Kini sudah seminggu sejak Gio kembali dari Eropa. Dan Carmel mengundang keluarga Rara untuk makan malam di rumah keluarga besar Pratama pada hari Rabu, yaitu hari ini.
Kini jam 6 sore, dan Rara bergegas mandi dan bersiap-siap untuk ke rumah Gio.
Rara sudah siap dalam waktu 30 menit. Dia mengenakan dress sederhana berwarna putih yang panjangnya sampai mata kakinya serta flat shoes berwarna hitam. Rambut panjangnya hanya dijepit.
Wajahnya hanya dipoles dengan bedak tipis dan bibirnya diolesi dengan lipbalm. Alisnya yang lumayan tebal dan berbentuk dirapikan sedikit, dan bulu matanya dijepit sehingga lentik.
Hari ini Rara akan dikenalkan kepada keluarga besar Gio. Rara sangat gugup. Gio saja sangat tampan, tentu keluarganya tak kalah menawan dari Gio.
Terdengar ketukan di pintu kamarnya. Rara membukanya. Ternyata Elin lah yang mengetuk pintu.
Elin tersenyum kepada Rara. "Kamu cantik kok. Jangan gugup," katanya menenangkan.
Rara memainkan jarinya. "Beneran, Kak?" tanyanya ragu.
Elin mengangguk. "Iya. Ayo kebawah. Gio udah datang."
Rara pun mengikuti kakaknya ke ruang tamu. Gio mengenakan kemeja putih dan celana hitam, tampaknya ia baru pulang dari kantor.
"Hai, Rara. You look great," sapa Gio dengan senyum.
Melihat rambut Gio yang agak berantakan membuat Rara langsung mendekati Gio, dan merapikan rambut Gio.
Gio tertawa, lalu menarik tangan Rara dan membawa Rara keluar.
Gio menoleh kearah Elin. "Aku pinjem dulu ya Tuan Putri yang satu ini buat malam ini."
Elin tertawa. "Hati-hati ya," serunya. Kini gantian Rara dan Gio yang tertawa.
"Siap, Bunda!" seru sepasang insan itu secara bersamaan, yang dibalas Elin dengan wajah cemberut.
-------------
Rara memain-mainkan jemarinya. "Aku nunggu di dalem mobil aja ya," katanya memelas.
Gio mengerutkan keningnya. "Aneh-aneh aja kamu. Aku kan ngajak kamu kesini buat ngenalin kamu ke keluarga aku. Kok kamu malah gak mau masuk."
Rara menunduk. "Aku takut," ucapnya lirih.
Gio berdecak kesal. "Ayolah, Ra. Jangan gini. Susah banget sih ngeyakinin kamu," tukasnya.
Rara menjauhi Gio. Dia takut dengan Gio yang bicara dengan nada meninggi.
"Ya udah. Aku pulang sendiri aja. Aku nggak yakin sama kamu," kata Rara pelan, lalu turun dari mobil Gio dan berjalan menuju gerbang rumah keluarga besar Pratama untuk keluar.
Gio menghela napas. Dia hampir lupa kalau dia akan bertunangan dengan seorang gadis. Seorang remaja.
Gio segera berlari mengejar Rara. Tidak sulit baginya untuk menyusul Rara. Gio segera mencengkram pergelangan tangan Rara dengan erat.
Rara berusaha melepaskannya, namun semakin ia berusaha, Gio semakin memegangnya erat.
"Lepasin. Sakit, Mas," kata Rara lirih.
Sontak Gio melepaskan cengkramannya. Gio merasa menyesal ketika melihat pergelangan tangan Rara yang memerah.
Gio menghela napas, dan mencium pergelangan tangan Rara. "Maaf, Ra. Maaf aku udah kasar," katanya menyesal.
Rara sebenarnya merasa risih dengan perlakuan Gio. Tapi entah kenapa dia juga merasa luluh.
Rara mengangguk. "Iya. Sekarang lepasin, ya. Aku mau pulang," pinta Rara.
Gio menggeleng. Tangannya masih menggenggam tangan Rara. "Nggak, Haura. Kamu harus ikut aku ke dalam. Keluargaku udah nungguin kamu," sahutnya tegas.
Rara akhirnya merasa tidak enak. Ia pun mengangguk, yang disambut Gio dengan senyuman. Lalu Gio membawa Rara masuk ke rumah.
Ketika mereka masuk, ada seorang gadis cantik menyambut mereka. Gadis itu tampaknya sedikit lebih tua dari Rara.
Gadis itu tersenyum ramah kepada keduanya. "Hai, Gio dan..."
"Rara, dia Rara, Lizzy," sambung Gio.
Lizzy tersenyum manis. "Hai, Rara. Nama aku Elizabeth Jane Collins. Biasa dipanggil Lizzy," katanya ramah.
Rara membalas senyum gadis bule yang ada dihadapannya itu dengan senyum canggung. "Rara. Ferdina Haura Natasha."
Lizzy terkekeh. "Calon kamu ini manis lho, Gio. Hati-hati. Kakakku suka yang manis-manis lho," katanya menggoda Gio.
Gio mendengus. "Kakakmu itu tak pernah berubah. Udah 25 tahun, tapi suka menggoda cewek kayak ABG labil."
"Dan lo juga nggak pernah berubah, Sepupu," kata sebuah suara bariton.
Lizzy, Gio, dan Rara menatap kearah sumber suara, dan menemukan seorang lelaki yang manis dan tampan, sedang berjalan kearah mereka.
Lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Rara. "Gue Ryan. Adrian Jason Collins," katanya sambil mengerlingkan matanya.
Rara tertawa pelan. "Aku Rara. Ferdina Haura Natasha," sahutnya sambil membalas uluran tangan Ryan.
Ryan mengedipkan matanya. "Namanya semanis orangnya," godanya. Rara terkekeh.
Gio mendengus kesal. "Dasar. Nggak pernah berubah. Ayo, Ra. Nggak ada habisnya kalo ngobrol sama mereka," gerutunya.
Gio menarik Rara dengan pelan, membawa Rara ke taman belakang. Rara bisa mendengar tawa dari Lizzy dan Ryan yang ada dibelakangnya.
Saat mereka tiba di taman belakang, hampir semua mata menatap kearah mereka.
Tanpa Rara sadari, genggamannya pada tangan Gio mengerat.
Gio tersenyum kepada semuanya. "Hai..."
**********
Picture: Rara's dress
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [1]
RomanceRara, gadis yang baru lulus SMA. Menyetujui untuk menikah dengan Gio untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut. Meskipun Rara tidak begitu mengenal Gio, namun mencintai Gio yang sering bersikap manis kepadanya adalah sesuatu yang...