sebenarnya aku sangat ingin bergabung dengan kalian semua tapi aku hanya malu dan tidak tahu harus mengawali suatu pembicaraan. " ujar Hanna sambil menundukkan kepala. jika dilihat - lihat Hanna memang pemalu dari caranya bicara yang selalu menunduk dan suara yang mencicit seperti takut - takut.
" Kalau begitu aku akan membantumu supaya kau bisa beradaptasi dengan yang lainnya " ujar Jongin mantap membuat senyum Hanna terbit yang ternyata begitu manis menggetarkan hatinya. Karena salah tingkah Jongin mengalihkan pandangan kederetan foto keluarga dan menemukan figur wanita paruh baya yang ia temui saat didepan rumah.
" Apakah itu ibumu ? , aku bertemu dengannya tadi didepan rumah. Sekarang beliau dimana, kenapa rumah ini sangat sepi ? " tanya Jongin membuat raut wajah Hanna berubah sedih dengan gurat kebingungan disana.
.
.
.
.
" Kau yakin tidak salah orang, Jongin apa kau lupa saat aku memperkenalkan diri didepan kelas. Aku menjelaskan kalau ibuku baru saja meninggal dua bulan yang lalu. Aku hanya tinggal berdua dengan ayahku disini " ucap Hanna membuat wajah Jongin pucat pasi.
" Lalu yang tadi itu siapa ? "
FIN