Saat ini Rara sudah dibawa ke ruang rawat inap. Gio langsung menanyakan keadaan kepada dokter yang menangani Rara. Dia tak memikirkan wajahnya yang membiru di beberapa bagian akibat perkelahian tadi.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Gio cemas.
"Istri Bapak baik-baik saja, dan kandungannya. Namun, tampaknya istri anda kekurangan cairan dan nutrisi, sehingga kondisi tubuhnya melemah," jawab dokter itu sambil tersenyum.
Gio terpana. "Kandungan?" tanya Gio tanpa sadar.
"Istri Bapak hamil," ulang dokter itu.
"Saya ingin pemeriksaan untuk kandungan istri saya," kata Gio.
"Baik, Pak. Perawat akan mengurusnya. Saya permisi," pamit dokter tersebut dan keluar dari kamar itu.
Tak lama kemudian, serombongan pengganggu datang. Siapa lagi kalau bukan Ryan, Aldin, Lizzy, Aldrin, Ana, dan Andro turut serta.
"Tunggu sebentar disini," kata Gio pada semuanya, lalu keluar.
Dia mengkonfirmasi kepada perawat agar dilakukan pemeriksaan kandungan Rara. Setelah selesai, ia kembali ke ruangan.
Semuanya diam dan hanya menatap kepada Rara. Termasuk juga Gio. Semuanya menunggu Rara sadar.
Tak lama kemudian, Rara menggerakan tangannya dan membuka matanya perlahan, lalu meringis akibat luka yang disebabkan oleh Elle. Mereka semua langsung mendekati Rara.
Rara kebingungan. "Kalian kenapa?"
Gio mendekati Rara dan menggenggam tangan kanan Rara yang tak terpasang jarum infus.
Gio mengecup punggung tangan Rara. "Kamu hamil, Rara. Kamu hamil anak kita."
Perkataan Gio membuat Rara terkejut dan langsung menoleh kearah Gio. Tak hanya Rara, tapi seisi ruangan.
"Beneran, Mas?" tanya Rara bimbang.
Gio mengangguk dan tersenyum manis kepada Rara. Sehingga Rara menitikkan air mata tanpa sadar.
Gio panik. "Kenapa kamu nangis?"
Rara menggelengkan kepala sambil tertawa pelan. "Lucu aja, aku masih 16 tahun dan aku jadi calon ibu."
Andro tampak terkejut ketika Rara menyebutkan usianya, namun Aldrin mendelik kearahnya dan memberi kode agar jangan protes.
Gio mengelus pelan perut Rara. "Jadi ibu muda dong nanti," candanya.
"Wah, gue bakal punya keponakan ternyata," celetuk Ana.
Lizzy tersenyum mengejek. "Kalo gue sih, nggak pengen punya tante kayak lo."
Ryan menyambar tanpa disuruh. "Siapa juga yang mau punya tante galak macam Ana."
Aldrin tertawa. "Bisa stres nanti anaknya Gio sama Rara kalo dibawelin sama tante galak mereka ini."
Ana melotot. "Hina aja terus gue ini. Gue kayak nggak ada bagus-bagusnya."
Gio menyela candaan mereka. "Kamu udah bilang sama Mama, Papa, dan ayahnya Rara kalau Rara ada disini?" tanya Gio kepada Ana.
Ana mengangguk. "Udah, Kak. Mereka lagi dijalan."
"Taruhan deh, Mama Carmel bakal ngadain acara makan malam sama keluarga besar untuk ngerayain kehamilan Rara," celetuk Ryan, yang disambut dengan kekehan Aldin, Ana, Lizzy, Aldrin, dan Gio.
"Wajar lah. Namanya juga baru punya cucu," sahut Aldin.
Ana tersenyum lebar. "Kalau Papa sih nggak bakalan seheboh Mama nantinya."
Ryan cengengesan. "Ntar kalau Rara ngidam, kita pasti ikut sibuk juga."
Gio berdecak. "Baru juga Rara hamil, udah ngebayangin macam-macam."
Semuanya tertawa dan mengajak Rara mengobrol. Menanyakan apa saja yang telah dilakukan Elle kepadanya.
----------
"Ternyata kita punya anak kembar, ya. Udah 5 minggu lagi," celetuk Gio sambil mengelus pelan perut Rara. Mereka sudah berada dirumah sakit ini selama 32 jam. Dan Gio tak mau meninggalkannya.
Rara merona karena perlakuan dan perkataan Gio. "Jangan dibahas. Terus, kompres lagi muka kamu sana. Wajah kamu lebam gitu," tukasnya galak.
Gio menjawil hidung Rara dan terkekeh. "Galak banget ibu hamil yang satu ini."
Rara memalingkan mukanya. "Udah kamu tidur sana. Udah malem."
Gio mengacak rambut Rara. "Kalo perlu apa-apa, bangunin aku." Lalu Gio menjauhi Rara dan masuk ke kamar mandi.
Rara memejamkan matanya dan melamun. Rara memikirkan tentang Gio dan Mira.
Saat Rara kembali bertanya tentang Mira kepada Gio, Gio tak menghiraukannya dan mengatakan agar Rara fokus dengan kehamilannya saja. Gio menyayangi anak mereka, bukan dirinya.
Saat Gio keluar dari kamar mandi, ia melihat Rara yang telah memejamkan matanya. Gio pun berbaring di sofa dan mencoba untuk tidur.
Yang tak Gio sadari, Rara meneteskan air mata dalam lamunannya.
----------
Rara terbangun saat Gio mengelus-elus lembut kepalanya. Rara disambut oleh senyum manis Gio. Sudah 3 hari Rara dirawat di rumah sakit.
Rara merona karena wajah Gio yang terlalu dekat dengan wajahnya. Rara mendorong bahu Gio.
"Jangan deket banget gitu, Mas," rengek Rara.
Gio mencubit pelan hidung Rara, lalu tertawa. "Galak banget sih."
Rara cemberut. "Apaan sih," rajuknya.
Gio tertawa melihat tingkah Rara yang terkadang manja sejak kehamilannya. Membuat Gio kelimpungan sendiri karena Rara yang terkadang galak kepadanya.
Ditambah lagi, Rara sering minta disuapi oleh Aldin, Aldrin, Ryan, bahkan pernah juga dengan Andro.
Andro merasa bersalah karena telah meminjamkan mobilnya kepada Elle, sehingga ia mengunjungi Rara setiap hari.
Gio sering sebal sendiri saat melihat Rara disuapi oleh para pria tampan itu. Yang dikandung Rara itu anaknya, bukan anak Aldin, Ryan, Aldrin, ataupun Andro.
"Andro nggak kesini lagi, ya? Padahal aku pengen makan disuapin dia," rengek Rara.
Gio mendengus kesal. "Dia udah kesini tadi pagi, Rara."
Rara memainkan jari-jarinya. "Kok kamu jadi marah gitu," katanya sedih.
Gio menghela napas dan mengelus perut Rara. "Kamu tuh punya suami. Ayahnya mereka itu aku. Kenapa jadi para kunyuk itu yang nyuapin kamu makan," cetusnya.
Rara terkikik. "Maaf ya, Mas."
Gio menghela napas. "Haduh kamu ini. Ada-ada aja."
Rara menggigit bibirnya. Ia ingin kembali mengungkit topik ini, namun dia takut kalau tanggapan Gio akan tetap sama.
Gio mengerutkan kening ketika melihat Rara yang gelagatnya aneh.
"Kamu kenapa?" tanya Gio sambil tersenyum lembut.
"Aku..." Rara menggelengkan kepalanya. "Kamu sama Mira gimana?"
Gio menghela napas kasar. "Kamu udah berapa kali nanyain itu?"
Rara memelas. "Aku mohon. Jawab aku."
Gio berdecak kesal. "Aku udah ngasih tau semuanya ke kamu pas malam itu. Apa lagi yang perlu kamu pertanyakan? Dia akan menikah dengan Andro. Dan istri aku itu kamu. Bagian mana yang nggak kamu pahami, Rara?"
Rara menggigit bibirnya. "Tapi kamu masih cinta sama dia..."
"Aku udah bilang. Jangan pernah mikirin itu. Cinta bisa datang karena terbiasa," kata Gio, lalu ia pergi keluar dari ruangan.
Baru kali ini Gio terlihat semarah itu kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement [1]
RomanceRara, gadis yang baru lulus SMA. Menyetujui untuk menikah dengan Gio untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut. Meskipun Rara tidak begitu mengenal Gio, namun mencintai Gio yang sering bersikap manis kepadanya adalah sesuatu yang...