Hari ini Rara akan bertemu dengan pria yang dijodohkan dengannya. Meskipun sebenarnya dia merasa enggan, tetap saja ia penasaran bagaimana wujud pria yang dijodohkan dengannya itu.
Rara menunggu di restoran yang sudah ditentukan. Matanya mengawasi sekeliling restoran itu. Kata ayahnya, pria tersebut memakai kemeja biru tua dan celana hitam. Berambut coklat dan bermata hijau.
Tentu tidak sulit mencari orang dengan ciri-ciri seperti itu. Jelas sekali pria itu adalah bule, atau keturunannya. Rara tertawa memikirkan kemungkinan bahwa dia akan menikah dengan bule. Rara berharap semoga saja bule itu tidak akan lari ketika melihat dirinya.
Ya. Rara dengan segala kesederhanaannya. Rara yang biasa saja. Tidak cantik. Tidak seksi. Rara yang hanyalah gadis biasa.
Tiba-tiba, ada yang menepuk punggung Rara dan menyadarkan Rara dari lamunannya. Rara menoleh, dan mendapati seorang pria yang memakai kemeja hitam dan celana hitam.
Rara terbelalak. "Bang Aldin??!!!" jeritnya. Untung saja jeritannya tidak kencang, sehingga tidak menimbulkan keributan.
Aldin duduk berhadapan dengan Rara. Aldin mengerutkan keningnya. "Jadi kamu yang dijodohin sama Gio? Kasian bangen kamu, Ra," katanya cemas.
Rara meratapi nasibnya. "Aku baru 16 tahun, tapi udah punya calon suami, Bang. Sedih juga ya hidupku ini."
Aldin merasa khawatir. Gio adalah seorang playboy. Bagaimana kalau nanti Gio menyakiti perasaan Rara?
"Gio ada urusan mendadak, Ra. Jadi dia nggak bisa datang. Abang minta maaf atas nama Gio," kata Aldin.
Rara mengedikkan bahu. "Nggak papa, Bang. Mungkin lebih baik kami nggak ketemu," jawabnya santai.
"Kebetulan ada film baru. Kita nonton, yuk?" ajak Aldin sambil berdiri, dan mengulurkan tangannya.
Rara tersenyum lebar dan menyambut uluran tangan Aldin. "Ayo, Bang."
-----------
Gio baru saja selesai meeting, lalu kembali keruangannya. Ternyata, ada ibunya yang duduk di sofa yang ada di dalam ruangannya.
"Mama kenapa disini?" tanya Gio heran.
Carmel menoleh kearah Gio, dan menatapnya tajam. "Gio, kenapa kamu malah di kantor? Seharusnya kamu ketemu sama Rara," gerutu Carmel.
Gio mengusap wajahnya sambil duduk di seberang ibunya. Ia terlihat lelah. "Tadi ada sedikit masalah, Ma. Jadi Gio harus ikut meeting," jelasnya.
Carmel menghela napas. "Terus, sekarang masalahnya udah selesai, kan?"
Gio mengangguk. "Udah, Ma," jawabnya.
"Sekarang lebih baik kamu temui Rara," kata Carmel. "Kasian dia nungguin kamu."
Gio menghela napas. "Gio udah nyuruh Aldin kesana, Ma. Gio pengen istirahat sebentar."
Carmel menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menuliskan sesuatu di kertas kecil, lalu menaruhnya di meja yang ada di antara dia dan Gio.
"Besok kamu harus ajak dia jalan-jalan. Kalian harus ketemu, Gio. Mama nggak mau nerima alasan apapun," tukas Carmel.
Gio hanya bisa mengangguk pasrah.
-------------
"Abang gak asik ah. Masa Rara diajak nonton film hantu," gerutu Rara saat mereka keluar dari bioskop.
Aldin terkekeh. "Seru kali, Ra. Tegang-tegang gimana gitu."
"Seru dari Hongkong! Nyeremin gitu," omel Rara sambil melotot. Rara memang takut dengan hantu. Wajar saja dia marah-marah.
Aldin menjawil dagu adik jadi-jadiannya itu. "Duh, jangan ngambek dong," katanya jahil.
Rara melotot lagi dan menepis tangan Aldin dengan menepuknya. "Abang!"
Aldin terkekeh. "Ya udah. Maafin Abang ya."
Rara nyengir. "Traktir makan disana, ya," rayunya sambil menunjuk ke arah sebuah restoran.
Aldin menarik tangan Rara dan berjalan menuju restoran itu. "Ayo, Ra!"
Rara terkekeh. Ternyata Aldin lebih antusias untuk makan daripada dirinya.
"Kita duduk disana aja. Gimana?" tanya Aldin sambil menunjuk tempat duduk yang merapat ke dinding kaca.
Rara hanya mengangguk. Aldin langsung menarik Rara menuju tempat duduk tersebut.
Seorang waitress menyerahkan daftar menu dan mencatat pesanan mereka yang bisa dimakan untuk 5 orang.
Setelah waitress itu pergi, mereka berdua cekikikan.
"Dasar perut karung," ledek Rara kepada Aldin.
Aldin cemberut. "Idih. Gak sadar diri," balasnya.
Rara terkekeh, dan tiba-tiba handphone Rara berbunyi. Rara menyerngitkan dahinya melihat ada pesan dari nomor tak dikenal. Ia lalu membuka pesan tersebut dan membacanya.
Besok jam 11 pagi aku jemput kamu. Kita jalan jalan.
-Gio"Dari siapa, Ra? Kok muka kamu kayak orang bingung gitu?" tanya Aldin.
Rara mendongak. "Dari Gio, Bang. Dia ngajak ketemuan," jawabnya.
Aldin menaikkan sebelah alisnya. "Hati-hati ya, Ra. Dia gak kalah sama Abang. Gak kalah ganteng maksudnya."
Rara melengos. "Apaan sih."
Aldin mengedikkan bahu. "Semoga hubungan kalian berhasil aja deh. Abang bingung mau ngomong apa lagi."
Rara menghela napas. "Semoga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [1]
RomanceRara, gadis yang baru lulus SMA. Menyetujui untuk menikah dengan Gio untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut. Meskipun Rara tidak begitu mengenal Gio, namun mencintai Gio yang sering bersikap manis kepadanya adalah sesuatu yang...