Part 23

12.3K 602 69
                                    

"Kakak nelpon, Ra," kata Ana yang baru datang. Ana mengacungkan ponsel Rara.

Rara melirik ponselnya yang berdering. Dia sedang membuat kue bersama mertuanya di dapur dan tadi ia meninggalkan ponselnya di ruang keluarga.

Rara membersihkan tangannya dan meraih ponselnya, lalu menerima panggilan dari Gio.

"Kenapa, Mas?"

"Kamu check-up hari ini, kan?"

"Iya, katanya kamu ada rapat kan, Mas? Jadi nanti aku perginya sama Ana aja."

"Nggak perlu, nanti biar aku yang nganter kamu ke dokter. Kamu tunggu aku aja."

"Beneran?"

"Iya. Jangan pergi sama siapapun, kecuali sama aku."

"Iyaaa."

Rara memutuskan sambungan dan meletakkan ponselnya diatas meja makan. Ia berjalan kembali ke dapur.

"Kenapa, Ra?" tanya Carmel kepada menantunya itu saat melihat Rara kembali ke dapur.

"Mas Gio nelpon tadi, Ma. Katanya mau nganterin aku buat check-up," jawab Rara.

Carmel tersenyum senang. "Ya udah, kamu siap-siap aja. Biar Mama sama Ana yang lanjutin bikin kuenya."

Ana yang kebetulan sedang mengambil air minum pun menoleh kearah ibunya. "Kok bawa-bawa nama aku sih, Ma?" protesnya.

Carmel melotot kearah Ana. "Kamu ini! Gimana mau jadi istri yang baik nanti? Disuruh masak aja males."

Ana cemberut. "Iya iya aku bantuin," sahutnya malas.

Rara mengerutkan keningnya. "Beneran nih, Ma?"

Carmel mengangguk. "Iya, Rara. Kamu siap-siap aja sana."

Rara akhirnya meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamarnya. Rara kembali mandi karena merasa tubuhnya kotor sehabis beraktifitas di dapur.

Saat Rara baru selesai merapikan rambutnya, seseorang membuka pintu kamarnya, dan orang itu adalah Gio.

Gio menghampiri Rara yang tengah duduk di depan meja rias. "Udah siap?" tanyanya sambil mengusap kepala Rara.

Rara mengangguk dan berdiri, sehingga Gio merangkul pinggang istrinya dan berjalan keluar rumah.

----------

"Gimana kandungannya, Dok?" tanya Gio kepada dokter kandungan yang memeriksa Rara. Dokter tersebut bernama Kania.

Kania tersenyum menatap Gio. "Kandungan Ibu Rara baik-baik saja. Namun Ibu Rara tidak boleh kelelahan," katanya.

Gio mengangguk. "Terima kasih, Dok." Lalu ia menggandeng Rara keluar dari ruang pemeriksaan.

"Kita makan siang dulu, yuk. Kamu mau makan apa?" tanya Gio kepada Rara saat menuju ke parkiran.

Mata Rara berbinar. "Aku mau makan seafood."

Gio mengangguk dan membawa Rara salah satu restoran yang menyediakan berbagai macam masakan seafood.

Mereka duduk di dekat jendela atas keinginan Rara. Seorang pelayan wanita datang membawa buku menu dan menanyakan pesanan.

Pelayan tersebut menatap kagum kepada Gio, sehingga Rara berdehem. "Aku mau udang asam manis aja. Minumnya air mineral aja."

Pelayan itu tampak malu dan mencatat pesanan Rara. "Cumi lada hitamnya satu, terus tambah air mineralnya," kata Gio, lalu mengembalikan buku menu tanpa menatap pelayan tersebut.

Setelah pelayan itu pergi, Gio memerhatikan wajah Rara yang terlihat cemberut. "Kamu kenapa, Ra?"

Rara menggeleng. "Nggak papa," katanya dengan nada agak ketus.

"Aku ada salah, ya?" tanya Gio bingung.

Rara menghela napas berat. "Pelayannya tadi ngeliatin kamu," katanya sebal.

Gio tertawa pelan. "Ya ampun, kupikir kamu marah gara-gara aku kelamaan jemput. Apa perlu kita pindah restoran?"

Rara menggeleng sambil mengelus perutnya yang membuncit. "Nggak perlu. Aku udah lapar."

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Rara memakan pesanannya dengan lahap, sehingga Gio tertawa melihatnya dan membantu Rara membersihkan bekas sausnya.

Makan siang mereka diinterupsi oleh suara panggilan masuk dari ponsel Gio. Rara tak dapat melihat siapa yang menghubungi Gio.

Gio melirik ponselnya dan mengerutkan keningnya. Gio menatap Rara dan Rara mengangguk, yang tandanya ia mengizinkan Gio untuk menerima panggilan tersebut.

Gio pun membawa ponselnya keluar dan meninggalkan Rara.

"Siapa yang nelpon Mas Gio, ya?"

----------

Gio menerima panggilan dari Andro saat ia sudah diluar restoran tersebut.

"Gio?"

"Ada apa?"

"Mira lagi sedih dan dia nangis. Dia pengen banget bicara sama kamu."

Gio mengerutkan kening. Perkataan Andro membuatnya merasa agak cemas

"Mira dimana?"

"Dia di kantorku. Lebih baik kamu kesini."

"Baiklah, aku segera kesana."

Gio menutup telepon, lalu kembali ke dalam. Melihat Rara yang sudah selesai makan, Gio menyelesaikan makannya secepat mungkin, lalu mengajak Rara pulang.

"Kita langsung pulang aja, ya?"

Rara mengangguk. "Kamu mau balik ke kantor, Mas?"

Gio menatap Rara sebentar, lalu menggeleng. "Aku ada urusan bentar sama temen."

Rara terdiam. Gio tampak aneh setelah menerima panggilan tadi. Dia tampak khawatir dan terburu-buru, sehingga Rara bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu baik-baik aja, kan? Aku perhatiin kamu kayaknya lagi khawatir."

Gio mengangguk. "Aku baik-baik aja. Maaf aku nggak bisa nemenin kamu abis ini, ya."

Rara hanya balas mengangguk. Karena kalau boleh jujur, dia sedih karena Gio tak bisa menemaninya setelah ini. Padahal Rara ingin membeli baju hamil bersama Gio.

Tampaknya ada sesuatu yang sedang dikhawatirkan Gio. Sesuatu yang menjadi prioritas Gio.

********

Akhirnya update lagi. Maaf kalau ini terlalu lama, karena banyak kegiatan dan tugas, padahal bentar lagi lulus:(. Kadang juga susah nyari ide, sehingga saya nggak update selama berbulan-bulan.

Maaf kalau ini kurang panjang dan ada typo, dan terima kasih kepada para pembaca yang telah menunggu kelanjutan cerita ini😊

Agreement [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang